🌁 F/F 25 : Sebuah janji yang harus ditepati

64 10 0
                                    

🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊

“Menepati janji itu tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa.”

~••★••~

"SYAN-syan?"

Kentara sekali keterkejutan di wajah Rion saat dia membuka pintu dan mendapati Syana berada di luar apartemennya. Sementara Syana yang tadi hendak menekan bel, tapi Rion sudah lebih dulu keluar lantas menurunkan tangannya.

"Ngapain lo di sini?"

Syana berdecak. "Ya, mau ketemu lo dong. Ngapain lagi?"

"Ketemu gue? Mau apa?"

"Mau ajak lo jalan-jalan. Gue bosen di rumah terus," balas Syana. "Tadi gue juga ke kafe om lo, tapi masih tutup. Ya udah, gue ke sini, deh."

"Emang lo udah sembuh pergi-pergi kayak gini?"

Syana mengangguk. "Udah, gue juga udah bisa jalan normal lagi, kok."

Dibandingkan hari sebelumnya, keadaan Syana hari ini memang sudah jauh lebih baik. Hanya saja masih ada plester yang menutupi luka-luka di wajahnya. Syana yang ceria dan penuh semangat pun sudah kembali lagi sekarang.

"Syukur kalau gitu," balas Rion.

"Sekarang lo mau ke mana?" tanya Syana sembari mengamati penampilan Rion yang sudah rapi seakan hendak berpergian.

"Gue mau ke rumah Yasmin," jawab Rion seraya menutup pintu apartemen kemudian menguncinya.

"Ngapain?"

"Sejak dia pingsan hari itu, dia nggak sekolah. Katanya, sih, sakit dan sekarang gue mau jenguk dia."

Ya, sudah beberapa hari ini Yasmin absen sekolah. Entahlah apa yang terjadi padanya, Rion hanya tahu jika Yasmin sakit tanpa tahu sakit apa yang sebenarnya dia alami.

Dengan bermodalkan alamat rumah yang diberi tahu teman sekelasnya, Rion yang merasa khawatir terutama saat mengingat sikap aneh Yasmin ketika dia kembali ke kelas, dia pun memutuskan untuk pergi ke rumahnya sebelum berangkat bekerja.

"Perhatian banget, sih, lo," gumam Syana.

"Ya iyalah, gue, kan, temen sebangkunya."

Syana mengangguk-angguk kepala sebagai jawaban. Sementara Rion malah berjalan meninggalkan Syana.

"Eh, gue boleh ikut, ya?" tanya Syana setengah berteriak.

"Iya, ayo buruan."

Syana tersenyum, lalu dia berlari untuk menyusul Rion.

"Nggak usah lari-lari. Baru juga sembuh tuh kaki," kata Rion.

Syana tersenyum hingga deretan giginya terlihat. Lalu dia memeluk tangan Rion, membuat lelaki itu tersenyum geli.

°°°°

Selagi Rion mengayuh sepeda, Syana yang dia bonceng bercerita tentang mamahnya yang tiba-tiba memberi ponsel baru saat sedang sarapan.

FIGHT OR FLIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang