🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Orang yang benar-benar mengkhawatirkanmu adalah orang yang benar-benar peduli padamu.”
~••★••~
SEJAK identitas lelaki yang menyelamatkannya terbongkar, Syana seketika terdiam seribu bahasa. Tak hanya di dalam bus saja, tapi ketika mereka sudah tiba di halte tak jauh dari rumah Syana pun, keduanya tetap membisu.
Selain tidak menyangka lelaki yang menyelamatkannya adalah bagian dari orang-orang yang tadi ingin mencelakainya, berbagai pertanyaan pun muncul di benak Syana.
Seperti, bukankah tadi Regan bilang kalau Ryder tidak akan datang karena sakit perut? Lalu kenapa dia tiba-tiba muncul dan malah menyelamatkannya?
Apa yang sebenarnya lelaki itu rencanakan? Kenapa juga dia mau membahayakan dirinya? Bahkan sampai rela menghajar temannya sendiri?
"Ini bener-bener nggak masuk akal," gumam Syana sembari menggigit kuku jarinya. Lalu diliriknya Ryder yang berdiri di sampingnya.
Sadar akan hal itu, Ryder yang menatap ke sembarang arah berusaha bersikap sebiasa mungkin. Dia juga yakin gadis di sampingnya pasti memiliki beragam pertanyaan yang ingin ditanyakan dan saat ini dia sedang berusaha mencari jawaban yang masuk akal.
Terdengar helaan napas panjang dari mulut Syana. Lalu dia berkata, "Thanks."
Ryder menatapnya.
"Lo ... eh, you ... you ..." Syana menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aduh, gimana ngomongnya? Gue nggak bisa bahasa inggris lagi."
Melihat ekspresi Syana yang kebingungan, tapi terkesan lucu baginya, Ryder pun tak bisa menahan senyumnya lagi.
"Sama-sama," balasnya, membuat Syana yang tadi menatap ke arah lain seketika menatapnya terkejut.
"Lo bisa bahasa indonesia?"
Ryder mengangguk.
Syana berdecak, lalu dipukulnya lengan lelaki itu. "Ngomong dong dari tadi! Gue pikir lo nggak bisa bahasa indonesia!"
Walau lengannya sedikit sakit akibat pukulan Syana, tapi tidak ada ekspresi kekesalan di wajahnya. Sebaliknya, Ryder malah tersenyum geli.
Entah Syana yang memang bodoh atau apa, tapi selama ini dia memang mengira Ryder tidak bisa berbahasa indonesia.
Selain tidak pernah mendengar lelaki itu berbicara, saat kejadian dirinya menabrak dia pun dan Syana meminta maaf serta mengutarakan ketidaksengajaannya menggunakan bahasa indonesia, Ryder malah bengong dan langsung pergi begitu saja. Rion yang melihatnya pun sampai terheran-heran.
"Lo di rumah sendirian, kan?" tanya Ryder. "Gue saranin lo jangan pulang ke rumah dulu."
Kening Syana berkerut. "Kok, lo tau gue sendirian?"
"Dari tadi pagi Aldo udah mata-matain lo dan bisa jadi, Keenan dan yang lain dateng ke rumah lo lagi buat nangkep lo."
Syana bergidik. "Temen-temen lo, kok, serem banget, sih?"

KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Teen FictionAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...