22.53

13K 1K 148
                                    

"Cinta itu seperti angin, tidak bisa di lihat tapi selalu bisa di rasakan kehadirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cinta itu seperti angin, tidak bisa di lihat tapi selalu bisa di rasakan kehadirannya."
— Aleska Khansa Nerissa

🪐🪐🪐

Di usia kandungannya yang sudah memasuki bulan ke delapan, kini Aleska malah harus di tinggal Razan keluar kota untuk menyelesaikan pekerjaannya di sana.

Dan karena alasan itu pula, sudah sejak dua jam setelah Razan memberitahu berita itu kepada Aleska, Razan benar-benar di cuekin dengan Aleska. Perempuan itu tidak mau sama sekali berbicara padanya.

Razan benar-benar jadi frustasi sendiri karena bingung harus melakukan apalagi agar Aleska mau berbicara padanya. Bukannya apa, tapi karena masalahnya nanti sore Razan harus segera berangkat ke sana.

Memang sebenarnya, Aleska marah padanya itu bukan karena ia yang harus pergi keluar kota untuk menyelesaikan pekerjaannya selama lima hari kedepan, tapi Aleska marah pada Razan karena lelaki itu mengabarinya terlalu mepet, lima jam sebelum Razan harus segera berangkat ke sana.

"Sayang, udah dong marahnya," mohon Razan sambil memeluk tubuh istrinya yang kini sudah semakin terasa kenyal dan empuk.

Aleska masih tetap diam, sibuk dengan benda pipih di tangannya sambil mengemil makanan ringan kesukaannya. Masa bodo dengan Razan yang sejak tadi tidak ada hentinya membujuk Aleska agar berhenti marah, tapi ini semua Aleska lakukan agar Razan menjadi jera untuk tidak melakukan hal seperti ini lagi.

Memangnya enak jika di kabarin dadakan seperti ini? Aleska kan belum menyiapkan hati untuk ldr dengan Razan. Terlebih setelah memasuki usia delapan bulan ini, Aleska sering kali terbangun tengah malam untuk meminta Razan mengusap-usap perut dan pinggangnya yang terasa pegal.

"Yang, jawab aku dong jangan diem aja."

"Berisik kamu, Razan."

"Ya udah aku minta maaf, jangan diem aja. Nanti sore aku udah berangkat loh, masa aku di diemin aja si?" kata Razan sambil menciumi pipi gembul Aleska.

Aleska yang mendengar kata-kata jika Razan akan berangkat nanti sore, mendadak menjadi kesal lagi pada Razan.

Perempuan itu menurunkan handphonenya dari tangannya, ia menjatuhkannya begitu saja di atas sofa ruang TV mereka. Aleska merotasikan bola matanya malas, kini kedua mata indah itu kembali berair, siap untuk menerjunkan air mata beningnya di kedua pipi chubbynya.

"Sayang, kok nangis?"

"Terserah kamu lah, Raz. Kesel aku kalau di kabarin dadakan gini!" seru Aleska yang kini sudah tidak bisa membendung air matanya kembali.

Melihat itu Razan juga menjadi mendadak panik karena Aleska sampai harus menangis seperti ini.

"Aku lupa banget ngabarin kamunya, kalau tadi pagi aku gak di kabarin Lizee juga aku gak inget kalau hari ini ada jadwal ke sana," jawab Razan dengan penuh penyesalannya.

RAZANDRA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang