003

643 92 13
                                    

꧁꧂

malam hari nya Rengkara terbangun karena tak nyaman tidur di lantai dengan mata yang masih tertutup Rengkara mencoba membuka matanya pemandangan yang pertama dirinya lihat adalah suaminya yang tidur dengan nyenyak.

Jika di lihat dari dekat Raldi sangat sempurna alis yang tebal mata yang sedikit sipit bibir yang seksi juga wajahnya yang sangat putih bersih dan jangan lupakan tubuh atletisnya.

Rengkara berjalan membuka jendela kamarnya bulan sabit yang indah serta bintang yang bercahaya. Rengkara perlahan meneteskan air matanya lalu tersenyum."Arsya kara capek,Kara mau ikut Arsya!,Arsya kenapa pergi secepat itu andai aja waktu itu Arsya gak nyelamatain kara" Kara tak sadar jika Raldi dari tadi sudah   memperhatikalnya.

"Biar kara aja yang mati sya! Arsya maafin kara" Rengkara menatap lekat salah satu bintang yang bercahaya ia yakin jika bintang itu adalah Arsya.

Ingatan Kara berputar pada empat tahun yang lalu di mana ia dan Arsya, Masih duduk di bangku Smp.

"Arsya kara di pukul ayah lagi" adu gadis itu dengan menangis sesenggukan.

"Kara jangan nangis ya mungkin ayah Kara gak sengaja mukul kara!" ujar Arsya menenangkan sahabatnya.

"Kalo gak sengaja kenapa mukul kara setiap kali?!"

Mendengar hal itu hati Arsya teriris."kara lihat Arsya ya!" pintanya.

Rengkara mengangguk lalu beralih menatap manik mata Arsya yang selalu saja membuat hatinya menjadi tenang."Arsya bingung harus gimana saat Arsya denger Kara ngadu habis di pukul sama Ayah Kara! Tapi coba deh Kara tanya baik baik sama Ayah. Ayah mau Kara gimana supaya enggak mukul Kara lagi" ucap Arsya lalu menghapus air mata kara lalu memeluknya erat.

"Makasih ya! Arsya"

"Iyah sekarang Kara pulang ya Bunda Arsya udah nunggu di belakang" tunjuk Arsya. Ya sekarang mereka sedang di jalan raya sehabis melalukan Ekstrakurikuler sore hari.

Kara mengangguk lalu berlari karena tidak melihat kanan kiri Kara tak sadar bila ada truk yang melaju kencang.

"Karrraaaaa!" teriak Arsya lalu berlari mendorong Kara.

Bruukkkk

Arsya menjerit setelah sebuah Truk berhasil menabrak nya lalu terlempar sejauh tiga meter dari tempat kejadian."Arsyaaaaaa!" teriak Kara dan Nagita-bunda Arsya-bersamaan.

Mengingat hal itu Kara memegang dadanya erat sesak rasanya belum sempat kara membalikan badannya.

Plakkk

"Sssakit Ral!".

"Lo ngapain hah? Nangis malem malem gini udah tau gue kalo tidur gak suka di usik lo malah" sentak Raldi lalu menjambak rambut Kara.

"Mmaf Ral gue cuma!" rintih kara saat Raldi semakin gencar menjambak rambutnya.

"Apaa?"

"Ah sudahlah gue gak mau buang waktu buat ngurusin cewek freak kaya lo, cepat tidur kembali atau gue unboxing lo sekarang" bisik Raldi yang berhasil membuat buku kuduk Kara merinding.

꧁꧂

Pukul lima lewat lima belas menit Kara sudah terbangun hari Minggu ini sangat menguras tenagan Kara. Dirinya kini sedang menyapu lantai lalu lanjut dengan bersih bersih rumah karena Bunda dan Ayah Raldi akan berkunjung.

Rengkara dengan hati hati membangun suaminya."Rall bangun Ral" ujar Kara.

Merasa ada yang memanggilnya Raldi tak perduli dirinya malah menarik tangan Kara hingga terjatuh di atas badan Raldi. Kara memejamkan matanya karena kaget.

Raldi perlahan membuka matanya disinilah mata Raldi dan Kara bertemu terjadi keheningan beberapa saat.

"Minggir lo" bentak Raldi dengan kasarnya mendorong Kara hingga Kara terjatuh kelantai.

Belum sempat kara bangun Raldi sudah beranjak menghampiri nya."Mau ngapain elo hah! Oh gue tau lo pasti pengen gue sentuh kan dasar cewek murah elo pasti udah gak perawan kan?"

Degg

Jantung Kara kembang kempis saat mendengar hal itu sungguh menyakitkan."Rall kok lo tega sih ngomong kayak gitu gue gak murahan Ral!" seloroh kara lalu bangkit menjajarkan posisinya dengan Raldi.

"Karena lo udah mancing gue elo terima akibatnya" senyum miring tercipta dari bibir Raldi lalu menarik tangan Kara.

Kara bersusah payah menghindari Raldi."Rall aku mohon jangan gue belum siap tadi aku cuma mau bangunin kamu karena ayah sama bunda kamu mau kesini" isak gadis itu.

Raldi mengambil handphone Kara lalu mengetik sesuatu."Udah gue batalin jadi gak akan ada yang ganggu kita" ucap Raldi lalu semakin memepetkan posisinya dengan Kara.

"Rall gue mohon jangan gue gak mau Ral" pinta gadis itu terus memohon.

Seolah tuli Raldi tidak perduli dirinya melakukan hal itu dari pagi ke malam dengan Kasar tak memperdulikan Kara yang terus menangis dan memohon kepadanya.

꧁꧂

Malam harinya Kara menangis dengan terus mengguyur dirinya dengan Air sungguh ia tak menyangka Kara terus menagis dan mengingat kejadian pagi tadi sungguh sakit rasanya dimana dia merintih memohon kepada Raldi tetapi Raldi tak menghiraukannya.

Hingga suara teriakan membuyarkan lamunan nya."Bunda sama Daddy gue udah di ruang tamu dan lo harus kelihatan bahagia sama gue jangan ngadu apa pun sama Mommy Cepetan pake baju terus kedepan"

Dengan susah payah kara bangkit dan memakai baju yang sudah ia bawa ke dalam kamar mandi tadi dengan bagian bawahnya yang terasa sakit. Kara membuka pintu kamar mandi dan Raldi masih menunggu di kamar nya."Ayo cepet lama banget sih!" bentak Raldi.

Melihat istrinya hanya diam Raldi geram lalu menggendong kara. Kara tak memberotak dia tidak munafik jika dirinya tak bisa jalan terlalu lama apalagi menuruni tangga pasti akan sakit.

Raldi mencium bau Strawberry dari rambut istri nya sungguh sangat wangi dan Raldi akui Kara sangat cantik jika di lihat dari dekat seperti ini."ih apaan sih Ral! Gila lo lebih cantik Alena kali" batin Raldi.

"Ih romantis sekali anak bunda sampai gendong Istrinya segala"celetuk fara-bunda Raldi-.

Dengan sedikit kasar Raldi menurut istrinya ke Sofa lalu dirinya duduk di samping Kara.

"Gimana kabar nya sayang Raldi gak kasar kan sama kamu,?"tanya fara meyakinkan.

Raldi memeluk istrinya seolah memberikan isyarat . Kara melirik Raldi yang kini menatapnya tajam.

"Emm enggak kok bun Raldi baik banget sama aku"papar Kara memaksakan senyuman nya.

"Syukurlah kalau begitu! Ya walaupun pernikahan kalian atas dasar hutang Daddy harap kalian tidak terlalu menghiraukan nya karena Daddy! Sangat menyayangi kalian berdua"

Tingg

Handphone Raldi berbuyi dengan segera Ralfi membuka nya ia tersenyum saat sebuah pesan masuk dari Alena.

Girlfriend

Sayang aku bosen banget nongkrong kuy ajak yang lainnya juga.

"Bun yah aku pergi dulu ada hal penting yang harus aku lakukan" pamit Raldi lalu menatap istrinya.

"Loh kok pergi sih gak sopan banget ya kamu"sentak rival-ayah Raldi-menatap putranya.

"Emm Yah gak pp mungkin raldi emang harus pergi sekarang" ujar kara pelan.

"Ah yasudah lah Raldi ingat jika sudah selesai langsung pulang" seloroh fara.

...

Raldi bruntal juga ya by kira kira jadi gak ya kecebong nya bayangin dari subuh sampe malem uh.

Mau bilang apa ke author nih???

Limerence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang