Hujan turun sangat deras , rimbunnya pepohonan membuat suasa dalam hutan semakin gelap beberapa remaja memutuskan untuk berhenti sejenak. Pandangan Raldi terarah ke teman-temannya yang masih semangat mencari Kara, sementara dirinya?.
"Ah, gimana ini hujan lagi ih basah kan rambut gue" Arhan menggeleng pelan,Alena hanya mengutamakan dirinya sendiri.
"AL,lo kok malah mikirin baju sih, kasian kara dia pasti sekarang lagi ketakutan" ujar Arhan.
"Eh,gue sih masa bodo. Gue sih berharap dia mati" Arhan tercengang mendengar nya.Aira merasakan pusing hebat di kepalanya seharusnya Aira tidak boleh terkena air hujan karena Aira memiliki Trauma."Ai lo kenapa,mau gue gendong aja" tawar Gerlan.
"Seharusnya lo itu gak ikut Al, banyak bacot" geram Arhan. Tanpa rasa kasihan Raldi meninju rahang atas Arhan."Jaga ucapan lo bangsat!" umpat Raldi.
Merasa tak terima Arhan mendorong bahu Raldi."MAKSUD LO APA NJING" Rael tak terima Raldi di perlakukan seperti itu. Tangan nya terayun mendorong kencang tubuh Arhan hingga tersungkur.
"UDAH KENAPA JADI GINI SIH, TUJUAN KITA NYARI KARA. BUKANNYA BERANTEM KAYA GINI,dan lo Arhan lihat,Aira kesakitan gini aja lo gak perduli" geram Gerlan.
Arhan membalikkan badannya dan benar saja Aira tak sadar di pelukan Gerlan."Biar gue yang gendong lo fokus cari kara aja" ujar Gerlan yang mengerti akan gerak gerik Arhan.
Di sisi lain,Basah,pucat,gelap, sakit itulah yang sedang di rasakan kara. Perutnya terasa linu, pandangannya mengedar keatas."Gue dimana?"
Lalu kara mengingat kejadian sebelumnya."Gak,gue gak boleh mati disini. Siapapun tolong gue" kakinya terasa keram untuk di gerakkan,sebisa mungkin kara harus berdiri sementara air sumur semakin meninggi karena hujan."Sakit sekali rasanya tuhan. Apa aku akan berakhir di sini?, siapapun tolong ada nyawa yang harus aku selamatkan"
Kara mengumpulkan tenaga nya,tangan sebelah kanan meraba dinding sumur yang berlumut sementara tangan kiri memegang perutnya terasa amat perih. Kara menangis histeris setelah melihat tangannya yang baru saja menyentuh permukaan perut nya.
"GAK INI, ya tuhan apa kau baru saja mengambil peri kecilku?. Aku memang tidak menginginkan nya tapi aku, juga tidak rela dia pergi!" dengan perasaan kalang kabut kara mencoba melihat ke bawah dan air yang semula semu kecoklatan berubah menjadi warna merah. "Ttol-long siapapun tolong" batinnya sebelumnya kesadaran nya perlahan menghilang.
..
Arhan tak henti-hentinya memanggil nama kara,dada nya bergemuruh seharusnya Arhan bisa melindungi kara.
" Aira lo yakin kalau pacar lo itu,gak ada rasa cinta ke kara? Lo liat aja diantara kita semua cuma dia yang paling histeris" celetuk Grazel seraya merangkul pundak Aira.
Aira mengangguk."Menurut gue! Ya wajar aja sih lagian kara kan adik nya Arhan. Kalo gue yang jadi di posisinya Arhan juga bakal ngelakuin hal yang sama" senyum aira mengembang saat Grazel menatap nya kesal.
"Niatnya manasin eh malah dia yang ke panasan" seru Gerlan.
"Diem lo" bentak Grazel.
"Kalian bisa diem ga sih pusing gue,buk zeka kita ngapain sih nyariin dia buang-buang waktu aja mending balik istirahat" Alena merangkul pinggang Raldi karena kakinya merasa keram.
"Sayang kamu kayaknya capek banget buk ze-"
"Kalian bisa gak jangan bikin ibu pusing, ini temen kamu ada yang hilang lo kalian gak ada sedikit rasa empati buat kara hah" kesal buk zeka, kepalanya terasa pusing."Kita lanjut cari kara,kalau jam dua siang tetap gak ketemu terpaksa kita lapor polisi dan tim sar buat cari kara" yang lain mengangguk pasrah.
Dua jam berlalu di tengah gelapnya malam Alena berjalan sembari memeluk Raldi jujur saja. Alena takut suara hewan buas yang menggema di sekitarnya serta kencang nya angin malam ikut mendominasi.
"Sayang, takut kita balik aja yuk ih" rengek Alena.
"Sayang kalau kita balik cuma berdua yang ada kita ikut tersesat" Raldi menanggapi.
Aira melihat sekeliling gelap,dingin semak belukar yang menjulang tinggi.
"Lo dimana sih ra? Gue khawatir banget jujur gak ada sedikit pun terlintas dalam benak aku buat jauhiin kamu ra" batinnya Aira seraya mengelap pipinya yang basah. Pandangan Arhan terhenti saat melihat Aira menangis.
"Aira kamu tenang aja kara pasti ketemu kok" ujar Arhan lalu menggenggam erat gadisnya.
"Aaaduh buk zeka" panggil leta lirih tangan nya mengusap perutnya nya yang terasa mulas.
Buk zeka menoleh."Iya letta kamu kenapa?" letta tersenyum kikuk.
"Saya kebelet pengen pipis banget buk." Saya izin sebentar ya buk""Loh kamu mau buang dimana mau ibu temenin?" Letta menggeleng lalu berlari ke arah semak belukar.
"Lettaaaaa jangan jauh-jauh" teriak buk zeka.
"AAAAAAKKKH" teriak Letta mereka yang mendengar teriakan leta langsung terlonjak kanget dan menyusul ke mana leta pergi.
Sementara letta menggeram kesal kepalanya terasa sakit dan tunggu basah? Perlahan Letta membuka matanya.
"Astaga gue kecebur di sumur tolooooooooong" teriak letta panik saat kaki nya tak sengaja menginjak benda seperti tangan.
"Omg apaan ini, please woy tolongin gue. Gue di sumur" tak ada jawaban dengan berani letta melihat kearah bawah dan terlihat rambut panjang di sana . Ketakutan bertambah luar biasa lalu badannya menunduk mencoba meraba tangan yang baru di injak nya baru saja tangan nya meraih terdengar suara dari atas. "LETTTAAAAAA LO DIMANA" letta menarik tangan nya kembali.
"GUE DI SINI ALENAAA,RALDIII,AIRAAA,ARHAN SEMUANYA GUE KECEBUR DI SUMUR TOLONGIN GUE PLEASE!" teriaknya.
Mereka yang mendengar itu langsung mencari sumur yang di maksud letta.
"Ta lo dimana sih, sumur yang mana ta" teriak Aira mengebu."GUE DI BAWAH KALIAN WOY" serempak mereka menunduk kebawah terlihat sebuah lubang mirip sumur namun sekelilingnya di tumbuhi semak belukar.
"Lo beneran di sini taa?" ujar Yura.
"IYA UDAH CEPETAN TOLONGIN GUE ETDAH LAMA BENER SIH. TAKUT NIH GUE" geram Letta menangis pasrah.
Dengan segera Arhan mencabuti rumput itu lalu mengambil senter di sakunya sementara Aira mengeluarkan Tali di dalam tasnya. Mereka sengaja membawa tali siapa tau di butuhkan.
"Ta pegang tali ini ya" perintah Arhan.Leta mengulurkan tangannya dan menggapai tali itu dan yang di atas menarik nya.
"AYO KITA TARIK SAMA-SAMA" teiak Gerlan
Satu
DuaTiga
Setelah menarik dengan sekuat tenaga mereka berhasil membawa letta keluar dengan nafas tersengal letta mencoba berbicara.
"Ta! Lo kok bisa""Ta lo kenapa?"
"Let,lo baik-baik aja kan?"
Dengan kesal letta menatap mereka satu persatu.
"KALIAN BISA DIEM DULU GUE PUSING, gue bisa jatuh karena gue kepleset dan gue....pas gue jatuh gak sengaja nginjak tangan dan kaya ada kepala berambut panjang, gue gak baik-baik aja" jawab letta terbata-bata.Merdeka kompak melotot."Maksud lo apa ta?"
"Iya pas gue cek eh keburu kalian manggil"
"Jangan-jangan itu kara?"25-05-2007
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence
Teen Fiction18+ Terdapat kata-kata kasar, Adegan kekerasan. _Story by dianalusintia_ Warming No plagiat 👍 Follow dulu sebelum baca! "Gugurin anak sialan itu!" "Gak gue gak mau! Dia berhak hidup" ..... "Lo itu gak berhak bahagia" "Gue sal...