35.Duka mendalam

317 33 5
                                    

    Suasa kabut menyelimuti koridor rumah sakit, perasaan gelisah dan takut menjadi takut. Sementara itu di ruang 09 Rumah sakit Pelita jaya, seorang gadis berbaring dengan tabung oksigen melekat di tubuhnya.

Dokter Lia mengusap telapak tangannya lalu membuka pintu pandangan nya teralih melihat Arhan yang hendak menghampiri nya."Gimana keadaan adik saya dok?" mereka melotot kaget apa Adik? Jadi selamanya ini.

"Kondisi kara saat ini sedang kritis tapi kalian tenang saja pasti kami akan melakukan yang terbaik untuk kara" Rael memutar bola matanya malas .

"Kenapa gak mati aja sih ngerepotin orang aja haha" celetuk rael.

Bugg

Arhan memukul rahang bawah rael dengan keras."jaga ucapan lo ya, lagian gue juga gak minta lo buat ikut kesini bangsat" bentak raldi. Aira menahan pergelangan tangan Arhan saat melihat cowok itu akan memukul rael lagi. Namun dengan segera Arhan menepis nya karena merasa sakit hati Aira mundur lalu memalingkan wajahnya.

"Kurang ajar lo! Maksud lo apa mukul gua hah?"  Rael mendorong bahu Arhan.

Arhan tersenyum lalu tertawa."Masih nanya salah lo apa? Gue pikir lo gak goblok di el" sentak nya.

"Kurang ajar lo" Gerlan merangkul rael yang hendak memukul Arhan.

"UDAH CUKUP, INI RUMAH SAKIT"

Sebelum pergi rael tersenyum seraya memainkan lidah nya kesamping"Fuck lo"

"Arhan dan Raldi bisa ikut saya sebentar ada hal penting yang harus kita bicarakan " ucap dokter lia lalu meninggalkan mereka.

Raldi menggeram kesal."Kenapa harus gue sih, bener kata Rael harusnya kara mati. Nyusahin aja"

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi tirus Raldi."JAGA MULUT LO RAL,kara itu istri lo. Lo gak sadar selamanya ini lo udah nyakitin dia?" Aira terisak pelan.

"LO GAK USAH IKUT CAMPUR BEGO" Raldi mencekal lengan aira sangat keras.

"Lepas, lepas, LEPASIN DIA" bentak Arhan.

Raldi menghempaskan tangan Aira lalu berjalan menuju ruang dokter lia. Aira duduk di kursi perasaan nya hancur saat ini Kara yang koma lalu Arhan?.

Gerlan menyodorkan susu kotak rasa pisang dan roti coklat."Ya ampun lo masih inget aja ini favorit gue banget thanks ya. Ger lo emang sahabat yang baik buat gue , jadi makin sayang deh gue" ujar Aira tersenyum.

Tunggu, Gerlan ingin melayang rasanya"Jadi sayang juga sama gu-" batinnya.

"Sayang sebagai Sabahat Ger, gausah geer Lo"  senyum Gerlan luntur seketika.

"Kenapa liatin gue kaya gini. Ger?"

Masih tidak ada jawaban gerlan masih menatap Aira." Ger lo?" Aira menautkan kedua alisnya ,saat Gerlan tiba-tiba merangkul nya erat.
..

"Janin yang ada di perut kara sudah tidak bernyawa jadi" rasa sesak kian menyeruak kembali saat mendengar pernyataan itu Arhan perlahan meneteskan air matanya." Tapi dok ini...."

"Ini semua sudah menjadi kehendak yang maha kuasa, Kamu yang sabar ya Arhan" sementara Raldi tersenyum senang. " Kenapa gak dari dulu sih, kan ini yang gue tunggu dari dulu sorry  my baby dear Daddy belum siap" batin nya.

"Makasih dok , kami permisi" Arhan keluar dari ruang dengan lemas sementara Raldi seperti biasa berjalan dengan wajah datar.

"Kenapa Lo bersikap biasa aja?" tanya Arhan .

Raldi menoleh."Lo nanya sama gue? . Ya karena gue dari dulu berharap tuh bayi lenyap" di ujung Kalimatnya Raldi tersenyum girang.

"LO GILA" geram Arhan.

"Gue rasa Lo yang gila" papar Raldi mempercepat langkah kakinya.

Arhan menghentikan langkahnya saat melihat Gerlan dan Aira berpelukan di tambah lagi Aira yang mengusap bahu Gerlan itu membuat rasa sakit bertambah.

"Oh jadi gini" Arhan tertawa hambar, Aira yang semula melamun menoleh ke samping begitu pun dengan Gerlan melepaskan pelukannya.

Aira menghambat Arhan."Say-"

"Kita break dulu ya Ai"

"Break?, Kenapa" Aira merasakan sesak di dadanya kenapa, bukannya dulu Arhan sangat terobsesi memilikinya tapi sekarang.

Gerlan meraup wajahnya kasar."Bro, Sorry gue gak. Cuma refleks aja meluk Aira"

"Bukan karna lo , ini kemauan gue. Break bukan berarti putus" setelah mengatakan itu Arhan pergi.

Aira mengusap air matanya."TAPI KENAPA AR? BUKANNYA DULU LO NGEJAR-NGEJAR GUE SEKARANG LO UDAH DAPETIN GUE! TAPI KENAPA LO NGELEPAS GUE. SALAH GUE APA?" ujar aira sedikit meninggi kan suaranya.

..

"Gue masih gak habis pikir deh. Kok bisa ya kara. Dan itu kaya di jebak gak sih" ucap Yura menatap Alena dan Grazel bergantian.

"Ya udah sih biarin aja, lagian eh tapi di pikir-pikir iya juga ya" ucap Alena seraya mengambilkan Snack di meja.

Grazel tersenyum."Gue yakin ini pelakunya ada di sekitar kita, ya gak sih"

"Maksudnya?"

"Udah ah jangan bahas itu mulu bosen gue. Gatel ni badan gue digigit nyamuk tadi malam" Yura mencakar lukanya karena merasa amat gatal.

Alena menatap Yura kesal."Heh, pertama kan Lo yang bahas gimana sih dasar pick me!" sembur nya.

"Hehe sorry me tired, guys go home"

"Hilih sok-sok pake bahasa Inggris" sindir Alena

"Kampret lu"

Di rumah sakit Kara mulai membuka mata nya perlahan."Ral!"

"Hm"

"Gue di mana"

"Rumah sakit, dan lo tau" ujar Raldi sembari menunjuk perut kara.

Kara menatap perutnya, Datar?."Ral,ini?. Gak mungkin kan Ral?,Anak kita mana" Hancur, Perih , Sesak menjadi satu kara meraih tangan Raldi untuk meminta penjelasan.

"Lo keguguran"

Tangis kara pecah saat itu juga." Ral, gue......, Ini gak mungkin kan?" Kara masih tak percaya bahwa anaknya telah tiada.

"Gue tau lo gak bego" ujarnya santai.

"Kenapa lo bersikap biasa aja ral, anak kita ral , anak-" Kara tak mampu berkata-kata lagi.

Raldi mengusap pelan rambut kara membisikkan sesuatu."Karena ini yang gue mau dari dulu" Raldi tersenyum manis namun mematikan.

Kara menggeleng pandangan nya teralih saat pintu terbuka di saat itu lah Raldi bersikap manis."Kamu yang sabar ya sayang, ini cobaan untuk kita. Aku juga sedih anak kita udah gak ada" ujar Raldi seolah menangis.

"KARA"

"Kamu gak papa kan sayang,Raldi ini ada apa kenapa kara bisa seperti ini"

"Bunda kara gak kenapa-kenapa tapi-" kara memalingkan wajahnya kesamping.

"Kenapa sayang, Ayo ngomong sama bunda. Raldi ini ada apa sebenarnya" Raldi menetralkan suaranya.

"Anak kami udah gak ada bund"

Bunda Raldi menatap anaknya tak percaya."Astaga yang benar saja, cucu ku" desak nya.

"Sayang kamu yang sabar ya ,Bunda yakin kamu pasti kuat"

Haiii sekian purnama akhirnya aku up hahha

28-juni 2023

Limerence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang