37.Vana Laurence

242 33 8
                                    

"Halo friend" sapa murid baru itu.

"Let me introduce my self, My name is Vana laurence from Bangkok. Thanks " Vana tersenyum, senyuman itu di balas hangat oleh mereka .

Rael tersenyum senang teryata ini yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama." Pantas aja cantik blasteran ternyata" seru nya.

Buk vega menghampiri Vana,"Silahkan kamu duduk di  samping Raldi" Alena melotot tanpa pikir panjang Alena mengambil tas nya lalu duduk di samping Raldi."No ,Raldi is mine"

Vana terdiam sebelum akhirnya."Vana lo duduk sama gue aja" tawar Rael, kebetulan Gerlan hari ini tidak berangkat. Rael sangat bersyukur.

"Makasih"

Kring

Bel istirahat menggema di seluruh ruangan sekolah, di kelas Kara memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tas."Kara kantin yuk"

Kara mengangguk tidak sempat menjawab karena tangan nya sudah di tarik oleh Aira. Seperti biasa kantin begitu ramai, beruntung kara sudah memesan terlebih dahulu tak perlu repot-repot berdiri dan berdesakan."Untung aja Ai, kita duluan udah pesen"

"Iya ih, kara sambalnya jangan banyak-banyak nanti-"

"Gak" elaknya cepat.

Aira hanya mengelus dada nya sahabat nya ini memang sangat keras kepala."Emang apa sih istimewanya Siomay lebih enakan bakso kali" ujar kara.

Merasa tersindir Aira menatap tajam kearahnya."Kalo gue balik kalimat nya gimana?"

"Ya gi-" Kara melongo saat Raldi duduk di samping nya."Gausah kepedean gue duduk di sini karena cuma disini yang masih kosong"

Hening

Tak ada jawaban jujur kara masih sangat kecewa dengan sikap Raldi kemarin.

"Hai guys gue boleh gabung gak?"

"Loh, Vana boleh dong sini " ajak Aira , dengan senang hati Vana menerima nya.

Kara masih tidak berkutik."Gue ke kelas" final nya.

"Tapi Ra" papar Aira , terlambat kara sudah pergi.

Raldi menatap punggung kara yang akan hilang sebentar lagi."Aneh,"

Tidak munafik vana terpesona akan ketampanan Cowok di depannya itu, lamunan nya terbuyar saat Aira memanggil nya.

"Va"

"Eh iya kenapa Ai"

"Boleh cerita in diri lo, eh maksudnya kehidupan lo?" Vana berfikir sejenak."Daddy pindah ke Jakarta karena Rumah gue di bangkok, lagi di renovasi ya itung-itung gue healing di Indonesia " Orkay mah beda.

.....

Hujan turun sangat deras kara menepi di halte sendiri , sialnya handphone lowbat sehingga kara tidak bisa memesan ojol. Setelah beberapa menit sebuah mobil hitam menghampirinya tak ingin berfikir macam-macam Kara memilih untuk duduk kembali.

"Ikut gue" bentak Raldi, menarik paksa tangan istrinya.

Kara tersentuh kaget."Lepasin!" titahnya. Seakan tuli dia terus menyeret kara, namun kali ini gadis itu berhasil melepaskan diri.

"PULANG IKUT GUE"

"GAK MALU LO, SETELAH NGEBUANG GUE. GAK SUDI" kara segera berlari menghindar, tentu saja ia tak akan membiarkan pergi."Kalau bukan karena Daddy gak sudi gue" batinnya.

Kara terus menghindar namun, kaki nya tergelincir karena kondisi jalan masih hujan di tambah perut nya yang masih sakit."Gak mau, lepasin Ral" kekeh nya.

"Pulung ata-"

"Atau apa? Hah, gara-gara lo. Daddy marahin gue"

Kara tertegun."Kenapa?"

Flashback

"DASAR ANAK TIDAK BERGUNA KAMU, MENJADI ISTRI TIDAK BECUS"

"Daddy, tidak mau tahu cari dia bawa pulang. Atau daddy akan beri tahu Alena bahwa kamu sudah menikah"

....

"Hai Abang!, Apa kabar." ujar seorang gadis di sebuah gundukan tanah dengan batu nisan Gevarsya bin Rehan.

Alena, ya gadis yang sedang menangis itu Alena. Sejak sejam yang lalu ia menatap makan sang kakak tercinta."Alena kangen bang, banyak yang mau lena cerita in. Bunda sekarang jarang di rumah terus Ayah udah dua bulan di London tapi belum juga kembali, rasanya sepi, hampa," Alena tak perduli dirinya sekarang di guyur hujan.

"Abang balik lagi yuk, Lena kangen, kangen di jailin , kangen di marahin kalau telat makan lena kangan semuanya tentang abang!"

Senyum Alena kembali terbit saat mengingat sosok Raldi pacarnya."Tapi sekarang Alena gak terlalu sedih di tinggal abang, Ada Raldi yang selalu ada buat lena. Tapi lena kecewa juga sama dia bang, Apa lena kurang cantik? Apa dia malu ngakuin lena di keluarga nya?" Perasaan Alena sedikit membaik sekarang sebelum ia pergi ia berbisik di depan batu nisan Gevarsya, lalu tersenyum miring.

Di lain tempat Vana sedang berbelanja di Mall Citraland bersama Aira teman barunya."Aira kita beli ini yuk" ajak nya.

Aira mengangguk, pikiran nya berkela."Coba ada lo Ra, pasti seru"

"Aira abis ini kita makan yuk

"Ai kita nanti nonton"

"Ra!" panggil vana sedikit meninggikan suaranya karena sedari tadi di abaikan.

Aira terlonjak kaget."Maaf Va,"

Vana tersenyum."Lo gak papa kan. Kalo ada masalah cerita aja Aira. Gue orangnya gak ember kok."

Satu senyuman itu membuat vana lega."Gak , yok makan gue ada rekomendasi makanan yang enak banget " ucap Vana antutias.

Aira hanya pasrah saat tangan nya di tarik oleh vana."Va, Sorry kayaknya gua ga-"

"Ga bisa kenapa, oke sorry kalau gue sok dekat sama lo dan buat lo ga nyaman. Gue kaya gini karena Aira" tujuk vana."Mirip sama Ana sahabat gue dulu" ujarnya sedih.

Aira merasa bersalah, Aira meminta maaf dan Vana memaafkan nya."Thanks Ra"

........

Kara menunduk saat Raldi membentak nya."GUE CAPE RA, SEHARUSNYA WANITA YANG BERSAMA GUE SAAT INI ITU ALENA BUKAN LO" Raldi melempar vas bunga ke tembok hingga hancur berkeping keping.

"Gue juga cape Ral, andai aja dulu gue kabur pasti sekarang hidup gue gak akan kaya gini. Lo bawa pulang ke rumah cuma buat ngelampiasin amarah lo?"

"Gue tanya, mau Lo apa sekarang?" dengan bibir bergetar kara mencoba untuk kuat walau kenyataan nya tidak.

"Kenapa diem, gak bisa jawab kan lo!"

Jika orang yang di hadapan nya ini pria percayalah Raldi akan memakan nya bulat-bulat."BANGSAT!" umpatnya.

Tanpa berkata Raldi langsung memeluk kara, Kara mendelik kaget. Bibirnya terasa kelu."Maaf"

Satu kalimat itu terus berputar di kepala kara,Apa kara sedang bermimpi? Ah tidak jantung nya berdetak bahkan tidak seperti biasanya.

Raldi mengendorkan pelukan nya."Maaf atas semuanya Ra," Kara masih diam membisu.

Kara yang sedang di tepi Indomaret, Matanya tak sengaja melihat Raldi yang akan menyebrang namun Raldi tak sadar bahwa dari arah lain , Mobil dengan kecepatan tinggi melaju kecang. Jika saja kara tak menolong nya mungkin Raldi sudah tiada.

"Setelah lo nyelamatin nyawa gue kemarin , gue mikir Kalo gak ada lo saat itu pasti gue udah gak ada" ucap nya sendu."Dan gue gak bisa bersanding sama Alena" lanjut nya dalam hati.

KaraRaldi udah baikan nih otw menuju konflik selanjutnya
Sebentar lagi bakal ada kejutan.

26 September 2023




Limerence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang