26.

333 54 109
                                    

Akhirnya sekian lama aku nulis satu chapter ini selesai juga kasih apresiasi dong hhh...

Tenang part menuju ending masih lama ya...

Spam 🔥 untuk next

...

Selamat pagi" sapa pak ferdi, Hari ini adalah jadwal nya mengajar kelas 12 IPA 3. kelas yang tadi nya ricuh mendadak hening saat Kara memasuki kelas. Aura yang terlihat sangat berbeda bagaimana tidak, Ratu wajahnya yang datar serta hoodie hitam yang melekat di tubuh nya serta topi hoodie yang kara kenakan.

Kara berjalan dengan tangan yang kara masukan di saku hoodie melewati Aira yang hendak menyapa nya. Pak ferdi mendongakan Kepala. "Kara kamu tidak sopan sekali" papar lelaki itu.

"Maaf pak!" jawab Kara enteng lalu duduk di bangku nya di sebelah Aira, Seperti biasa Aira tersenyum hangat walaupun hanya di abaikan oleh Kara.

"Emm! Ra gue lihat pr pjok lo dong gue lupa belum ngerjain soalnya boleh kan Ra" desak Aira saat pak ferdi berjalan mengecek satu persatu pr muridnya.

Tanpa menoleh Kara menjawab."Gak perduli"

"Tap-"

"Aira mana perkejaan rumah mu bapak lihat!" ucap pak Ferdi yang entah kapan datang.

Aira menggaruk kepalanya yang tak gatal."Hmm! Pr yang mana ya pak kok saya gak tau! Serius deh pak" cengir gadis itu.

"Alasan mu sudah klasik Aira! Teman teman mu saja tau. Bapak minta sekarang kamu lari lapangan dua kali setelah itu kembali lagi ke kelas. Kara mana pr mu" dengan malas Kara mendongakan bukunya.

"Oke semuanya mengerjakan kecuali Aira! Ai-"

"Iya pak iya" ucap Aira malas dan bangkit dari tempat duduk nya. Setelah kepergian Aira kara menoleh ke samping saat air matanya lolos begitu saja. "Maafin gue Ay! Gue gak tau harus gimana lagi"

"Tante kali ini kara mohon! Tolong kara pengen ketemu sama Aira tante saya mohon" isak Kara di depan rumah Aira.

"Sudah saya bilang! Jauhi anak saya. Apa otak kamu sudah tidak berfungsi" bentak sandra penuh penekan seraya melempar puluhan uang berwarna merah tepat di wajah kara.

Reflek kara menangkap uang itu lalu menatap sandra dengan tanda tanya."Apa! Belum cukup uang itu hah. Ambil saja uang itu sebagai imbalan nya jauhin Aira anak saya. Paham kamu"

Kara menggeleng."Saya bukan pengemis tante! Saya tidak lagi akan mendekati Aira! Makasih tante" kara berujar lalu pergi dari sana.

Lamunan kara buyar saat Alena dengan sengaja menyenggol lengan nya hingga kara merintih kesakitan. Bagaimana tidak lengan itu terdapat luka yang belum kering. "Heh! Karat gitu aja kok nangis lebay lo" cibir Alena lalu pergi bersama kedua temannya.

Perlahan kara membuka hoodie nya terdapat bercak merah di sana."Woy! Karat kita di suruh ke lapangan bodoh" seru Alena di ambang pintu.

Di tengah terik nya lapangan Aira berlari dengan ngos ngosan, Nafas nya kian memburu, Di lain tempat Arhan berjalan dengan meminum es cekek rasa Anggur. Mata memincing saat melihat orang yang Arhan sangat kenali sedang berlarian.

...

Gadis dengan pakaian ketat itu sedang mengendap-ngendap masuk ke ruangan loker cowok tangannya membawa sebuah coklat dan susu rasa pisang, Langkah nya terhenti saat suara dari belakang mengagetkan nya.

"Ngapain lo! " ya pemilik suara itu adalah Alena, Alena berjalan menghampiri siswi itu yang terlihat gelagapan."kkak Al-alena" desis nya pelan.

Yura langsung merangkul Siswi itu dengan erat."Nyari mati lo budak!" seru Yura lalu menonyor pelan kepala siswi.

Limerence Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang