Update lagi nih yuhuu
Voment maksa aku...
...
Gue benci lo Ra! Gue benci dasar pembunuhan jahat "Geram seorang gadis dengan mengenakan seragam Smp sayang sekali wajahnya tak terlihat.
Akhh
Kara terbangun dari tidurnya lalu meraup wajahnya kasar."Gue bukan pembunuh.....".
Kara merasa rindu kepada ibu dan ayahnya walaupun mereka memperlakukan kara dengan tidak baik tetap saja kara sangat menyayangi mereka.
"Gue mau kerumah mamah"senyum manis tercipta dari sudut bibir kara, Lalu bersiap untuk pergi, Sebelum pergi kara meminta izin kepada suaminya di bawah.
"Ral! Aku mau kerumah mamah"ujar nya gembira.
"Seterah"jawabannya tanpa melihat ke arah istrinya.
Kara termenung sesaat. Kara bersyukur karena Raldi tak memperlakukan nya kasar seperti dulu.
"Mau sampai kapan berdiri di situ!"suara dingin itu membuyarkan lamunan nya.
"Eh! Iya".
...
Setelah beberapa menit akhirnya kara sampai di rumah nya yang dulu , Langkah kara terhenti saat mendengar suara gaduh di dalam rumah.
"CUKUP MAS! CUKUP KAMU SEBUT DIA ANAK HARAM"murka Asna lalu membanting vas bunga hingga sudah tak terbentuk lagi.
Deg
Kara mati matian menahan agar air mata tidak turun rasa sakit kini menjalar di tubuhnya.
"KENAPA ASNA! MEMANG BENAR KAN KARA ANAK HARAM IA LAHIR DI RAHIM MU SEBELUM KITA MENIKAH"sentak dirga tak kalah tinggi.
"CUKUP MAS DIRGA! DIA TETAP LAH ANAK KITA".
"SUDAHLAH ASNA AKU TAK MAU BERDEBAT LAGI DENGAN MU HANYA GARA GARA ANAK HARAM MU ITU".
Kara sudah tak kuat lagi , kara berlari dengan derai air mata di bawah guyuran air mata ia terus mengingat perkataan ayah nya.
"Jadi ini alasan kenapa ayah benci gue selama ini"ujar nya lalu mendongakkan kepalanya ke atas.
"Tuhan lalu siapa ayah kandung kara! Dimana dia"ucap nya deng suara parau.
Suara klakson mengedar di telinga nya. Kini kara tidak merasakan hujan lagi karena ada payung yang melindunginya dengan cowok yang memenangi payung nya.
"Lo ngapain sih! Kaya anak kecil aja hujan-hujanan"papar cowok itu.
"Gue gak butuh saran dan payung lo"setelah mengatakan itu kara pergi dari cowok yang tidak di kenali nya.
"Dih! Sombong amat lu! Nyesel gue"cerocos cowok itu lalu kembali masuk ke mobilnya.
....
"Alena kamu kenapa sayang kok sekarang sering melamun gitu"ucap Zila sang ibu.
"Lena gak papa kok nda! Cuma lagi gak bergairah aja".
"yakin gak mau cerita sama bunda...... Bunda siap kok dengerin semuanya"sarannya, Lalu membelai rambut panjang anaknya.
"Bunda....".
"Iya sayang kenapa?".
"Lena kangen abang".
Mendengar itu senyum Zila seketika luntur mengingat kepergian anak pertamanya, Bayang bayang anak nya itu selalu menghantui nya pikiran nya berkelana.
"Lena! Bunda juga kangen banget sama abang!" lalu mereka berpelukan menuangkan tangis yang sendu.
....
"Ral lo buntingin Kara ya"pertayaan nyeleneh dari Gerlan membuat Raldi menatap tajam sahabatnya.
"Mata mu"sentak nya.
"Udah lah Ral! Gue kan orangnya pinter jaga rahasia.... Oh ya kenapa lo gak pernah ngasih tau ke Rael kal-".
"Males".
Raldi menikmati suasana sore hari ini, ya sekarang mereka berdua sedang berada di balkon rumah Raldi.
"Kara mana Ral! Kok gak ada"tanya Gerlan celingukan.
"Mati kali"jawabnya enteng.
"Cangkemmu"sela Gerlan seraya mengeplak kepala Raldi.
"Tai lo Ger"papar Raldi lalu mengusap kepalanya yang nyeri, Gerlan memang manusia tak punya hati.
"Gue gak kebayang kalau Alena ta-".
"Gak usah di bahas".
"Sialan lo Ral! Gue dari tadi ngomong di Potong mulu........ Btw bener kan lo buntingin kara perut nya buncit gitu"tanya Gerlan was was.
"Menurut lo?".
"Ditanya malah balik tanya dasar Raldi jelek item dekil bau ter-".
"Mau gue geprek lo"kesal Raldi.
"Hehe! Ampun Ral"cengir Gerlan lalu mengambil ancang-ancang untuk pergi namun sial ia malah kepentok meja.
"Mampus lo paipunah".
....
Jam sudah menunjukkan pukul lima sore namun kara belum juga pulang. Lantas kemana dia?.
Mata Raldi memincing saat melihat kara dengan keadaan tak karuan, Baju nya basah,Rambut nya berantakan serta tangan gadis itu yang sedikit kotor.
Raldi turun lalu menghampiri Kara."bagus habis ngejalang di mana lo"beber Raldi lalu menarik paksa tangan kara.
"Lo apa apan sih Ral! Gue kan tadi udah bilang kerumah mamah"sentak gadis itu tak terima.
Plak
Kara memengangi pipinya yang terasa nyeri dan panas."Dari kemaren gue baikin malah ngelunjak lo"bentak Raldi lalu mendorong tubuh Kara hingga menambrak dinding.
"Sakit Ral!"desisnya pelan lalu tangannya bergerak mengusap pinggangnya yang terasa nyeri.
"Lo pikir gue perduli! Enggak lah najis".
"Masakin gue sekarang"lanjutnya.
Setelah kepergian Raldi, Kara berjalan menunju dapur. Tangan nya bergerak membuka kulkas teryata hanya tersisa telur dan nasi. Kara berfikir sejenak."Nasi goreng"gumamnya.
Kara mulai memotong cabai bawang putih dan bawang merah dan beberapa bumbu lainnya....... lalu memasukkan Nasi kedalam wajan serta telor.
Kara membolak-balikkan Nasi nya agar matang merata."akhirnya matang juga"kekeh nya pelan.
"Raldi itu gue udah masakin buat lo! Gue mandi dulu ya".
Raldi tak menjawab pertanyaan itu, Raldi langsung kemeja makan dan mencicipi masakan istri terbenci nya.
"Enak"batinnya.
Setelah beberapa menit akhirnya nasi goreng sudah habis tak tersisa bersamaan dengan itu Kara datang."enak gak udah habis aja".
"Lo tuh bisa masak gak sih.... Asin tau gak"bentak Raldi berbohong.
"Kalau Asin kok bisa habis sih".
"Heh! Lo pikir gue yang makan ya enggak lah".
"Terus?".
"Kucing".
Kara mengerutkan keningnya."Sejak kapan di rumah ini ada kucing ngomong aja gengsi mau ngakuin"batin kara.
...
Author said:cape nulis cerita tapi masih sepi sepi aja...hemm berdoa aja deh semoga bisa rame nanti
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence
أدب المراهقين18+ Terdapat kata-kata kasar, Adegan kekerasan. _Story by dianalusintia_ Warming No plagiat 👍 Follow dulu sebelum baca! "Gugurin anak sialan itu!" "Gak gue gak mau! Dia berhak hidup" ..... "Lo itu gak berhak bahagia" "Gue sal...
