35. Jangan Takut.

168 33 7
                                    

Dingin banget tatapannya, apakah akan terjadi perkelahian di chapter kali ini '-'

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dingin banget tatapannya, apakah akan terjadi perkelahian di chapter kali ini '-'

°
°
°
Selamat reading¡

*****

Jihoon mengedarkan pandangannya ke sekitar, mendapati Karina yang tengah berdiri di depan restoran. "Orang di suruh nungguin malah duluan," gumamnya sambil berjalan menghampiri lalu perlahan memelankan langkahnya karena mendapati ada orang lain yang juga sedang berdiri di hadapan Karina.

Suana diantara mereka terasa sangat tidak bagus. Jihoon menyadari apa yang terjadi begitu melihat wajah takut Karina yang tertunduk.

"Wah, siapa, nih?" tanya laki-laki tersebut dengan senyum sarkas di ujung bibir.

"Gua? Jihoon. Park Jihoon."

Seketika laki-laki yang mendengar jawabannya itu tertawa keras hingga air matanya sedikit keluar. Cowok itu lantas melemparkan tatapan angkuh pada Karina, "Segitu gak bisa move on nya, ya, Rin? Sampe-sampe jalan bareng sama cowok yang namanya persis kayak gua."

Karina diam dengan kepala semakin tertunduk, entah kenapa ketakutan seperti mengambil alih tubuhnya sehingga ia tidak bisa melakukan apapun.

"Oh, iya, kita belum kenalan," cowok itu tersenyum mengulurkan sebelah tangannya, "kenalin gua Jihoon, Park Jihoon. Mantannya Karina."

Jihoon memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket, menolak ajakan untuk bersalaman. "Tangan lo bau rokok."

"Iya, soalnya udah lama engga di genggam Karina," jawab Jihoon santai untuk menutupi rasa malunya sedikit sambil menarik kembali lengannya.

"Bukannya selama kalian pacaran enggak pernah ada kontak fisik."

"Karina bilang gitu?" tanya Jihoon lalu memberikan tatapannya lagi pada Karina, "aduh jangan-jangan sampe sekarang masih anti kontak fisik lagi, padahal waktu itu cuma di ajak tidur semalem-

Jihoon mendorong bahu laki-laki tersebut agar berhenti mendekatkan wajahnya pada Karina. "Kirain cuma tangan tapi ternyata mulut lo juga bau, lemes banget lagi kayak getah karet."

"Lo berani dorong bahu gua?"

"Jangankan dorong, tadi niatnya gua mau nendang."

Jihoon seperti kehabisan stok kesabaran. Kedua laki-laki itu saling melontarkan tatapan dingin seperti predator di alam liar.

"Gak tau gua siapa, ya?"

"Kayak yang orang penting aja sampe-sampe gua harus tau," sarkas Jihoon membuat Jihoon mengepalkan tangannya bersiap memukul.

"Jangan nangis kalo udah tau."

Jihoon mengeluarkan kedua tangannya dari dalam saku. "Mau perkenalan lewat jalur kasar? Boleh juga-

I HATE YOU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang