38. Ujian kelulusan.

140 29 8
                                    

Salting diliatin kak Ji:"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Salting diliatin kak Ji:"

°
°
°

Happy reading!

*****

Segala persiapan sudah di lakukan, entah itu menulis, membaca, ataupun menghitung. Tiada kata lelah. Selama ini Karina telah belajar sungguh-sungguh tentu saja bersama dengan teman-temannya.

Karena tak terasa hari senin pun tiba, menjadi penentu hasil akhir mereka selama tiga tahun bersekolah di jenjang SMA.

Jam dinding menunjukkan pukul 6:30 pagi. Karina yang sudah selesai mengenakan seragamnya tengah sibuk bercermin sembari memasang dasi sekolah, gadis itu menoleh ketika pintu kamarnya di ketuk dari arah luar.

"Masuk," serunya, lantas daun pintu terbuka menampilkan sang kakak yang masih serasi menggunakan piyama tidur.

"Nitip buku lagi, ya," kata Kai dengan kedua tangan yang terisi penuh oleh buku-buku yang sudah selesai ia baca semua.

"Lama-lama kamar gua bisa jadi perpustakaan umum kalo lo tiap beli buku naronya di tempat gua terus, bang."

"Kan, emang itu tujuannya," ucap Kai enteng membuat adiknya itu mendengus malas.

Kai menaruh buku-bukunya di lemari samping meja belajar. Laki-laki itu mengambil duduk di pinggir kasur dengan sesekali memperhatikan adiknya yang tengah bersiap-siap di depan cermin. "Bantal lo tumben udah gak basah-basah lagi."

"Maksudnya?" tanya Karina tidak mengerti dengan perkataan Kai tiba-tiba.

"Gua tau lo selama ini suka nangis diem-diem, kan, tiap malem. Soalnya tiap pagi gua suka ke kamar lo terus buat naro buku, dan bantal lo pasti selalu basah."

Karina tertegun seperti orang yang tertangkap basah, gadis itu berusaha mengelak. "Enak aja gua gak nangis, ya."

"Terus kalo gitu kenapa basah? Jangan-jangan itu iler lagi," kai memasang ekspresi jijik, "geleuh, ih, udah gede masih ngiler."

"Gua mau ujian, bang. Jangan ngerusak mood, dong!" seru Karina malas lalu mengambil tasnya dan pergi meninggalkan kamar.

Kai yang masih duduk di atas kasur tersenyum memandang punggung adiknya yang kian menjauh.

"Syukurlah kalo lo udah bisa berdamai sama diri sendiri, abang seneng dek akhirnya kamu udah bisa bangkit lagi dari trauma itu," kai bermonolog,

"Gak sia-sia gua suka naro buku kuliah tentang psikolog di kamar lo. Emang harus diakui gua, inih, emang abang terbaik," ucapnya dengan senyum penuh nada kesombongan.

I HATE YOU [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang