05.01

1.4K 174 1
                                    

Dari dalam mobil, Kuroo dapat melihat Kenma yang berada di halaman sedang melambaikan tangan kearahnya dengan senyum yang riang gembira.

Ah jangan lupakan Mavros yang ada di tangan kirinya.

Mata Kuroo berkedut kesal menyaksikan itu. Entah kenapa melihat wajah Kenma malah membuatnya kesal. Di tambah dia baru saja pulang kerja. Membuat lelah yang menumpuk dalam dirinya ini makin menjadi.

"Ngapain dia di luar..." gumam Kuroo sambil memarkirkan mobilnya di bagasi.

Dia menghela nafasnya seolah menyiapkan diri untuk menghadapi Kenma. Dia melepas sabuk pengaman yang di gunakannya kemudian meraih tote bag kertas berukuran sedang yang dia letakkan di kursi sebelah supir.

Kuroo mencabut kunci mobilnya kemudian membuka pintu mobil itu dan keluar dari mobil. Tepat setelah dia keluar dari mobil, dapat di lihatnya Kenma yang berlari kearahnya dengan sangat cepat.

Menyaksikan itu tentu saja membuat Kuroo sedikit khawatir jika bocah kaya itu akan tersungkur ke tanah akibat ulahnya sendiri.

"Jangan lari-lari nanti ja-"

Brukk

"-tuh."

Belum selesai Kuroo berkata, benar saja Kenma terjatuh akibat tersandung batu yang ada di sana.

Kuroo meringis ngilu menyaksikan itu, dia segera bergegas mendekat pada Kenma yang sedang terduduk di tanah sambil menatap Mavros yang ada di pangkuannya.

"Meong meong." kucing itu berbicara pada saat Kenma memperhatikannya.

Mata Kenma berkaca-kaca menyaksikan kucing yang di tangannya itu. "HUAAA K-KUCINYNYA KETINDI-DIHAN...." Kenma memekik kencang dengan mata yang mengeluarkan cairan bening.

"Meong meong meong." seolah terkejut akibat Kenma yang memekik, kucing itu malah mengeong dengan kencang.

Kuroo yang menyaksikan Kenma menangis segera berjongkok di hadapannya.

"Udah udah, jangan nangis..." tenang Kuroo.

Kenma menghentikan tangisannya kemudian menunjukkan Mavros pada Kuroo. "T-tapi hiks... M-mavrosnya aku tin-dihin hiks.."

Pandangannya beralih menatap kucing yang ada di pangkuannya yang terus mengeong itu. Dia mengambil alih kucing itu kemudian memperhatikannya dari segala arah.

"Mavrosnya gak kenapa-kenapa." ucap Kuroo sambil mengusap kucing itu lembut.

"T-tapi tadi dia bunyi Kuroo....." Kenma berkata sambil mengusap matanya yang masih sedikit mengeluarkan air.

"Dia kan makhluk hidup, wajar kalo dia bunyi."

Kuroo meletakkan kucing itu di tanah dan kembali menatap Kenma. "Coba saya lihat, mana yang sakit?"

Kenma menunjukkan lututnya yang tergores cukup lebar akibat tersungkur tadi. "Ini...."

"Ya udah, ayo masuk. Nanti saya obatin." Kuroo berucap sambil menyodorkan tangannya pada Kenma.

Sebelum meraih tangan Kuroo, Kenma mengambil kucing kesayangannya itu kemudian berjalan masuk kedalam rumah dengan kaki yang pincang.

•••••

"Kuroo sakit!!!" ringis Kenma sambil menekuk kaki kanannya keatas seolah melindunginya dari Kuroo.

Kuroo yang mendengar itu hanya menatapnya datar. "Ini saya obatin biar gak sakit."

"Kalo diobatin Kuroo malah makin sakit."

Kuroo menuang kembali alkohol yang tergeletak di atas meja pada kapas yang ada di tangannya.

"Terus kamu mau gimana? Mau saya anter ke rumah sakit aja?"

Kenma menggeleng cepat. "Gak mau, rumah sakit bau obat."

Jika itu bau roti, namanya bukan rumah sakit.

Kuroo hanya menggeleng pelan mendengarnya, dia kembali menatap Kenma yang menatapnya dengan tatapan ketakutan itu. Dan jangan lupakan tangannya yang menutupi lutut kanannya agar Kuroo tidak bisa membersihkan lukanya itu.

"Udah... Kayak gini aja ngobatinnya..." mohon Kenma dengan tampang memelasnya.

Kuroo menggeleng, dia bahkan baru menempelkan kapas itu pada luka Kenma. Dan Kenma meminta untuk berhenti? Ayolah yang benar saja. Luka itu bahkan belum sempat di bersihkan.

"Nanti infeksi kalo kayak gini doang." Kuroo melirik dengkul Kenma yang di tutupi oleh tangannya itu. "Kamu mau lukanya infeksi?"

"Kalo infeksi nanti malah harus di bawa ke rumah sakit."

Kenma bergidik mendengar itu, dia sangat tidak menyukai rumah sakit. Aroma obat-obatan yang ada di rumah sakit sangat menusuk indra penciumannya membuatnya muak. Dan juga berbagai macam alat medis yang menumpuk di sana juga sedikit mengganggu pemandangannya.

Kenma menarik tangan yang menutupi dengkulnya itu perlahan seolah membiarkan Kuroo membersihkan lukanya itu.

"Pelan-pelan..."

Kuroo mengangguk kemudian dia menggerakkan tangannya untuk membersihkan luka itu. Dia melakukannya secara perlahan dan telaten seperti yang Kenma katakan. Sedangkan Kenma hanya bisa meringis perih.

"Kamu di luar dari tadi?" tanya Kuroo di sela-sela kegiatannya.

Kenma mengangguk. "Iya, dari jam 4!"

"Ngapain?"

"Nungguin Kuroo!"

Seketika Kuroo menghentikan kegiatannya ketika mendengar jawaban Kenma. Dia mendongakkan kepalanya untuk menatap sang suami yang menatapnya dengan tatapan polos seolah tak berdosa itu.

"Saya kan pulangnya jam 5."

"Aku kan gak sabar mau Kuroo pulang!" Kenma menampilkan senyum manisnya beberapa detik. "Oh iya Kuroo jadi beliin aku apple pai, kan?"

Kuroo mengangguk kecil kemudian memberikan tote bag yang berada di sofa sebelahnya lalu menyodorkannya ke Kenma.

Kenma yang melihat itu tentu saja senang bukan main, seolah menemukan emas. Dia pun spontan menggerakkan tangannya untuk meraih tote bag itu.

Tetapi, belum sempat tangannya meraih tote bag kertas itu. Kuroo sudah mengangkatnya tinggi-tinggi agar Kenma tidak bisa meraihnya.

"Janji dulu jangan lari-lari lagi." ucap Kuroo dengan nada tegasnya.

Kenma yang mendengar itu hanya mengangguk cepat. Dia tidak peduli dengan apa yang di setujuinya. Dia sudah di butakan oleh apple pai yang ada di hadapannya.

"Iya aku janji gak lari-lari lagi!!" ucap Kenma sambil berusaha meraih tote bag itu.

Kuroo yang mendengar itu mengangguk kecil kemudian menurunkan tote bag itu lalu memberikannya pada Kenma.

"Dan, kamu kalo nunggu saya jangan di luar." ucap Kuroo sambil membereskan kotak P3K nya.

"Kenapwa emwangnya?" Kenma bertanya dengan mulut yang sibuk mengunyah apple pai.

"Nanti kamu masuk angin, nunggu di dalem aja."

Kenma menelan apple pai nya kemudian menatap Kuroo dengan tatapan tidak setujunya. "Kalo aku nunggu di dalem nanti gak tau kapan Kuroo pulang."

"Kan nanti saya ketuk pintu."

Kenma menggeleng. "Gak mau, aku maunya pas Kuroo baru sampe depan gerbang rumah aku udah tau kalo Kuroo udah pulang!"

Kuroo menghela nafasnya. "Ya udah, saya klakson kalo gitu."

Married || Kuroken [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang