Kenma mengusap kucing hitam kesayangannya yang tengah asyik makan itu dengan lesu. Entah apa yang membuat bocah itu lesu.
Jari telunjuknya dia gunakan untuk menekan kepala kucing itu hingga kucingnya mengeong cukup keras akibat ulahnya.
"Mavros kenapa sih? Lagi makan berisik mulu." Kenma berkata sambil menatap kucing hitam itu.
Sang kucing tak menggubrisnya dan malah melanjutkan kegiatannya. Ck, padahal dia berisik akibat Kenma yang menekan kepalanya.
Kenma kembali mengusap bulu kucing itu dengan lembut, guna menyalurkan kasih sayangnya kepada kucing itu.
"Mavros..... Kamu tau gak? Aku bingung, kenapa Kuroo makin hari makin ganteng aja, ya?" tanya Kenma pada kucing hitamnya itu.
Kucing tidak merespon apapun, masih asyik dengan kegiatannya.
"Kan aku jadi gak rela kalo Kuroo harus kerja terus mukanya di liat sama orang lain!!" Kenma berkata sambil mengendus kesal. "Padahal kan itu hak paten aku. Harusnya orang lain gak boleh liat!!"
"Ya, kan? Mavros setuju, kan sama aku?" tanya Kenma.
Kenma kembali mengendus ketika Mavros tak kunjung menjawab pertanyaannya. "Ih, Mavros sok sibuk. Gak mau ngebales omongan aku."
Dia berkata dengan nada merajuknya tetapi masih terus mengusap bulu halus kucing itu.
"Menurut Mavros hari ini aku masak apa buat Kuroo?" tanya Kenma.
"Apa aku beli online aja, ya?"
Kenma menggeleng mendengar perkataannya sendiri. "Kayaknya enggak deh... Aku mau masakin Kuroo aja."
Kenma menoleh, menatap kearah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 20.53.
"Kuroo pulangnya jam berapa, ya?" dia bergumam. "Kuroo gak ngasih tau aku sih... Aku kan jadi gak tau harus masak kapan."
Matanya kembali menatap kucing hitam yang masih asyik makan itu. Dia mencubit gemas pipi kucing itu hingga membuat sang kucing bersuara cukup keras. Sementara pelaku hanya tersenyum riang menyaksikan reaksi kucing itu.
Hingga tidak menyadari bahwa orang yang di tunggu sedari tadi telah pulang dan sedang berdiri di depan pintu kamar sambil memperhatikannya.
Netra gelapnya menatap lurus kearah siluet puding yang asyik mengganggu kucing itu makan. Setelah puas menatapnya dia melangkah perlahan menuju kearah suaminya itu.
"Ken,"
Sang empu sontak menolehkan kepalanya dan menghentikan pergerakan tangannya.
"Aku kan udah bilang, kalo ngasih makan Mavros jangan di kamar." ucap Kuroo sambil melirik kucing yang tengah asyik makan itu.
Kenma yang mendengar itu mengerjap beberapa kali. "Kuroo udah pulang?" ya, perkataannya melenceng dari apa yang Kuroo katakan.
Kuroo menghela nafas. "Udah."
"Aku gak denger klakson mobil Kuroo." ucapnya sambil melempar tatapan heran pada suami jangkungnya itu.
Kuroo meletakkan tas kerjanya pada sofa yang ada di sana. "Aku pikir kamu udah tidur, makanya gak aku klakson."
"Aku gak bakal tidur sampe Kuroo pulang!! Lain kali klakson!!" ucapnya dengan nada kesal.
Kuroo menatapnya malad. Tidak bakal tidur katanya? Ayolah, jika Kuroo lembur, biasanya Kenma sudah tertidur pulas. Ya... Meskipun beberapa kali dia berhasil terjaga.
"Iya... Nanti aku klakson."
Kuroo kembali menatap kucing yang masih asyik makan itu.
"Jadi, kenapa Mavros kamu kasih makan di sini? Aku udah bilang jangan di makanin di kamar, kan?"
Kenma diam mendengar itu, dia kembali menatap Mavros lalu mengusap lembut kucing hitam itu.
"Mavros kasian kalo makan di luar, gak ada temennya."
Kuroo menatapnya datar. "Kamu kan bisa nemenin."
"Enggak, aku gak mau keluar dari kamar. Aku males..."
"Lagian juga.... Emangnya Kuroo gak kasian sama Mavros?" Kenma menolehkan kepalanya, menatap Kuroo dengan tatapan herannya.
Sementara Kuroo hanya diam, terpaku dengan bocah itu.
Kuroo mengingatnya.
Awal bagaimana dia dan Kenma bertemu.
"Jika tidak salah.... Hari itu hujan akan turun."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.SATU DUNIA HARUS TAU KALO KEMAREN GEBETAN GWE NGAJAKIN GWE NGOBROL XUSVJSNSKXKNA🥰🥰🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Married || Kuroken [✔]
RandomDemi melunasi hutang Ibunya, Kuroo harus menikah dengan bocah kaya raya yang keras kepala.