Kuroo menghela nafasnya lelah, sungguh hari ini terasa lebih melelahkan dari biasanya. Dia harus bolak balik ke berbagai tempat untuk melaksanakan meeting.
Di tambah perkataan-perkataan Kenma yang asal ceplos dari bibir mungilnya tetapi bisa membuat Kuroo kepikiran.
Seperti halnya saat ini.
Dia masih berada di mobil untuk perjalanan pulang, jarak restoran yang dia dan Kenma datangi lumayan jauh dari rumah mereka.
Dan hebatnya Kenma sudah terlelap di sebelahnya sejak 10 menit yang lalu.
"Bisa-bisanya kamu tidur pules kayak gitu.." ucap Kuroo sambil melirik Kenma sesekali.
Arghhh... Bocah kaya itu membuat pikirannya kacau.
Apa lagi mengingat Kenma yang menuju rumah sakit hanya untuk memastikan kenapa jantungnya berdebar lebih cepat. Kuroo tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi dokter yang menangani Kenma tadi ketika mendengar perkataan Kenma dan dokter itu menyimpulkan bahwa yang Kenma alami adalah suatu emosi yang bernama cinta.
Memikirkannya saja Kuroo sudah tak sanggup.
Drtt drttt
Tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Melihat itu, Kuroo segera memberhentikan mobilnya di sebelah kiri untuk melihat siapa yang menelponnya itu.
Papah Haruto
Itu yang tertulis di layar ponselnya.
Yang tak lain dan tak bukan adalah Papah mertuanya.
Dan jangan tanyakan Kuroo mengapa dia menamakan kontak Haruto seperti itu. Tentu saja itu karena disuruh oleh bocah kayanya itu.
Tidak langsung menjawab, Kuroo malah memperhatikannya terlebih dahulu. Seolah menyiapkan jawaban-jawaban yang kemungkinan akan Haruto tanyakan. Jujur saja Kuroo sedikit takut, bagaimana jika nanti Haruto memarahinya karena dia tidak bisa merawat Kenma dengan benar.
Beberapa detik kemudian, jarinya bergerak untuk menggeser icon bewarna hijau itu. Dia mendekatkan handphonenya pada daun telinganya.
"Halo?"
"Halo... Menantu...." terdengar jelas dari nada bicaranya bahwa Haruto sedang menggodanya.
Kuroo tersenyum kesal mendengar itu. "Ada apa Pak? Tumben nelpon." Kuroo tak ingin berlama-lama. Jadi langsung to the point saja.
Terdapat jeda beberapa saat sebelum akhirnya Haruto kembali berkata. "Hubungan kamu sama Kenma gimana??"
Kuroo mengerlingkan pandangannya untuk menatap jalan yang ramai di lalui oleh mobil itu. "Baik."
"Kenma ngerepotin kamu gak?"
Jika boleh jujur, iya. Bahkan sangat.
Ingin rasanya Kuroo mengatakan itu, tapi dia takut di depak jadi menantu. Sebenarnya tidak papa, tetapi bagaimana jika nanti Haruto berubah pikiran dan tidak mau melunasi hutangnya? Itu akan gawat.
"Enggak Pak."
Haruto tertawa kecil di sebrang. "Syukur deh kalo gitu, saya kira dia bakal ngerepotin kamu."
"Oh iya, kamu jangan kaku gitu dong. Panggil saya Papah aja atau Ayah juga boleh."
"Kamu kan menantu saya sekarang."
Kuroo mengalihkan pandangannya menjadi menatap Kenma yang mengusap wajahnya dengan mata yang terpejam. Sepertinya surai pudingnya mengganggu tidur nyenyaknya.
Kuroo menggerakkan tangannya untuk menyeka surai puding bocah kaya itu ke belakang daun telinganya. "Iya—"
"-Pah."
Haruto kembali tertawa kecil kemudian berkata. "Kenma di mana sekarang?"
"Ini dia lagi tidur di sebelah saya."
"Dia udah tidur aja... Ya udah deh kalo gitu saya matikan telponnya, ya?"
"I-"
"Oh iya Kuroo, kalo main sama Kenma jangan bringas bringas, ya. Kasian dia." Haruto berkata diiringi kikikan geli.
Perkataan itu berhasil membuat Kuroo kesal. Ayolah, Kuroo bahkan tidak berminat bermain dengan Kenma.
"Hahaha, iya Pah." jawab Kuroo dengan tawa garingnya.
"Dan... Makasih udah jagain anak saya. Saya hutang budi banyak sama kamu." ucap Haruto sambil tersenyum.
Kuroo menarik tangannya yang sedari tadi menyeka surai Kenma. Ayolah jangan mengatakan itu, jangan membuat Kuroo merasa tidak enak.
"Kenma itu anak yang keras kepala dan manja. Sebenarnya saya kurang yakin kalo bakalan ada yang mau menjalin hubungan sama dia."
"Tapi untungnya kamu mau, hahaha."
Jika bukan karena hutang, Kuroo juga tidak mau.
"Makasih ya, Kuroo."
Kuroo mengusap tengkuknya yang terasa dingin. "Saya juga makasih."
"Papah baik banget ke saya, udah mau bantu saya."
"Ngasih rumah, ngasih pekerjaan..." Kuroo melirik Kenma yang tertidur lelap itu. "Bahkan ngelunasin semua hutang Ibu saya."
Haruto tertawa mendengar itu. "Kamu tipe menantu yang gak enakan, ya ternyata hahaha."
"Ya udah saya matiin ya telponnya. Jagain anak saya yang bener, oke?"
Mana bisa Kuroo menolaknya jika Haruto saja sudah sebaik ini padanya.
Ujung bibirnya terangkat keatas sedikit menampilkan senyum tipis. "Iya, pasti selalu saya jagain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married || Kuroken [✔]
RandomDemi melunasi hutang Ibunya, Kuroo harus menikah dengan bocah kaya raya yang keras kepala.