01.01

1.8K 229 8
                                    

Kuroo dan Kenma hanya sebatas adik kelas dan kakak kelas.

Tidak lebih atau pun kurang.

Tetapi....

Mengapa bocah kaya itu mencoba untuk membuat hubungan mereka lebih dari kakak dan adik kelas?

~

Kuroo menatap punggung Kenma yang masih setia berjongkok di hadapan kucing anakan yang di temukannya entah di mana.

Sudah dari 3 jam yang lalu Kenma melakukannya.

Perempatan siku muncul di dahi Kuroo. Ah... Dia melupakan bahwa Kenma adalah anak yang keras kepala. Benar-benar keras kepala.

Kuroo melangkah mendekat pada Kenma, punggung piyamanya tampak basah akibat peluh yang terus bercucuran karena sinar matahari yang sangat panas.

Bisa-bisanya Kenma masih tetap bertahan di sana.

"Ken," Kuroo memanggil namanya tepat di belakang sang empu.

Tetapi, yang di panggil tidak menyautinya.

"Makan dulu ayo, kamu belum sarapan, kan?"

Kenma masih tetap diam, tidak membalas pertanyaan Kuroo.

"Kamu gak capek apa di sini mulu? Matahari udah mulai naik loh."

Tetapi, sayangnya perkataan itu tidak di gubris oleh sang empu.

Kuroo menghela nafasnya kemudian berjongkok tepat di sebelah Kenma, pandangannya ia fokuskan pada Kenma yang menatap lurus ke depan dengan mata yang berkaca-kaca seolah menahan tangisan.

Tak hanya keras kepala, dia juga cengeng.

Kuroo hanya bisa menghela nafas kemudian pandangannya ia alihkan menjadi menatap kucing yang sedang tertidur dalam pelukan sang induk.

"Dulu, ada orang yang gak mau makan." Kuroo mulai berbicara.

"Berhari-hari dia nahan dirinya buat gak makan cuman karena ngambek." dia melirik kearah Kenma sekilas.

"Dan suatu hari, karena dia udah gak tahan dengan rasa laper yang menggerogoti dirinya, dia langsung jalan ke meja makan."

"Tapi pas sampe di meja makan, dia ngeliat kalo nasi yang ada di sana lagi nangis."

"Nasi itu mikir aku gak jalanin tugas aku dengan benar makanya dia gak mau makan."

"Kamu mau nasi di rumah kita nangis kayak gitu juga?"

Tes

Air mata yang sedari tadi Kenma tahan kini meluncur bebas di pipi mulusnya.

"NASINYA KASIAN!!!" ujarnya sambil menutup wajahnya yang di basuhi air mata.

"Makanya, ayo makan." ucap Kuroo.

"T-TAPI K-KUCINGNYA... JUGA KASIAN!!!"

Kenma mengintip dari sela-sela jarinya. "Kakak emang gak kasian ama k-kucingnya?"

Kuroo menggeleng. "Saya lebih kasian sama kamu dari pada kucing."

"Kalo kamu gak makan nanti badan kamu yang udah kecil ini jadi makin kecil. Emangnya mau?"

Kenma melepas tangannya yang ia gunakan untuk menutup wajahnya. Dia menggelengkan kepalanya. "E-enggak."

"Ya udah," Kuroo meraih anak kucing serta induknya itu. "Ayo makan."

Kuroo bangkit dari jongkoknya kemudian berjalan terlebih dahulu untuk masuk kedalam. Dia tidak memperdulikan Kenma yang masih berjongkok sambil menatapnya heran itu.

"KAKAK KUCINGNYA JANGAN DI BUANG!!" Kenma berteriak dengan sangat kencang sambil menghampiri Kuroo dan menarik bajunya dari belakang.

Kuroo yang bajunya ditarik sontak berhenti melangkah. Dia menatap Kenma yang menatapnya dengan mata sembabnya akibat menangis tadi.

"Gak di buang." jawab Kuroo datar.

Kenma menyerngit heran. "Terus?"

"Saya nemu kandang kosong di gudang tadi, dari pada gak di pake—"

Kenma berbinar mendengar itu. "Jadi aku boleh melihara kucingnya?"

"Asal kamu bisa ngerawatnya."

Kenma tersenyum senang mendengarnya. "Makasih! Kakak emang baik banget!"

Mata Kuroo mengerling ke sebelah kiri agar dia tidak menatap Kenma. Sebenarnya dia enggan untuk merawat kucing, tetapi dari pada Kenma tidak mau makan. Lebih baik dia mengalah.

"Ya."

Married || Kuroken [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang