************************
POV Yoo Joonghyuk
***
Hari ini hari yang sial
Yoo Joonghyuk berjalan keluar dari rumah sewaannya tanpa arah, hari ini adalah hari melelahkan lainnya. Dia mencoba bernegosiasi dengan bos untuk masalah perjanjian yang dilanggar. Orang tua itu mengingkari janji awal ketika pertama kali ia bermain, ia juga bertengkar dengan anggota timnya dengan masalah kecil. Ia tau, ia tau kalau semua ini pasti dilakukan oleh anggota timnya dengan sengaja, dan ia juga tau kalau penyebabnya adalah bos nya yang mencoba menyalahgunakan kekuasaannya.
Tapi sungguh, bukan niatnya untuk marah dan keluar dari tim. Ia hanya terlalu marah, detektif yang di sewanya tidak berhasil menemukan keberadaan orang tuanya. Tidak hanya itu, bahkan apapun tidak ada. Dia harus membayar buku-buku Mia, tapi bahkan gaji nya masih terus ditahan oleh perusahaan karena hal-hal sepele. Dan sekarang dia keluar dari perusahaan.
Tanpa sadar Yoo Joonghyuk tiba di taman kecil yang cukup terbengkalai, ia terdiam di depan tiang basket lama, sambil terus memikirkan solusi apapun. Namun dia tidak menemukannya, hanya... dia tidak bisa memikirkan apapun..
Bang-
Memukul tiang untuk melampiaskan kekesalannya, Yoo Joonghyuk hanya bisa menahan tangisnya. Dia tau kalau itu konyol, umur berapa dia? Dia sudah 24 tahun, jika Mia tau dia akan menertawakannya...
"Kenapa semua selalu berjalan buruk, pemimpin sialan. Dasar tua bangka sialan"
Ini semua salah pria itu, jika tua bangka sialan itu tidak tergila gila dengan keuntungan!
"Apa yang harus kulakukan? Mia masih kecil, aku harus bagaimana? Aku harus apa? Haruskah aku menyerah? Kenapa harus aku?! Apa aku.. apa keberadaanku hanya kesalahan?"
Kenapa aku tidak bisa menemukan jejak keluargaku? Kenapa aku tidak bisa mengingat apapun?! Apa? Kenapa?! Apa aku seharusnya tidak ada? Kenapa masa lalu ku kosong?
"Mia.. Yoo Mia.. maafkan oppa mu.. aku tidak tau lagi"
Haruskah aku menyerah, aku lelah. Semua ini melelahkan. Tapi Mia masih anak-anak, dia masih 7 tahun. Dia masih membutuhkanku, aku harus bagaimana...
Tenggelam dalam keputusasaan, Yoo Joonghyuk tidak mendengar langkah kaki dibelakangnya. Hingga sudah cukup dekat, dia mendengar suara lembut yang kekanak-kanakkan.
"Jangan bunuh diri"
Mengangkat kepalanya, dia melihat anak laki-laki yang mungkin hanya berumur 6 tahun berdiri menatapnya dengan gugup. Anak itu memakai baju bermerek, putih dan tampak lembut. Entah bagaimana di pasangkan dengan lingkungan terbengkalai ini menjadi tidak...cocok.
"Tidak peduli bagaimana hidup mu sulit, yang terpenting adalah kau masih hidup. Hidup adalah yang terbaik. Kalau kau hidup kau bisa mencapai apapun. Jadi.. jangan bunuh diri"
Pupilnya bergetar, tangannya di tiang itu gemetar. Membuka dan menutup mulutnya berkali kali, ia tidak mengeluarkan suara. Hanya.... dia merasa sesak, hidup.. benar. Dulu juga Yoo Joonghyuk berfikir untuk terus hidup tidak peduli apa, bahkan ketika ia tidak ingat apa-apa, bahkan ketika dia tidak diinginkan, bahkan ketika dia mendapat adik perempuan tidak dikenal, bahkan ketika pertama kali dia mulai bermain game untuk mencari pendapatan.
Tapi untuk berpikir Yoo Joonghyuk yang sama yang telah bersumpah tetap menjalani hidup dengan satu-satunya keluarganya akan berpikir untuk menyerah. Ini...
Dia menundukkan kepalanya, dia merasa harus menjawab. Dia harus menyangkal, anak itu, dan pikiran menyerah sebelumnya.
"Aku tidak.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Omniscient Trash View Point
RandomHal terakhir yang Cale ingat adalah dia berhasil mengambil kekuatan kuno milik lobak putih setelah membunuhnya, menyegel dewa keputusasaan dibuku dewa kematian, sebelum dia terbangun di dunia baru di kamar yang sama mewahnya dengan kamarnya di kasti...