Bab 9

3.7K 525 42
                                    

**************

POV Kim Dokja

***

Kereta bawah tanah berhenti sekitar setengah jalan melewati Jembatan Dongho.

"Ya Tuhan..."

Beberapa orang yang selamat berdiri dan melihat pemandangan yang terjadi di luar. Seoul hancur dan bangunan runtuh. Monster yang mengingatkan pada ular raksasa sedang memakan puing-puing jet tempur yang menabrak Sungai Han.

"A-Apa-apaan ...!"

Aku langsung mengenali identitas mereka. Ichthyosaurus. Monster yang biasa disebut ular laut. Kemudian akan diklasifikasikan sebagai monster kelas 7 di dunia Ways of Survival.

Salah satu ichthyosaurus memandang ke arah ini.

"U-Uwaaah! Itu akan datang! "

Orang-orang menjerit ketakutan. Tapi aku hanya memandang apatis pada ichthyosaur yang mendekat. Orang-orang ini tidak bisa menjadi ancaman.

Kurururung!

Ichthyosaurus berputar di sekitar bagian bawah Jembatan Dongho dan menghilang ke dalam gelembung udara.

Dalam dunia Ways of Survival, 'skenario' lebih diutamakan daripada yang lain. Selama kita dilindungi oleh skenario, kita tidak harus berurusan dengan monster seperti itu segera. Setidaknya untuk sekarang.

[Penyelesaian kompensasi ditunda karena pemeriksaan skenario yang tidak terduga. Tunggu sebentar.]

Penyelesaian kompensasi seharusnya sudah dimulai sekarang, tetapi hanya pesan kesalahan yang melayang di udara.

Saat aku memperhatikan tubuh tubuh yang tergeletak di lantai gerbong, aku mendengar suara tangisan anak kecil.

"Tu-tunggu, jangan menangis, Cale!! Apa monster itu menakutimu? Hush hush, lihat!! Monster itu tidak bisa datang!!! HEY CALE JANGAN MENANGIS AKU BINGUNG HARUS APA????"

"..aku benci monster.. kenapa harus monster.. kan sniff bisa zombie atau sebagainya.. sniff tapi kenapa monster... uwaaaah.. aku tidak bisa berhenti menangis... snifff lakukan sesuatu dasar Kim Namwoon!!!"

"AKU HARUS APA??? KAN KAU YANG MENANGIS!!!"

"Ja-jangan menangis.. jangan menangis... tidak apa.."

Aku menatap kosong kearah kekacauan itu. Anak manis berambut merah itu mengerutkan wajahnya mencoba berhenti menangis tapi malah membuat wajah yang sangat imut, Kim Namwoon yang berteriak panik menghentikan anak itu. Juga anak yang kuambil belalangnya mencoba menepuk anak lainnya dengan canggung.

"U..uh ada yang punya permen?"

Bahkan Yoo Sangah mencari-cari kantungnya untuk menemukan permen untuk membujuk anak itu agar berhenti menangis.

"Aku bukan anak kecil!! Aku hanya tidak tau kenapa mata sialan ini tidak mau berhenti menangis!! Persetan!!"

Dan aku hanya bisa mengerutkan kening melihat anak manis itu mengutuk sambil mengusap wajah menangisnya.

Pada awalnya, aku hanya terkejut ketika melihat anak manis memperhatikanku dengan intens ketika aku sedang melihat ponselku. Kesan pertamaku adalah jika Yoo Joonghyuk itu hidup, mungkin dia bisa menampar Yoo Joonghyuk, tokoh utama novelku 100 kali, menginjaknya, duduk diatas tubuhnya sambil minum susu coklat lalu tertawa manis. Tapi saat dia tersenyum kecil, aku tiba tiba tersadar dan hanya bisa membalas senyumnya dengan canggung.

Setelah itu, aku sesekali memperhatikannya saat kereta mulai berhenti sampai scenario pertama. Aku memperhatikan anak itu, mulai dari ketika dia melihat Dokkaebi sambil berbinar dengan imut, kesal saat keributan, atau melompat dipelukan kakaknya saat Dokkaebi menggunakan bahasa korea. 

Omniscient Trash View PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang