Bab 82

1.2K 156 27
                                    

"Aku akan mengeluarkan ramuan, manusia."

Raon dengan gemetar mengambil ramuannya saat Cale dibantu berdiri dengan baik oleh Hyunjae.

Cale hendak menghela nafas dan meminta Raon untuk tenang, saat dia merasakan karat yang sudah familiar.

Cale hanya sempat menatap rekannya yang mendekat, sebelum mengutuk dan membungkuk.

"Uweeeek."

Banyak darah keluar dari mulutnya, namun bersamaan dengannya adalah arus hangat yang dia kenal.

-Tidak apa Cale, perlindungan dari dewa dunia ini tidak membuat piringmu retak. Hanya terguncang sedikit 💓

Cale mengangguk saat mengusap sudut mulutnya setelah berhenti muntah darah.

-Tapi.. sniff.. jangan selalu berlebihan.. sniff ah Cale... kenapa tidak pernah patuh... sniff 💓

Cale terdiam, kali ini tangisan cengeng terlalu menyedihkan.

Cale melihat beberapa kaki di bidang penglihatannya, dia mencoba mengangkat kepalanya saat dia kembali terbatuk parah.

"Uhuk uhuk, uh.. huk Uhuk."

"Manusia!!"

"Jangan angkat dia, biarkan dia menunduk."

Taewon menahan anak naga mendekati Cale dan melihat Hyunjae mengeluarkan sapu tangan dan berlutut di depan Cale.

"Tenangkan nafasmu dulu, jangan angkat kepalamu.. benar.. aku akan membersihkan mulutmu, jadilah anak baik dan diam dulu."

Cale diam bukannya dia patuh, dia hanya tercengang dengan nada membujuk Hyunjae.

apa pria ini punya anak? kenapa dia terdengar ahli????

Setelah beberapa menit tanpa batuk atau muntah, Cale mengangkat kepalanya.

Namun tubuhnya juga diangkat.

"?"

"Demam rendah.."

"Ramuan.."

Raon memberikan ramuan ke Hyunjae dengan wajah menangis. Cakar kanannya juga memegang pai apel yang basah oleh air mata.

"Apa manusia lapar?"

"Aku tidak apa."

Biasanya Cale akan mengantuk jika berdasarkan efek dari dewa kematian. Namun efek untuk sementara di matikan saat pertempuran. Cale membayangkan dia pingsan atau tidur tiba-tiba dan menggelengkan kepala dengan ngeri.

"Turunkan aku, aku tidak apa."

Cale menepuk tangan Hyunjae, namun tangan besi itu tidak bergerak. Cale mengangkat kepalanya dan melihat senyuman.

...namun ada rasa dingin... seperti peringatan.

"?"

"Lebih baik terus digendong, Cale-nim. Pasti lelah berdiri."

tidak Choi Han, kenapa berdiri itu lelah. Aku sudah sehat berkat cengeng.

"Benar kata pendekar pedang Roan. Walaupun legenda selalu kuat, tapi ada saat ketika legenda lelah, Cale-nim juga manusia. Tidak perlu memaksakan diri."

tutup mulutmu Clopeh.

"Cale.. jangan pingsan lagi... Kenapa tubuhmu banyak luka.. berikan ramuannya, naga hitam kecil. Aku akan mengoleskannya."

lukanya hampir sembuh, Namwoon.

"Baik!"

"Kemarikan tanganmu Cale, biarkan Hyung mengusapnya."

Omniscient Trash View PointTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang