"Keponakanku!!!!"
"Paman sulungku!!!"
Detik detik mereka menghilang, Barrow mengulurkan tangannya kearah Cale. Cale juga menanggapi dan mengambil tangan paman sulung kesayangannya dengan mata percaya.
Mereka berpegangan tangan, saling menatap, lalu mengangguk. Bahkan jika mereka akan dipisahkan, bahkan jika mereka tidak akan bertemu nanti, bahkan jika kesedihan akan melanda. Mereka saat ini hanya ingin saling mengisi dan bersama untuk sementara waktu. Mereka percaya kalau setelah mereka bersatu, mereka akan menjadi saling kuat dan akan bisa melindungi di masa depan. Punggung mereka akan diserahkan kepada yang lain. Hati ini akan menjadi milikmu untuk kau genggam. Dan paman sulungmu akan selalu mencintai kepo-
-Plak
Barrow tertegun dan menatap Cale yang memasang wajah hitam.
"..aku tidak tau apa yang kau pikirkan sejak melihat apa yang dewa kematian tulis. Tapi berhenti membayangkannya Barrow. Firasatku sangat buruk."
"Ow.. Cale.. jangan seperti itu. Bajingan itu bilang untuk tidak menjauh dariku, bagaimana kalau paman sulungmu menggendong atau memegang tanganmu? Hm?"
"Menjauh dariku atau aku akan menamparmu lagi."
"...aku ingat kau juga menamparku saat aku menyamar menjadi Deruth..."
"Bagus, mau coba?"
Kata Cale mengepalkan tangannya dengan emosi dan seserius mungkin. Namun Barrow menggelengkan kepalanya dengan ngeri, yang membuat Cale mendengus.
Ngomong-ngomong, alasan kenapa Cale menampar Barrow adalah karena dia melihat Barrow menatap kosong kearah buku dewa kematian. Dan Cale tiba-tiba mengingat, saat Barrow memiliki ekspresi yang sama sebelum kiamat. Lalu keesokan harinya, dia bangun hanya untuk menyadari kalau dia mengenakan gaun perempuan. Karenanya, tangan Cale langsung gatal begitu melihat ekpresi itu dan secara refleks menamparnya.
...bajingan gila ini masih gila..
Cale mengalihkan pandangannya kembali ke arah Kim Dokja yang masih membuat kekacauan. Cale tidak sempat mendengar apa kata-kata Dokkaebi tadi, namun teriakan orang orang di Gwanghwamun yang menatap Kim Dokja, kurang lebih sudah cukup untuk penjelasan.
"Apa? Apa yang kamu pikirkan?"
"Jangan bodoh dan duduklah dengan cepat!"
"Sial, aku akan duduk ...!"
Dokkaebi itu masih berbicara dan membujuk Kim Dokja, bersama dengan semua orang yang juga mencoba memaksa Kim Dokja untuk duduk.
[Tahta itu dapat memberimu apa yang kamu inginkan. Hanya duduk di atas takhta akan membangun 'narasi' mu dan sponsor yang kau kontrakkan akan naik. Apa kau tidak tahu apa artinya ini?]
Dokkaebi yang terlihat, mungkin, tidak seempuk Bihyung, terus berbicara dengan suara dingin.
[Aku akan memperingatkanmu sebelumnya. Aku tidak suka dokkaebis tingkat rendah. Jangan berpikir bahwa trik tipis akan bekerja pada ku.]
+
[Cale : ... kalian sedang membahas apa sih?
Kim Dokja : ...kau tidak mendengar..?
Cale : Aku sibuk menampar Barrow. Jadi apa itu tahta? Bukannya terlihat bermanfaat?
Kim Dokja : Tidak, tampar apa.. uh.. hah.. oke lupakan. Ehem. Seperti yang dikatakan dokkaebi, skenario kelima akan sulit dibersihkan tanpa Tahta Mutlak. Namun, aku tahu apa yang dokkaebi tidak katakan. Jika aku menggunakan 'Tahta Absolut' ini sekali, aku tidak akan pernah bisa mencapai akhir skenario. Dalam karya aslinya, Yoo Joonghyuk memperhatikan ini hanya pada regresi ke-14.
KAMU SEDANG MEMBACA
Omniscient Trash View Point
RandomHal terakhir yang Cale ingat adalah dia berhasil mengambil kekuatan kuno milik lobak putih setelah membunuhnya, menyegel dewa keputusasaan dibuku dewa kematian, sebelum dia terbangun di dunia baru di kamar yang sama mewahnya dengan kamarnya di kasti...