Misi 5

302 21 0
                                    

Aether membuka matanya perlahan, tubuhnya sakit sekali. Seperti akan remuk. Dia melihat luka lukanya sudah diobati, perban ada dimana mana. Membalut indah di tubuh kecilnya itu.

Dia tau, sekarang dia ada di sebuah tenda dan sepertinya mereka sedang berkemah sekarang. Dia menengok ke kanan dan ke kiri. Kosong. Tidak ada siapapun. Saat handak untuk bangkit, pintu tendanya dibuka.

Orang itu langsung berlari ke arah aether. "Jangan berdiri dulu" ucapnya sambil mendudukkan aether kembali

"Lumine?"

"Kenapa hm?" Tanya lumine sembari mengelus kepala aether

"Lukamu?"

Lumine mmperlihatkan lukanya yang telah di obatin. "Lihat, sudah diobatin kan"

Aether menganggukkan kepalanya lalu menatap lumine intens. "Lumine marah padaku?"

Lumine tersenyum. "Marah? Mana mungkin. Aku tak pernah marah ke aether"

"Tapi kemarin"

Lumine menaruh telunjuknya di depan mulut aether. "Shutt, diem oke. Aku tak marah padamu"

Aether menundukkan kepalanya lalu memilin selimutnya. "Besok kalau menikah, lumine ingin gaun seperti apa?"

Lumine mengeryitkan dahinya lalu menatap aether tajam. "Kenapa bahas ke sana"

"Aku cuma pengin tau!!"

"Hahh menikah ya? Aku ingin gaun putih yang sederhana saja namun terlihat elegan jika kupakai. Jangan lupa juga bunga lilly putih yang akan kupegang nanti" ucapnya sembari tersenyum

Aether mengelus rambut lumine pelan. "Aku yakin, keinginan lumine akan terkabul"

Lumine tertawa miris kemudian dia mencium dahi aether. "Sepertinya tak akan terjadi aether. Yap, ayo sekarang tidur. Hari sudah malam, besok kita akan pulang" ucapnya lalu keluar dari tenda aether

Tanpa mereka sadari dibalik tenda itu terdapat seseorang lelaki yang sedang menguping. Dia memegang katana miliknya lalu mendongak ke arah langit. "Gaun pernikahan ya..." lirihnya

Kemudian dia pergi menjauh dari tenda aether, meninggalkan aura kesedihan disana.

-----------

Aether tidak bisa tidur, dia mengedip kedipkan matanya. Memegang selimutnya dengan erat. Dia membolak balikkan tubuhnya, berharap matanya akan ngantuk dibuatnya.

Dia menyerah. Akhirnya aether bangkit dari tidurnya, dan keluar dari tendanya. Menghirup udara malam itu, dingin menerpa tubuhnya yang mungil. Namun dia suka suasananya.

Dia berjalan ke arah batu besar yang ada di depan sana. Duduk diatasnya dan melihat ke atas. Hari ini sangat melelahkan- batinnya

Menekuk kedua lutunya dan menumpukkan kepalanya di lutut itu. Dia merasa bersalah, karenanya dainsleif tidak bisa dibunuh sekarang.

Saat sedang menikmati dinginnya malam hari, suara gaduh terdengar di telinganya. Dia berlari mendekat ke arah mereka. "Ada apa ini?" Tanyanya

Namun tiba tiba seorang pemuda yang menjadi bawahan aether dengan inisial YO itu mendekat ke arah aether. "Tuan muda sepertinya anda harus kembali ke tenda. Saya akan berjaga di depan tenda anda" ucapnya dengan nada serius

"Ayato! Katakan padaku. Ada apa." Ucapku dengan nama menekan

Ayato menghela nafasnya lalu memegang kedua bahu aether. "Ada beberapa penyusup yang masuk ke perkemahan. Memang tidak banyak, namun tetap saja berbahaya"

Aether menatap ke arah mereka tajam, lalu dia melihat ada sebuah pedang di samping tenda itu. Aether mengambilnya. "Aku akan mengurusinya sendiri"

"Tidak bisa tuan muda. Ini berbahaya"

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang