BUUM

100 9 1
                                    

Aether membuka pintu mobil dengan tergesa gesa dan berlari masuk ke dalam mansion. Mukanya dipenuhi dengan amarah, dia tak terima alasan dari kematian sang adik. Bahkan tangannya sudah mengepal dan bersiap meninju mereka satu persatu, tak peduli mereka cewe atau cowo. Luka di muka dan kepalanya sudah tak terasa sakit sama sekali mungkin akibat dari kemarahnnya kali ini.

BRAKK!

Pintu itu di tendang olehnya dengan sekuat tenaga, mengakibatkan suaranya terdengar begitu keras dan menggema di dalam mansion. "DIMANA BAJINGAN ITU SEKARANG HAHH!!!" Teriak aether di dalam mansion.

Maid dan bodyguard yang berada di dalam mansion tak berani mendekat ke arah aether, bahkan tubuh mereka bergetar terlebih dahulu saat suara aether menggema di dalam mansion.

"KALIAN SEMUA BISU?!! KATAKAN PADAKU DIMANA MEREKA SEMUA!!" Teriaknya pada semua orang.

Aether terus marah marah sembari kakinya berlarian kesana kemari mencari orang orang yang dibencinya itu. Hingga seorang pemuda berambut hitam mendekat padanya dan menepuk bahunya. "Tutup mulutmu sialan, dan ikuti aku" Ucapnya dan berjalan mendahului aether.

Suara aether benar benar membuat risih pemuda itu, moodnya jelek dan suara aether membuat moodnya bertambah jelek. Lelaki itu membuka ruang kerja diluc dan masuk ke dalamnya.

"Tak ada siapa siapa disini scaramouche lloyd. Aku sudah mencarinya disini tadi sialan"

Scara menatap aether tajam dan menendang kakinya. "Kubilang tutup mulutmu, kau anaknya tapi tak tau sama sekali tentang ayahmu sialan" Ucapnya sembari menggeser meja kerja diluc dan memencet tombol yang terletak di bawah meja tersebut.

Setelah tombol tersebut di tekan, sebuah tangga terlihat disana dan tangga itu terlihat sangat panjang. Mereka mulai masuk ke dalam sana, dan hanya ada cahaya remang remang saja disekitaran sana. Aether menatap bingung dengan ruangan yang dimasukinya ini, dan sejak kapan ruangan ini ada?

"Ruangan apa ini?"

"Ruangan rahasia ayahmu"

"Aku tak tau daddy memiliki ruangan ini"

Scara menatap aether sinis dan mengangkat bahunya acuh. "sekarang kamu tau kan?"

Aether menghela nafas dan menatap scara malas. Bahkan lelaki itu mengusap mukanya kasar. "Cepetan jalannya, aku tak sabar memukul mereka semua" Ucapnya sembari meregangkan tubuhnya yang kaku.

.

.

.

.

.

"Daddy" Panggil aether saat melihat diluc yang sedang duduk sembari menyesap sebuah rokok dengan pandangan mata ke arah lelaki dan wanita yang duduk terikat tepat di depannya.

Diluc menengok ke arah aether dan menyuruh anaknya untuk berjalan mendekatinya. Aether yang paham akan kode ayahnya itu segera berjalan mendekat dan berdiri di belakangnya.

"Daddy bolehkah aku memukul mereka berdua?" Ucapnya sembari melihat ke arah dainsleif dan tsaritsa yang sudah terluka parah.

Luka sayatan memenuhi tubuh mereka dengan darah yang mengalir di setiap lekukan tubuh mereka lalu jangan lupakan penutup mata yang berada di kepala mereka dan kain yang menyumpal mulut mereka berdua. "Kau menemukan mereka dimana daddy?"

"Dia" Ucap diluc sembari menunjuk dainsleif dengan rokoknya. "Menemui the doctor untuk mengancamnya dan hendak mengambil penelitian lelaki tua itu tentang racun yang telah dikembangkan oleh para monster"

"AHH!! SIALAN! AKU LUPA!! DIMANA HERALD?!!"

"Herald?" Ucap seorang lelaki tinggi berambut biru muda yang berjalan ke arahnya dengan diikuti perempuan berambut putih. "Maksudmu ini?" Ucapnya sembari mengangkat kepala herald dan menunjukkannya pada aether. Kepala tanpa badan.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang