End

372 16 4
                                    

5 tahun kemudian






Liyue, morax

Aether berdiri di depan cermin sembari melihat seluruh pakaiannya apakah sudah rapi atau belum. Bahkan lelaki muda itu sesekali menata rambutnya yang menurutnya terlihat kurang.

Dia gugup. Bagaimana tidak? Hari ini itu hari pernikahannya. Hari yang sakral buatnya, dia akan mengucapkan janji yang berlaku untuk selamanya. Hari dimana dia akan menjadi pasangan dari childe collins.

Pakaian putih melekat di tubuhnya dan menambah kesan menawan pada lelaki muda itu. Belum lagi rambutnya yang panjang di kepang rapi dengan beberapa pernah pernik yang menempel di sekitarnya. Mukanya yang manis selalu tersenyum akibat dia yang terlalu bahagia untuk sekarang.

Tok

Tok

Tok

"Aether" panggil seseorang dari luar ruangan.

"Iya!! Masuk saja"

Orang itu membuka pintu ruangan yang ditempati oleh aether dan tersenyum padanya. Walau sudah berumur tetap saja lelaki itu masih tampan, apalagi saat dia menggunakan pakaian formal seperti sekarang dengan rambut merahnya yang terikat rapi. "Bagaimana? sudah siap?"

"Sudah dad, tapi aku gugup"

Diluc berjalan mendekat ke aether dan memegang tangan anaknya, kemudian lelaki itu mengecup punggung tangan aether. "Ada daddy di sampingmu" ucapnya.

Aether menganggukkan kepalanya dan memeluk diluc. "Makasih dad, maaf aether belum jadi anak yang baik" bisik aether.

Diluc tersenyum dan mengelus kepala aether pelan. "Aether itu anak terbaik setelah lumine"

Aether terkekeh dan memukul dada diluc pelan lalu dia melepaskan pelukannya. "Ah, aku jadi kangen lumine. Andai dia disini, aku lebih bahagia hari ini"

"Lumine selalu disini sayang" ucap diluc sembari menunjuk hati aether.

Aether tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya lalu dia menggandeng tangan ayahnya. "Ayo dad"

Mereka berjalan menuju tempat pendeta berada dengan tangan aether yang berada di atas tangan diluc. Senyuman aether tak pernah pudar di setiap langkahnya, apalagi saat melihat sang calon suami yang telah menunggunya di depan sana.

Childe sangat tampan saat mengenakan jas bewarna putih yang dipadukan dengan kemeja bewarna merah gelap. Rambutnya yang berwarna orange ke coklatan ditata dengan rapi, belum lagi matamya yang bewarna biru terlihat sangat menawan hingga aether dibuat tenggelam olehnya.

Tangan aether diserahkan oleh diluc dan diambil alih oleh childe dengan senyum manisnya. "Tolong jaga anakku childe"

Childe tersenyum kepada diluc dan menganggukkan kepalanya. "Pasti" ucapnya sembari memegang tangan aether.

Kemudian kedua anak adam itu saling berpandangan dan melemparkan senyum. Lalu saat suara pendeta mengintrupsi, mereka langsung berdeham dan saling membuang muka akibat menahan malu.

Setelah pengucapan janji dan pemasangan cincin selesai, saat ini waktunya para mempelai untuk saling berciuman di depan para tamu dan keluarga. "Silakan para mempelai bisa saling berciuman" ucap seorang pendeta.

Aether mendongak menghadap muka childe namun saat childe memegang pipinya, muka aether memerah. Dia malu untuk mencium pria yang kini sudah menjadi suaminya.

Childe mengusap pipi aether lembut kemudian mendekatkan mukanya ke muka aether. Menempelkan bibirnya lama lalu melumatnya pelan. Menggigit bibir aether agar bibir itu terbuka, kemudian melesatkan lidahnya ke dalam mulut aether. Setelah itu lidahnya beradu dengan lidah aether hingga ciuman panaspun dimulai. Mereka tenggelam dalam dunianya sendiri tanpa memperhatikan sekitarnya yang mulai ricuh akan aksi mereka berdua.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang