Dor dor dor
Aether menembak musuh musuh di depannya dengan gesit, bahkan tembakkannya itu tidak ada yang meleset sama sekali. Tangannya dengan lincah mengganti peluru dan menembak kembali.
Dia menengok ke belakang dan menembak seseorang yang hendak membunuhnya. Dia berlari ke salah satu dinding disana dan menganti pelurunya sekali lagi.
Aether membidik kepala musuh musuhnya dengan serius. Lalu dia memegang alat yang terpasang di telinganya.
"ZO" panggilnya
"Iya tuan muda?"
Aether melirik sekitarnya, berjaga jaga jika ada seseorang yang hendak menyerangnya. "Disini sudah beres, bagaimana disana?"
"Sudah beres tuan" ucapnya dan diangguki oleh aether.
"Aku akan masuk ke dalam gedung sekarang"
"Tunggu saya tuan, jangan sendirian" ucapnya panik.
Aether terkekeh lalu berbicara kembali. "Percaya padaku" ucapnya dan mematikan sambungannya.
Aether memasukkan pistolnya ke tempatnya dan menarik katanya yang sudah dia siapkan. Menurutnya katana lebih enak dipakai dibandingkan pistol.
Aether menguap pelan lalu mengusap hidungnya pelan. "Dingin" lirihnya
Aether berjalan memasuki gedung di depannya. Sesampainya di dalam gedung, darah berceceran di mana mana. Mata manusia menyebar di atas lantai.
Aether berkekeh dan menginjak salah satu mata itu hingga hancur. Telinganya menangkap suara seseorang yang berlari. Aether menoleh dan berlari mengikuti suara tersebut.
Dia memasuki sebuah ruangan yang terlihat tak terawat, bahkan disana terdapat sebuah sofa yang sudah berdebu. Dia berjalan mendekati meja yang terletak di pojok ruangan, lalu mengambil sebuah buku dan hendak membukanya.
Brak
Aether menolehkan kepalanya cepat dan menaruh buku itu lagi. Dia berjalan ke rak buku yang penuh dengan sarang laba laba, bahkan buku buku disana terlihat sangat lusuh.
Aether membersihkan sarang yang memenuhi rak itu dan menepuk nepuk tangannya. "Suara apa tadi? Sepertinya dari rak ini" gumamnya.
Dia menendang rak itu, berharap ada sesuatu yang terjadi. Namun lagi lagi tidak terjadi apa apa.
Aether menghela nafas dan mengambil sebuah buku, lalu dia mengintip di sela sela buku. "Wow, apa itu" ucapnya
Dia menyeringai lalu berjalan ke samping rak buku dan mendorongnya. Jangan meragukan tenaganya, kecil kecil begini dia tetap seorang lelaki.
Setelah rak buku berhasil disingkirkan, aether menyeringai saat melihat sebuah tombol. "Sudah kuduga" gumamnya dan memencet tombol itu.
Dinding di depannya seketika membelah, seperti dinding itu bukan benar benar sebuah dinding namun sebuah pintu.
Aether berjalan menuruni tangga dengan pelan, karena pencahayaan disana sangat minim. Hanya terdapat lilin lilin yang membuat ruangan itu terlihat sangat kuno.
Namun tiba tiba lilin di belakang dia mati, hanya dibelakangnya. Entah karena apa, aether tidak tau. "Disini tidak ada hantu kan?"
Aether menghela nafas dan kembali fokus ke depan. "Yaudahlah. Bahkan kalau ada hantu pun, akan kutebas dia"
Aether lanjut berjalan, tidak memedulikan lilin yang mati setiap dia berjalan ke depan.
Ruangan yang berada di depannya ini terlihat sangat mewah. Tidak tepikirkan olehnya, jika ada sebuah ruangan yang berada di dalam gedung lusuh ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
FanfictionSeorang tuan muda dari keluarga Cullen yang disegani oleh banyak orang, rela menyembunyikan identitasnya agar kehidupan sekolah dia tenang dan tidak diincar oleh musuh dari keluarga cullen. Tetapi realitanya berbeda seperti yang diharapkan sang tuan...