Pergi

317 28 1
                                    

Aether memasuki mansion dengan lumine digendongannya, tubuhnya sudah dibersihkan. Walau lumine telah pergi, mukanya tetap terlihat menawan.

Berbeda dengan sang kembaran, aether. Jejak air mata terlihat jelas di muka dia, bahkan dia masih mengenakkan pakaian yang sama. Aether terlihat tak baik baik saja saat ini.

Dia membuka ruang kerja diluc perlahan, disana terlihat diluc yang sedang mengerjakan berkas perusahaan. Aether memang menyuruh bawahannya untuk tidak memberitahukan diluc tentang kepergian lumine.

"Aether kamu sudah pulang?" Tanya diluc tanpa melihat ke arahnya. Diluc yakin itu suara langkah anaknya.

Aether menaruh tubuh lumine dilantai lalu duduk di sampingnya. Mengelus rambut lumine. "Daddy, maafkan aku tidak bisa menjaga adik" sesalnya

Diluc bingung dengan perkataan aether lalu dia melihat ke arah aether. Diluc membolakkan kedua matanya lalu berlari mendekat ke arah aether. "Apa yang terjadi dengan lumine" ucapnya sembari menaruh telapak tangan di dahi lumine. Hawa dingin dari tubuh lumine terasa sekali di telapak tangannya, bahkan muka lumine terlihat pucat sekali.

"Maaf ayah" aether kembari mengeluarkan air matanya itu

Diluc rasanya ingin mati saja, tidak mungkin kan dia kehilangan seseorang lagi kali ini. "Kamu bercanda dengan daddy aether?"

Aether memegang tangan lumine lalu memeluk tangan itu. Dirinya menangis disana. "Maaf daddy, aether minta maaf" ucapnya

Diluc mengeluarkan air matanya itu lalu merengkuh tubuh mungil anaknya, memeluknya dan memberikannya kata kata penenang. "Tidak apa apa, ini bukan salah aether. Mungkin sudah waktunya lumine bertemu dengan ibunya."

Aether memeluk erat diluc lalu dia membenamkan mukanya tepat di dada sang ayah. "Tapi lumine.."

Diluc mengelus rambut aether dengan air matanya yang masih mengalir. Seakan akan air mata itu tidak ingin berhenti. "Tolong katakan pada xingqiu, untuk mempersiapkan pemakaman lumine nanti sore. Tolong son"

Aether melapaskan pelukan itu lalu menyeka air matanya. Dia tersenyum dan menganggukan kepalanya. "Baik dad" ucapnya lalu berjalan keluar ruangan

Diluc memegang pipi lumine, lalu mengelusnya. Mencium dahi anaknya dengan begitu lembut. "Maafkan daddy, seharusnya daddy tidak membawamu ke permasalahan keluarga ini"

-----------

Seluruh orang berdiri memutari area pemakaman itu, entah berapa banyaknya. Teman teman, orang kepercayaan, rekan kerja dan orang yang dicintainya tentu berapa disana.

Tubuh lumine terbalut gaun putih elagan yang dia impikan itu, aether benar benar mengabulkannya. Dia rela mengobrak abrik sebuah butik demi gaun yang diidamkan oleh adiknya itu. Gaun berwarna putih elegan.

Rambutnya bahkan dihias dengan sangat indah, mukanya bahkan diberikan make up natural. Lumine benar benar menawan di peristirahatan terakhirnya ini.

Saat diluc hendak menggendong jenazah lumine, aether menahannya. Dia menggelengkan kepalanya dan berbisik. "Aku saja"

Dia menggendong lumine ala bridal style dengan hati hati. Dia menengok ke sekelilingnya kemudian tersenyum kecil. Berjalan menuju peti mati yang sudah ada di dalam liang itu.

When I am by myself

Looking at photos and video

Dulu sekali dimana mereka masih kecil, mereka selalu bertengkar. Memperebutkan hal hal kecil, hingga saling menyalahkan satu sama lain. Sampai akhirnya mereka tidak ingin bertemu satu sama lain, namun tidak sampai dua hari mereka kembali berbaikan.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang