informasi

324 20 0
                                    

Sejak kepergian lumine, aether selalu mengurung dirinya di dalam kamar. Dia merasa kehilangan sosok saudara yang selalu menjaganya. Aether merasa bersalah, karena dia tidak mencerminkan seorang kakak untuk lumine.

Aether seharusnya melindunginya bukan dilindungi. Matanya terlihat kosong, aether selalu melamun akhir akhir ini. Terkadang air matanya bahkan turun secara tiba tiba, kemudian dia akan terisak dengan keras.

"Lumine" lirihnya dengan bibir yang bergetar. Pemandangan indah di depannya seperti bukan apa apa untuk dirinya.

Aether memegang kaca besar yang menghadap langsung ke taman samping mansion. "Andai waktu itu..."

Dirinya menggertakkan gigirnya keras lalu menggeser tirai itu kasar. Melemparkan sebuah gelas yang berada di atas meja menuju dinding kamarnya.

Dia terduduk di pojok ruangan, melipat kakinya lalu membenamkan mukanya di perpotongan kakinya itu.

Gelap, berantakan, suram dan sunyi. Kata itu cocok untuk mendeskripsikan kamar aether sekarang. Suasana di dalam kamar aether, tidak mengenakkan.

Hingga suara ketokan pintu terdengar di telinganya.

Tok tok tok

Aether tidak membalasnya, meliriknya saja tidak. Aether hanya memejamkan matanya karena dirinya lelah menangis sepanjang hari.

Clek

Pintu itu dibuka lalu seorang pria melangkah masuk ke dalam kamar aether. Pria itu menghela nafas dan berjongkok di depan aether.

"Hi?" Sapanya sambil melihat aether yang masih menenggelamkan mukanya itu.

Pria itu mengelus rambut aether pelan lalu menariknya ke dalam dekapan hangatnya. "Aether yang ku kenal kemana hm?"

Aether hanya diam namun tangannya bergerak sendiri membalas pelukan pria itu. Menenggelamkan mukanya di dada pria itu.

"Lumine udah tenang sayang. Aku tau kamu saudaranya, kamu berhak bersedih. Tapi jangan terus terusan begini, kamu bisa sakit nanti." Ucap lelaki itu

"Tapi.."

Pria itu kembali mengelus rambut aether lalu mengecup kepala aether. "Tapi apalagi? Lihat kazuha, dia juga kehilangan. Kamu tau kan kazuha itu tunangan lumine, tapi dia berusaha terlihat baik baik di depan yang lainnya"

Aether melepas pelukannya lalu menarik kerah kemeja lelaki itu. Dia mendekatkan mukanya ke muka lelaki itu. "Aku dan kazuha berbeda!! Aku mengenal lumine terlebih dahulu! Aku yang paling menyayanginya!!" Teriaknya

Pria itu menangkup kedua pipi aether lalu menatapnya dalam. "Aku tau, aku tau. Tapi kalian sama sama kehilangan lumine, jadi kumohon iklaskan dia. Kasihan lumine disana." Ucapnya pelan

Air mata aether turun kembali, mengalir tanpa dia inginkan. "Aku kakak yang gagal childe"

"Kamu tak gagal aether. Kamu kakak yang terbaik bagi lumine, dia sangat menyayangimu"

Aether menunduk, suara isakannya terdengar memilukan di telinga childe. Telapak tangan aether menutupi muka imutnya itu, aether tidak ingin childe melihat dirinya yang seperti ini.

"Hei hei liat diriku aether" ucap childe

Namun aether tetap tidak menghiraukannya. Childe menghela nafasnya lalu menarik tangan aether. Memegang dagunya dan dihadapkan ke mukanya.

"Kamu itu kakak yang terbaik bagi lumine. Jangan terus bersedih, ada aku disisimu" ucap childe sembari menghapus air mata yang masih mengalir di muka aether

Childe terdiam saat melihat aether. Dia memegang dagu aether pelan lalu mendekatkan mukanya ke muka aether.

Pria itu menempelkan bibirnya ke bibir aether. Mencium bibir itu, rasa manis dari bibir aether terasa oleh childe. Dirinya menyukainya.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang