Hutan

194 10 1
                                    

Handphone hitam yang sedari tadi dipegang oleh aether dipukul pukul pelan oleh lelaki muda tersebut. Sinyal yang menjadi harapan satu satunya menghilang secara tiba tiba disaat dia tersesat entah dimana. Pohon pohon mati menyebar disekelilingnya dengan burung gagak yang hinggap diatas ranting pohon tersebut.

Lelaki itu tak tau kenapa dia bisa berakhir disini karena terakhir kali kakinya berpijak, dirinya masih berada di kota sebelum kegelapan merenggut pandangannya. Bahkan dirinya juga tak tau sejak kapan tangannya memiliki luka goresan yang cukup panjang dan luka itu juga terlihat luka yang baru saja ditorehkan. Pakaiannya yang awalnya bersih juga terkena noda berwarna merah yang dia yakini itu adalah darah dari tangannya sendiri.

Hari makin lama makin gelap, hutan yang awalnya memang gelap menjadi semakin gelap dan sialnya baterai handphonenya sudah terlihat semakin menipis. Sudah beberapa kali lelaki muda itu menghela nafas akibat kecerobohannya kali ini.

"Sial, tau gitu aku bawa powerbank" Ucapnya sembari membolak balikkan handphone miliknya.

Saat dirasa tak ada harapan dari handphonenya itu, aether kembali memasukkannya ke dalam saku celananya dan bangkit dari acara duduknya itu. Kakinya melangkah sesuai kata hatinya, entah hatinya mengatakan jalan yang benar atau salah dia sudah tak mempedulikkannya lagi, karena yang ada diotaknya sekarang hanya bagaimana caranya untuk keluar dari dalam hutan.

"Halo?" Ucapnya saat matanya menangkap sekilas bayangan mausia.

Aether menyibak ranting yang menyatu lebat di sampingnya dan masuk ke dalamnya. Dia berniat bermalam di goa terlebih dahulu karena menurutnya bermalam di goa lebih baik dibandingkan bermalam di luaran sana. Dia tak tau bahaya apa yang ada di dalam hutan dan lagian dirinya tak membawa senjata satu pun di tangannya. Dia takut ada hewan buas yang tiba tiba menerkannya disaat dia sedang tidur.

Lelaki itu melepas sepatunya dan di taruh di samping persis tembok gua. Setelah itu dia merebahkan tubuhnya dengan kepala yang ditaruh diatas sepatu seolah olah sepatu itu adalah bantal, walaupun teksturnya sangat berbeda. "Hahhh, cape banget. Tau gitu aku nurutin omongannya xingiqu kemarin"

Tangannya terangkat keatas guna untuk melihat lihat luka panjang yang ada ditangannya. Darahnya sudah mengering tanpa dia obatin, entah tangannya terinfeksi bakteri atau tidak dia tak tau. Lukanya terlihat sangat dalam jika dilihat lihat lebih teliti, bahkan ada sebuah luka kecil yang membentuk seperti sebuah symbol yang terletak persis di samping luka panjang tersebut.

Aether yang melihatnya langsung kaget dan terduduk dari kegiatannya itu. Kemudian dia mengusap luka kecil tersebut pelan, lukanya berbeda dibandingkan yang lainnya. Warnanya lebih pekat jika dibandingkan dengan luka panjang disampingnya.

"Ini luka apaan? Perasaan sebelum ke natlan dan sesampainya di natlan aku tak ada luka sedikitpun ditangan" Ucapnya heran dengan nada suara yang lirih.

Saat sedang asik melihat luka tersebut, suara langkah kaki terdengar ditelinganya dan itu berasal dari luar gua. Bahkan suara tawanya yang melengking terdengar begitu jelas, bukan tawa hantu yang aether lihat di film film. Namun lebih ke tawa manusia yang terkena gangguan mental.

"Sialan!" Makinya dan mengambil sepatu miliknya lalu berjalan lebih dalam di gua yang ditemuinya ini.

Selangkah demi selangkah dilalui oleh aether hingga dirinya menemukan tiga pintu gua dan tak ada penerangan sedikitpun dipintu gua tersebut. Aether terdiam untuk menentukan jalan mana yang harus dia lalui. Setelah terdiam selama 30 menit, lelaki mungil itu memilih pintu gua paling kanan.

Dia berjalan memasuki gua tersebut dan menemukan sebuah obor didinding gua lalu tanpa basa basi dia langsung mengambil obor tersebut karena dirinya itu membutuhkan penerangan. Setelah itu dia kembali berjalan lebih mendalam namun sayangnya gua tersebut buntu. Aether menghela nafasnya kembali, tenaganya terbuang secara sia sia disaat perutnya selalu berbunyi sedari tadi.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang