06. Rooftop

210 17 3
                                    

Putra menguap membuat Faren melempar kertas yang sudah diremuk ke mulut Putra membuat sang empu berdecak.

"Kita udah kelas 12 Put, masih aja kebiasaan."

"Kebiasaan tidur lo, dasar."

"Tidur itu wajar kali jadi kebiasaan setiap orang." Putra membela diri.

"Tapi tidur ada waktunya. Lah lo tidur pagi-pagi, tempatnya di kelas lagi."

"Iya iya gue gak tidur! Puas lo!" Putra melototkan matanya.

"Puas lah. Gitu dong bro. Kita tuh pengen lo berubah."

"Pagi-pagi udah ngedrama melow." Decak Putra.

"Kalau terlalu serius bikin otak tegang bro." Balas Faren.

"Otak jadi tegang karena berpikir sehari ha--"

"Kayak lirik lagu." Potong Faren.

"Eh iya." Bisma langsung teringat sama salah satu lagu milik si raja dangdut. Bisma pun tiba-tiba bernyanyi. "Otak tegang karena berpikir sehari hari--"

"Woi salah lirik lo." Timpal Faren sambil menggeplak bahu Bisma.

"Apasih bego main nampol aja."

"Mending gue yang nampol lo daripada si raja dangdut yang nampol lo karena nyanyiin lagunya dengan lirik salah."

"Bukan nampol aja sih, bisa aja tuh suara cempreng lo dihilangin." Sahut Putra tertawa lebar.

"Eh jangan sampai lah, suara cempreng gue ciri khas gue. Gini-gini kalau gue nyanyi bagus tau."

"Sampai sekarang gue tuh heran sama lo, kok bisa ya suara lo agak cempreng tapi pas lo nyanyi bagus gitu." Akui Putra.

"Makanya jangan remehin orang cempreng kalau nyanyi."

"Kenapa gak masuk paduan suara aja lo?" Sahut Askara yang dari tadi hanya bermain ponsel.

"Gue malas. Yaa... takutnya nanti kalau masuk malah suara gue yang paling bagus dan gue terus yang ditunjuk tampil, suara gue kan mahal gitu."

"Songong banget lo." Cibir Putra.

"Gitu aja udah sombong lo, Sma." Timpal  Faren.

"Gue bukannya sombong guys. Nanti fans gue tuh makin banyak terus malah bikin Nadia makin cemburu. Yang repot sendiri kan gue jadinya."

"Secara halus lo berlagak sombong nyet."

"Santai Santai Santai." Balas Bisma dengan bernada.

"Lanjut Faren." Pinta Bisma.

"Syaraf tegang karena berpikir sehari-hari.
Otot kejang karena bekerja sehari-hari.
Santai santai
Yo kita santai agar syaraf tidak tegang
Yo kita santai agar otot tidak kejang
Yo kita santai agar syaraf tidak tegang
Yo kita santai agar otot tidak kejang..."

Dan mereka bertiga mulai bernyanyi bersama-sama, diiringi suara gendang dari meja. Sedangkan Askara kembali memainkan ponselnya. Sementara Davian tidak ada karena sedang ke perpus.

***

Skaigor tengah duduk di lapangan  karena habis melakukan olahraga basket. Seketika pasang mata Askara melihat Bella dan Revan sedang berjalan menyusuri koridor sambil mengobrol.

Diam-diam Askara mengepalkan tangannya saat melihat dua orang itu tampak tertawa bersama. Tanpa pikir panjang Askara bangkit dan berlalu pergi tanpa menghiraukan sahutan teman-temannya yang bertanya ingin ke mana.

"Gak bisa dibiarin." Gumam Askara sambil berjalan.

Sesampainya di koridor Askara menyenderkan punggunggnya di tiang koridor dengan posisi berdiri bersedekap dada. Saat Bella dan Revan lewat di depannya, sebelah kaki Askara dengan sengaja menyandung jalan Revan sehingga cowok itu terjungkal ke depan.

ASKARA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang