A/N : Ini cerita ada genre slice of lifenya jadi ya begitu. Jangan lupa tinggalkan jejak ya :") aku udah update tiap hari, nanti aku ubah jadi update seminggu sekali :")
***
"Caska suka tempe goreng?"
"Suka semua buatan ibu," balas Caska dengan senang.
Mereka sedang makan siang bersama. Ayah belum pulang dari sekolah, hanya ada Ibu, Jea dan juga Caska. Kadang Ibu berpikir kalau Caska sama Jea ini mirip kakak adek. Apalagi saat Caska begitu semangat makan masakannya.
Sementara itu Jea masih mikirin tawaran Mas Danu untuknya. Dia lupa terus mau bicarain ini sama Caska.
"Caska."
"Kenapa Je?"
"Kita bisa bicara sebentar?"
Caska mengangguk kemudian mengekori Jea dari belakang. Jea mengajak Caska ke teras belakang. Menatap hamparan sawah yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah mereka.
Rumah Jea bisa dibilang masih berada di lingkungan orang-orang yang bekerja sebagai petani. Untuk pergi ke minimarket saja jaraknya lumayan jauh.
"Aku mau kerja."
"Supaya dapat uang, soalnya gak enak kalau Ayah masih kasi kita uang jajan ka. Apalagi kita masih numpang di rumah ibu sama Ayah."
Caska menganggukkan kepalanya, meskipun dia masih belum mengerti apa itu kerja. Tapi kalau demi kebaikan mereka bersama, maka Caska tidak perlu meragukannya lagi.
"Berati kamu setuju aku kerja, kan?"
"Iya, kalau itu untuk kebaikan Jea. Aku gak akan larang."
"Terima kasih."
"Sama-sama Jea."
Sekarang malah Jea yang bingung, kalau nanti dia pergi kerja. Bagaimana dengan Caska? Pasti hanya ada Caska dan ibu di rumah. Entah kenapa Jea jadi ingat pemberitaan di televisi soal mertua selingkuh dengan menantunya.
Astaga! Jea langsung menggeleng mengusir pikiran buruk di kepalanya. Ibu sudah menganggap Caska seperti anaknya sendiri. Emang agak edan orang-orang sekarang.
Siang menjelang Sore, saat Jea sedang sibuk-sibuknya mengemas pesanan pelanggan. Dia dikejutkan dengan kehadiran Ayahnya dengan baju kaos berwarna abu dan celana pendek, sementara di belakangnya ada Caska yang mengenakan kaos hitam dengan celana pendek juga.
"Eh mau kemana?"
"Le, kamu belum memberitahu istri kamu kita mau kemana?"
Caska mengangguk, kemudian dia berbalik menatap Jea dengan bersungguh-sungguh. Mirip bocah memang tapi kenyataannya Caska lebih tinggi dari Jea.
"Jea, aku izin pergi mancing sama Ayah. Kata Ayah, kalau aku ikut mancing nanti banyak dapat ikan."
Jea mendelik, "Apa iya?"
"Iya, soalnya suamimu itu mukanya hoki."
"Tapi ikan gak mandang wajah."
"Auranya, bukan wajahnya. Kalau itu sih jangan ditanya, Ayah paling keren sejagat raya."
"Dih Narsis."
"Yaudah tapi suamiku jangan diapa-apain ya."
Entah mengapa mendengar panggilan suamiku itu membuat Caska tersenyum lebar dan mengangguk. Sepertinya energi dia sudah terisi karena kata-kata Jea.
"Dasar bucin!"
"Yeu Ayah sendiri gak sadar kalau Ayah bucin?"
Jea tidak mendengar balasan karena memang Ayah sudah pergi mengajak Caska untuk pergi mancing. Entah kenapa rasanya Ayah lebih akrab sama Caska, padahal pria paruh baya itu sempat mengancam Caska sebelum menikah dengan Jea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suprise! Marriage | ZHONG CHENLE
ChickLitKeciduk berduaan di kosan sama pemuda yang bahkan tidak Jea kenal. Berakhir mereka berdua dinikahkan secara paksa akibat sanksi sosial di lingkungan kosannya. Warning! HANYA FIKSI SEMATA DON'T COPAS MY STORY Start : 7 Januari 2023