27. Hampir aja ...

6.1K 609 27
                                    

Sorry banget ini update gak sesuai hari 🙏🏻 kemarin tuh harusnya update, tapi karena banyak acara jadi ya whwhwh lufffaaa, untung ada yang ingetinn makasii guyss dan selamat hari raya idul adha untuk yang merayakan, mohon maaf lahir batin🫶🫶

Music play - NCT Dream Broken Melodies

***

Terkadang Caska heran, kenapa dia harus melepaskan masa mudanya yang bahagia itu, kemudian menjadi tuan muda dengan banyak pekerjaan. Namun setelah dipikir-pikir, lebih baik punya banyak pekerjaan daripada pengangguran.

Pemuda itu tengah fokus menatap layar MacBook miliknya dengan mengenakan kacamata. Kaos polos pendek berwarna hitam dan celana pendek berwarna abu, paduan yang begitu sempurna menambah kesan tampan sang tuan muda.

Caska tiba-tiba meletakkan MacBook yang dia miliki ke atas meja kemudian bangkit dengan cepat menuju luar kamar. Tenggorokannya terasa kering, mau panggil pelayan untuk mengambilkannya minum, sepertinya tidak bisa. Mengingat saat ini jam menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Dia juga yang salah karena lupa memberitahu pelayan untuk menyiapkan kopi dan camilan.

Ketika Caska turun dalam kegelapan. Tatapannya menyipit mencoba memastikan siapa yang saat ini sedang berjalan menuju arah dapur. Sekilas rambutnya tergerai panjang dengan daster berwarna cerah.

"Siapa?"

Wanita itu tampak terkejut, ketika dia berbalik Caska sudah bisa menebak siapa wanita tersebut dari siluetnya saja.

"Tu-tuan Muda?"

"Jea?" Tanpa Jea sadari Caska saat ini menarik kedua sudut bibirnya ke atas dengan tipis lalu berjalan cepat menghampiri Jea.

"Kamu belum tidur juga?"

"Saya terbangun karena mau buang air kecil Tuan. Ka-kalau begitu saya permisi."

Entah ada angin apa, tiba-tiba Caska menahan pergelangan tangan Jea. Hal itu membuat Jea menoleh dengan tatapan bingung, "ada apa tuan?"

"Saya butuh kopi dan camilan."

Setelah mengatakannya entah kenapa Jea tampak terkejut, "Kamu minum ko--ah, baik Tuan akan saya buatkan." Jea yang merasa sudah salah bicara segera mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan langsung pergi ke dapur.

Sementara Caska mengikuti dari belakang dengan perasaan tidak karuan. Sebenarnya Caska ingin sekali mengatakan sesuatu kepada Jea, namun lagi-lagi dia merasa egonya terlalu tinggi untuk sekedar menanyakan maksud dari ucapan Jea tadi.

Jea sudah berada di depan mesin pembuat kopi. Sayangnya karena lebih banyak hidup di desa dan gak pernah tau kehidupan kelas atas bagaimana? Dia jadi bingung sendiri, mau buat kopinya bagaimana?

Kalau Ibu membuatkan Bapak kopi, pasti kopinya dia goreng dulu, kemudian digiling dan kalau sudah halus tinggal dibuatkan saja kopinya. Namun ketika berhadapan dengan alat ini, Jea jadi bingung sendiri. Karena kalaupun Jea mengantarkan minum atau makan ke kamar Caska, yang melakukannya tetap koki.

Sekarang pilihan Jea ada dua, mencoba sendiri tapi kalau rusak dia yang rugi, atau bilang aja jujur ke Caska kalau sebenarnya dia tidak mengerti cara menggunakan mesin pembuat kopi ini.

Namun Jea merasa tidak tahan sendiri ketika berhadapan dengan Caska. Apalagi ketika dia berpakaian santai seperti ini, hal itu mengingatkan Jea pada sosok suaminya. Jea ingin peluk, tapi tatapan datar Caska selalu menyadarkan Jea, tentang siapa dirinya saat ini.

Melihat gerak-gerik Jea yang terlihat kebingungan dan hanya celingak-celinguk membuat Caska merasa aneh. Perasaan yang menggelitik yang membuat senyumnya terbit tanpa disadari, adalah perasaan apa?

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang