34. Ka, aku kangen

6.9K 670 134
                                    

Seketika Genre cerita ini berubah Religi wkwkw
Ini kan yang kalian tunggu-tunggu?
Oh ya sebenarnya saia bukan orang sunda maupun jawa, tapi pengen aja gitu masukin beberapa dialog bahasa sunda maupun jawa eheheh.
Kalaupun nanti ada kekeliruan kata atau kalimat, mohon bisa dikoreksi lewat komen, aku bakal koreksi kok dan terimakasih sudah mengkoreksi🙏🏻

***

Sore itu Jea lagi duduk selonjoran sambil melipat baju-baju miliknya, dan juga titipan dari ibunya. Setelah puas bermain dengan Riris seharian dan sekarang sudah kembali ke rumahnya, keadaan disekitar Jea kembali sunyi.

Jea mendadak teringat perbincangan antara dia dan ibu soal diadakannya pengajian tujuh bulanan. Dulu Mbak Ayu juga begitu, dan Ibu ingin Jea juga mengadakan acara pengajian. Meski bukan acara besar, namun Ibu hanya berniat agar banyak yang mendoakan kesehatan Jea dan jabang bayi yang sedang di kandung Jea.

Meski tidak tepat berbicara mengenai pengajian disaat Jea bahkan belum bisa menemukan keberadaan suaminya, namun Ibu hanya ingin banyak orang yang mendoakan kesehatan dan keselamatan Jea sampai hari dimana Jea melahirkan nanti.

Tatapan Jea berubah sendu, bukannya dia mau menolak. Hanya saja menumpang di rumah ibu dan bapak disaat Jea sudah mengetahui kondisi Caska sebenarnya, membuat Jea merasa terbebani. Dia tidak enak hati kalau terus menetap begini, namun mau keluarpun Jea tidak punya rumah kedua untuk pulang.

Mengadakan pengajian masih mustahil untuk Jea. Dia tidak sanggup mendengar ucapan nyinyir ibu-ibu jika mempertanyakan dimana keberadaan Caska.

Sesekali menghela nafas sembari mengelus pelan perut buncitnya, Jea bersandar dengan pasrah. Menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dan kembali ke kamar.

Jea membuka lemari plastik miliknya dan hendak memasukkan beberapa daster yang sudah dilipat. Arah pandang Jea tidak sengaja jatuh pada kaos yang biasa Caska kenakan.

"Apa harusnya aku buang aja ya?" Gumamnya pelan.

Jea segera menggelengkan kepalanya dengan cepat, "Mikir apa kamu je, seenggaknya kalau kangen kamu bisa meluk kaos Caska," gumamnya dengan nada sendu.

Beres melipat dan meletakkannya di dalam lemari. Jea langsung bersiap untuk sholat ashar, karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima. Jangan ditiru ya, soalnya Jea rada kesusahan kalau harus bangun duduk lagi, jadi biar sekalian wudhunya betah sampai maghrib.

Sementara disisi lain, kedua pria yang bertemu pagi tadi tidak terasa malah mengobrol sampai dengan sore begini. Tepatnya Haikal kedatangan tamu yang dikenalnya, dan orang itu adalah Caska.

Haikal tidak menaruh curiga pada Caska yang tidak mengingat Jea, karena perilaku Caska tampak seperti orang yang memang sudah tau kalau dia adalah suami Jea.

"Habis ini kamu mau ke rumah mertuamu ka?" Tanya Haikal.

Sebenarnya setelah Caska mengetahui dari Haikal bahwa sebenarnya Caska adalah suaminya Jea, yang digadang-gadang sedang bekerja diluar kota, membuat Caska berpikir keras.

Kedatangannya kemari memang untuk bertemu Jea, namun dia tidak pernah menyangka kalau dia akan mendapatkan sebuah informasi yang menarik.

Hatinya lega, namun gelisah. Ingatan tentang Jea masih abu-abu, meski dalam hati Caska merasa senang bukan main kalau ternyata sebelum ini dia memang punya hubungan sama Jea.

"Caska?" Panggil Haikal sekali lagi.

"Haduh, kenapa melamun atuh. Balik gih, kasihan Jea tuh merindukan kasih sayang, mana lagi hamil besar. Untungnya kamu yang duluan pepet Jea, padahal urang hampir jadi calon misuanya Jea," ujar Haikal yang langsung mendapatkan tatapan protes dari Caska.

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang