42. Bocah bukan sembarang Bocah

8.6K 674 153
                                    

Target Tetap Target
Btw makasih untuk kalian yang sudah komen dari 150rb orang yang baca wkwkwk
Target bab ini gak banyak kok 140 aja ehehehehehehehehehehehehehehe
Dengan 150rb org yg baca pasti bisa sih
Maksimal 3 ya wkwk
Udah kek apaan aja pake target, ya supaya aku gak males update aja😂

***

Baru satu hari Jea jadi Nyonya rumah. Teman-teman pelayannya yang dulu sekarang bersikap sungkan padanya. Namun Jea tidak mau ambil pusing, karena sudah ketentuan pekerjaan mereka seperti itu, toh juga Jea tidak terlalu dekat.

Hanya saja Jea sudah kedatangan Mbak Ayu dan Riris yang sengaja di ajak supaya mereka bisa lebih lama mengobrol di rumah mewah keluarga Wijaya.

Caska gak langsung masuk kantor, dia justru menemani Jea untuk beradaptasi setidaknya tiga hari, dan selama itu Caska akan memantau kantor dari jarak jauh.

Nenek juga sama, sekarang menyambut kedatangan Mbak Ayu dan si kecil Riris dengan gembira. Belum tau aja Riris ini bocah rada-rada.

"Sayang sekali Nenek cuma bisa sebentar karena harus pergi ke tempat janjian teman," ucap Nenek yang perlahan bangkit dan langsung disalami oleh Riris dan juga Mbak Ayu, diikuti Jea yang menarik Caska agar melakukan hal serupa.

Nenek diam-diam menarik kedua sudut bibirnya, suatu hal yang jarang sekali Caska lakukan, namun sekarang dia melakukannya dan perlahan-lahan berubah ke arah yang lebih baik.

"Nenek gak mau ditemenin sama Pak Daris aja?" Tanya Caska.

"Jangan, dia kan kepala pelayan. Kalau ada apa-apa takutnya kamu membutuhkan dia nantinya," balas Nenek.

Mbak Ayu daritadi hanya geleng-geleng kepala karena merasa takjub dengan kekayaan keluarga Wijaya. Udah rumah besar, kantorpun besar, bahkan di dalam rumahnya pun ada banyak pelayan dan ketua pelayannya.

Amalan apa yang Jea baca selepas shalat, sampai dapat cucu konglomerat tajir melintir, semata wayang pula.

"Nenek mau temana?" Bocah kecil yang rambutnya sengaja di kepang itu mengernyitkan dahinya heran melihat kepergian salah satu di antara mereka.

"Mau ketemu teman sayang, jadi Nenek pamit dulu ya." Nenek membalasnya dengan senyumannya.

Setelah pamit pergi, bocah kecil itu justru memiringkan kepalanya sembari terlihat berpikir serius, "Memangnya talau udah tua, matih punya temen ya?"

Mereka yang ada di ruangan itu tertawa, "Aneh-aneh aja kamu ri, udah sini duduk deket Mama," ucap Mbak Ayu yang menarik Riris agar duduk dekatnya.

"Riris mau main sama Paman Caska gak?" Ajak Caska sembari mengeluarkan permen susu dari dalam sakunya.

Riris yang awalnya hendak mendekati  sang Mama, urung begitu saja dan langsung lari ke Caska. Membiarkan putrinya itu bermain dengan atasan ayahnya sendiri.

"Gak apa-apa cas, kamu main sama Riris? Gak ada rapat gitu di kantor?" Tanya Mbak Ayu yang terdengar sedikit sopan.

"Hehehe, gak masalah Mbak. By the way, santai aja Mbak, aku kan adik iparnya Mbak."

"Ya tetep susah ca, kamu kan atasannya suamiku."

Jea geleng-geleng kepala, "Oh iya, mbak tumben banget mampir kesini, ada apa?"

Mbak Ayu berjengit, "Memangnya Mbak salah ya datang ke rumah adek ipar mbak sendiri. Lagian pas mau berangkat kesini tadi pagi, Ibu ada titip pisang sama pepaya," ucap Mbak Ayu.

"Tapi udah diangkut sama kakek-kakek di depan sana tadi."

"Pak Daris maksudnya?" Koreksi Jea.

"Nah itu!"

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang