14. Kebahagiaan Sesaat

7.1K 588 17
                                    

A/N : Jangan lupa follow akunnya ges. Oh ya yang di Fizzo update jam 10 pagi ini yaa...  See you next part!

***

Semenjak mengetahui kabar kehamilan Jea. Tentu saja seluruh keluarga turut senang akan kabar tersebut. Setiap harinya, Caska memastikan Jea tidak kelelahan dan akan membantu Jea rileks dengan memberikan pijatan kecil untuk Jea.

Terhitung sudah tiga bulan lamanya semenjak kabar kehamilan Jea. Mereka pergi ke rumah sakit untuk memastikan, karena memang Jea masih satu kartu keluarga dengan Ibu dan Ayahnya, Jea masih punya kesempatan menggunakan BPJS.

Kondisi janinnya sehat dan masih terlalu rawan untuk bepergian jauh maupun melakukan aktivitas berat. sehingga dokter memberikan saran untuk Jea, mengurangi beberapa pekerjaan.

"Masih mual?" Caska bertanya kepada Jea saat melihat wanita itu berpaling seraya menutup mulutnya.

"Gak terlalu, cuma sedikit sensitif sama bau. Aku gak apa-apa kok kalau masuk kerja. Kamu jangan terlalu khawatir," ucap Jea menenangkan Caska.

Masalahnya dari kemarin Caska mencoba membujuk Jea untuk tidak pergi bekerja. Karena memang kondisi Jea yang masih rawan, mana Caska gak bisa bawa motor lagi.

"Yah, nanti Caska pinjam mobil ya."

"Untuk apa?"

"Mengantar Jea pergi ke kantor lurah, supaya gak terlalu kecapean kalau pakai motor."

Ayah hanya mengangguk saja dan menyerahkan kuncinya kepada Caska. Meski Jea sempat memberikan tatapan tak setuju, namun sepertinya Caska tidak akan pernah mau menyerah.

Caska tidak tau kalau mengetahui dirinya akan menjadi ayah sebentar lagi, membuatnya tegang bukan main. Maksudnya, Caska tidak pernah tenang membiarkan Jea sendiri, apalagi harus bekerja begitu keras.

Salahkan Caska yang tidak berguna ini. Dia harus membahas tentang pekerjaan dengan Mas Derry, karena keputusan Caska sudah bulat.

"Kamu gak perlu pakai mobil Ayah begini. Bensinnya mahal lho," ucap Jea terdengar lemas.

"Jea, jea beneran gak apa-apa? Suara Jea aja lemes begitu. Gimana aku mau tenang biarin Jea kerja?" Caska terdengar murung.

"Aku gak kenapa-napa kok, kan Kak Ayu pernah bilang kalau aku kelihatan lemes itu wajar, nanti juga pas makan balik lagi moodnya," ucap Jea memberikan pengertian kepada Caska.

Jea membiarkan tangan Caska mengelus lembut permukaan perut Jea yang sudah terasa sedikit mengeras, "Aku gak tau, mau bujuk Jea gimana lagi, supaya mau setuju untuk gak kerja."

"Gak bisa gitu dong, kan kamu tau sendiri. Biaya persalinan, dan lain-lain pasti banyak."

Caska menghela nafas, "Ya sudah, terserah Jea aja. Yang penting Jea sama anak kita sehat."

Jea mengulum senyum mendengar ucapan Caska tentang anak mereka, "iya yah, lagi sebentar kita punya anak. Duh, sebenarnya aku masih dikit kurang siap, tapi ... Karena sudah jadi, aku tetap bersyukur." Jea mendadak gelisah.

"Jea gak sendiri, karena ada Caska."

Sepertinya dugaan Caska benar tentang Jea yang mungkin harus mundur dari pekerjaannya karena sedang mengandung. Karena sekarang Caska mendapat kabar kalau Jea hampir pingsan.

Perasaan Caska begitu kalut, dia langsung pulang ke rumah. Karena beruntung saat itu Mas Danu membawa mobil ke kantor, dan pergi mengantar Jea pulang.

Caska hanya diam ketika melihat Jea yang terbaring di atas ranjang. Jea terkekeh kecil melihat keringat dingin Caska yang mulai mengalir, dan jangan lupakan ekspresi Caska.

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang