25. Tunangan

6.2K 614 47
                                    

Maaf karena slow update ehehehe tapi aq sudah kembali ya, mungkin skrg bisa update seminggu sekali atau gak selama kemarin lah wkwkw yang nunggu Yasa ... sabar ya. Aku lagi kesel karena drafku hilang makanya gak mood buat ngetik lagi🙏🏻🙂
Coba baca ini sambil denger lagunya Xdinary Heroes yang Good Enough👍
***

Jea pamit lebih dulu kepada Mas Derry yang baru saja mengantarnya kembali ke kediaman mewah tempatnya bekerja. Sepertinya bertepatan dengan hal tersebut, mobil Caska masuk ke dalam gerbang. Mereka sempat saling tatap sebelum Caska membawa mobilnya melaju menuju carport.

Jea pulang agak malam karena Bapak dan Ibu sempat menyampaikan niat mereka untuk menginap, dan Jea harus memutar otak memberikan alasan kepada kedua orangtuanya agar tidak menginap di rumah Mbak Ayu. Bagaimana cara Jea keluar kalau mereka berdua masih disana? Jea juga tidak enak kalau mau izin libur sehari.

Nyatanya kemarin Bapak meminta Jea untuk ikut pulang ke rumah. Karena beliau khawatir dengan kondisi Jea dan takut merepotkan keluarga Mbak Ayu. Meski Jea akui dia sempat tergoda ingin ikut pulang, namun dia belum puas melihat Caska yang entah sampai kapan bisa dia temui semudah ini.

Menurut Jea, orang kaya pasti akan susah untuk ditemui. Apalagi kalau Caska sampai sekarang tidak ingat siapa Jea.

Begitu Jea masuk ke dalam rumah mewah tersebut, dirinya tersentak tatkala Caska berdiri di depannya. Jea tersenyum menyapa ke arah Caska, meski tampaknya Caska tidak menggubris senyumannya.

"Apa pria tadi suami kamu?" Suara dingin itu membuat Jea terhenyak dari kegugupan yang melanda.

"Ya?"

"Saya tanya, pria tadi apa suamimu?"

Jea dengan cepat menggeleng, "Bukan, dia kakak ipar saya." Jea tidak tau kalau Caska akan bertanya hal sepele seperti ini. Padahal seharusnya dia tidak begitu peduli dengan siapa yang dekat dengan Jea.

Caska terlihat menghela nafas jengah, dia juga merasa aneh kenapa melihat Jea pulang bersam pria lain, Caska jadi panas sendiri. Dengan cepat pria itu memalingkan wajahnya, tidak ingin berlarut ke dalam perasaan aneh yang baru saja dia rasakan.

Ketika Caska meninggalkannya dalam kesendirian. Jea hanya bisa tersenyum sendu dan kini melangkah masuk ke dalam kamarnya.

Keesokan paginya Jea sudah bangun pagi. Dia sebenarnya ingin masuk ke dalam kamar Caska lebih dulu untuk mencari baju kotor. Karena kemarin sepertinya tidak ada yang mengambil baju kotor itu. Merin bilang Tuan muda kita yang satu ini sudah mengatakan tidak boleh ada yang masuk selain Jea.

Wanita hamil itu masuk dengan ragu ke dalam kamar Tuan muda. Dia menunduk ketika masuk dan mendapati kondisi kamar yang begitu berantakan. Jea mendengus sebal, "Kotor sekali," gumamnya kecil.

Ketika Jea melirik ranjang, dia bisa melihat dengan jelas Caska yang masih terlelap mengenakan kaos putih dan celana pendek. Jea terdiam sejenak menatap pemandangan yang sudah sulit untuk dia lihat.

Melepaskan pandangannya dari Caska, Jea segera bergegas untuk membersihkan kamar Caska. Dia tidak merasa keberatan atau lelah, karena Nenek sudah mengatakan padanya kalau Jea hanya perlu fokus pada semua pekerjaan dari Caska. Dia hanya boleh mendengar perintah Caska, dan mengurus segala sesuatu tentang Caska.

Terkadang Jea merasa aneh, kenapa nenek begitu mempercayainya. Padahal sebenarnya kalau dipikir-pikir lagi, Jea tidak punya jasa yang terlalu besar untuk diberikan hal sebagus ini.

Bahkan jika Caska tidak ada di rumah dan pekerjaan Jea sudah selesai, maka dia bisa bersantai dan istirahat di kamar, bahkan Nenek mungkin saja mengajaknya pergi.

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang