31. Sebuah Provokasi

6.4K 643 36
                                    

Halo semuanya wkwkwk kita kembali di jumat lagi ... mohon maaf kalau ada typo dll ya :) bisa lamgsung perbaiki sendiri di kolom komen atau dalam hati awowkwkw.
Yuk jangan lupa mampir ceritaku di Fizzo judulnya "Suamiku Rapuh Seperti Kaca" awowkwkwk cowoknya cupu, ceweknya barbar, mirip sapa tuch awowkwk.

Sampai jumpa di Jumat minggu depan ...
Btw Aku mau publish cerita baru genre Rofan, castnya antara Jaemin atau Jeno, intinya anak NCT awowkwk. mungkin ada yang penasaran bisa mampir ke instagram im_yourput.

***

Caska baru saja selesai mandi, ketika menyadari kalau baju-baju kotor yang dia letakkan di keranjang dengan asal, tidak kosong. Seharusnya keranjang tersebut kembali kosong karena sudah dibawa Jea ke tempat laundry.

Sejenak, Caska mengernyitkan dahinya bingung. Namun tidak ambil pusing karena mengira mungkin saja Jea akan datang lebih siang, karena memang Pak Daris mengatakan kalau Jea saat ini sedang tidak enak badan.

Caska mendadak terpikirkan ucapan Jero. Kalau seandainya Caska memecat Jea, apa yang akan dia rasakan? Caska sendiri penasaran akan hal tersebut.

Namun Caska merasa tidak ingin ambil pusing dan akan aman untuknya menghindari Jea terlebih dahulu. Ingat, Jea sudah punya suami, dia tidak bisa asal mendekati Jea seperti itu.

Kalau dipikir-pikir bajingan itu tidak pantas di sebut suami karena memperkerjakan istrinya yang sedang hamil. Kalau bisa, Caska ingin sekali bertemu suami Jea, dan menamparnya dengan dolar agar tidak membiarkan Jea bekerja dalam kondisi hamil besar.

Sarapan pagi berlangsung dengan hening. Lagi-lagi Caska melirik sekitar, mencoba mencari dimana keberadaan Jea. Karena sepertinya Jea tidak terlihat masuk ke dalam kamar Caska.

Saat Caska hendak bertanya pada Nenek, dia merasa ragu sendiri. Takut Nenek berpikir macam-macam tentangnya.

Tidak butuh waktu lama untuk Caska berada di kantor. Karena rapat penting sudah berjejer menantinya. Dia harus pulang cepat agar dapat bertemu dengan Jea. Setidaknya Caska harus melancarkan aksinya memecat Jea, mengikuti saran Jero. Siapa tau Caska juga bisa bertemu dengan suami Jea, dan menampar dollar-dollar itu ke wajah suaminya.

"Terkait proyek pembangunan pabrik baru yang letaknya jauh dari pemukiman warga, apa sudah ada kabar terbaru kapan akan diresmikan?"

Caska mengikuti rapat dengan khidmat. Wajahnya terlihat serius dengan sorot mata tajam, tangan mengetuk meja dan satu tangan lainnya membalikkan halaman proposal yang ada di tangannya.

"Bagaimana dengan tanggapan direktur utama?"

Caska menoleh, "Masalah pengelolaan limbah, apa sudah dipersiapkan dengan mempertimbangkan prosedur yang ada? Saya tidak ingin, perusahaan ini membuat sesuatu yang memperparah keadaan lingkungan, karena membangun pabrik sendiri sudah sangat beresiko," balas Caska.

Tidak ada yang bisa lepas dari pengamatannya, meski itu hanya masalah sepele seperti pembuangan sampah, material yang digunakan, bahkan merek-merek bahan yang mungkin digunakan. Semua harus dalam pertimbangan, dan begitu laporan dana dia terima. Pendanaan harus dipaparkan secara rinci.

Sebagian pejabat atas perusahaan memang ada yang tidak menyukai cara kerja Caska. Apalagi dalam hal perizinan, karena Caska anti menyuap pejabat daerah atau sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan, karena kuasa hukum milik perusahaan mereka tidak bisa diragukan lagi kehebatannya.

"Sudah diperhatikan dengan benar Pak. Apalagi kami memilih kawasan yang berjarak jauh dari pabrik. Lalu ada base untuk para pekerja yang bergiliran mengelola pabrik."

Caska menganggukkan kepalanya membiarkan rapat selesai dengan lancar. Dia mengistirahatkan sejenak tubuh dan pikirannya. Sampai saat ini kasus penculikan Caska masih menjadi misteri.

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang