13. Adonannya Jadi

7.9K 638 8
                                    

Yuhuu Update lagi eheheh kemarin libur. Selamat membaca dan kalau mau bisa mampir ke instagram @im_yourput

ᕦ( ͡͡~͜ʖ ͡° )ᕤ btw masa liburku sebentar lagi habis

***

Caska gak punya ponsel untuk mengetahui Jea ternyata pulang duluan karena sakit. Tentu saja saat Caska pergi untuk mencari Jea. Dia mendapat kabar kalau Jea pulang lebih dulu karena sakit, membuat jantungnya bergemuruh tak enak.

Dengan sisa tenaga yang dia punya, tidak perduli jarak antara kantor lurah dan rumahnya jauh. Caska berlari sekuat tenaga.

Nafas Caska tersengal-sengal ketika sampai. Bahkan Ibu yang pergi untuk menyambut kedatangan Ayah, terheran dan cemas.

"Caska kenapa? Muka kamu merah lho nak, habis lari di kejar setan ya?" Tanya Ibu.

"Jea mana ibu?"

"Di dalam, lagi istirahat."

Caska langsung masuk menurunkan segala sopannya, karena prioritasnya adalah Jea sekarang. Caska masuk ke dalam kamar dan luruh ketika melihat Jea yang tertidur lelap.

Hal yang paling Caska tidak sukai adalah momen ketika Jea harus terbaring lemah karena sakit. Apalagi dia baru tau dari ibu, kalau Jea itu anaknya gampang sakit.

"Caska," panggil Ayah yang melihat pintu kamar putrinya terbuka.

"Iya yah."

"Biarkan istri kamu istirahat, mari ikut Ayah kita makan malam bersama setelah itu pergi ke masjid."

Caska murung, "boleh Caska tidak ikut?"

"Justru kamu harus berdoa sama yang diatas, semoga Jea cepet sembuh."

Mau tidak mau Caska menurut. Karena hatinya enggan meninggalkan Jea. Meski terlihat bahwa Jea sedang terlelap dan beristirahat.

"Jea kayanya banyak pikiran. Mending besok jangan suruh masuk kerja ya Caska," pinta Ibu.

"Iya bu," balas Caska dengan sendu.

Mendadak menantunya memasang wajah murung, tentu saja membuat kedua pasangan paruh baya itu bertanya-tanya, mengapa Caska terlihat sangat murung saat ini.

Ibu menghidangkan Caska makanan di depannya. Namun Caska tidak menggubris sama sekali dan fokus dalam pikirannya sendiri.

"Caska, jangan melamun. Cepat makan, ini sudah azan Maghrib."

"Iya yah."

"Kamu ini mikirin apa sih? Jea pasti sembuh kok, dia paling kecapek'an karena gak ada keluhan lain selain pusing sama perutnya gak enak."

Terdengar helaan nafas dari Caska, "seandainya Caska punya pekerjaan yang lebih layak, Caska gak mungkin ngizinin Jea buat kerja. Apalagi Jea gampang sakit begini bu, Caska jadi kepikiran."

"Justru Jea gak suka dikekang begitu Caska. Dia kerja, karena memang keinginan dia, bukan karena merasa kamu itu gak bisa cari nafkah. Apalagi sudah Ayah sekolahkan sampai wisuda, lalu kamu tidak memberikan izin dia bekerja? Kamu anggap apa perjuangan Ayah menyekolahkan dia?" Ujar Ayah dengan suara rendah, terdengar sangat tidak bersahabat.

Nafas Caska tercekat, hal itu membuatnya tersadar akan ucapannya sendiri. Saking frustasinya kalau dengar kabar Jea sakit.

"Sudah yah, lagipula Caska itu hanya khawatir sama Jea. Tau sendiri menantu Ayah yang satu ini, Bucin."

"Bucin sih bucin, tapi harus berpikir jernih dong," balas Ayah.

"Halah, waktu ibu ngelahirin Jea waktu itu Ayah kalang kabut nyari bidan bahkan waktu itu Ayah gak pake atasan, dan cuma pake sarung saking paniknya," ujar Ibu membahas masa lalu.

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang