29. Kembali

6.4K 631 51
                                    

Yuk yang mau mampir ke fizzoku aldeniaxsh ya wkwkwkwk
Btw part nyeseg
Makasiihhh

***
Malam semakin larut, namun Jea tidak pernah bisa memejamkan mata meski dia ingin. Sekarang Jea tidak bisa tidur dan memilih untuk menghubungi Kak Ayu, berharap kakaknya itu belum tidur.

Ternyata memang tidak ada jawaban. Sejenak Jea melirik ke arah Jam dinding. Helaan nafas terdengar berat setelah mengetahui ternyata sudah jam 3 pagi.

Mungkin karena Jea tadi tidur sebentar dan begitu bangun, dia gak tidur-tidur lagi.

Jea masih kepikiran sama Caska. Seandainya Caska hanya keluarga biasa, Jea pasti langsung menghadang wanita yang akan mendekati suaminya. Kalau perlu Jea umumkan lewat speaker kalau dia ini istri ... Sirih Caska.

Jea mendengus sebal, kalau dipikir-pikir Jea dan Caska hanya menikah sebatas agama. Secara hukum Jea dan Caska memang tidak terkait satu sama lain.

"Pusing juga ya," keluhnya.

Namun tekad hatinya sudah bulat. Dia akan meninggalkan kediaman ini nanti siang. Sekaligus meminta Kak Ayu untuk menjemputnya.

Pagi mulai tampak, Jea segera bangkit dari tempatnya untuk mengurus kamar Caska. Ini hari terakhirnya bekerja, sehingga Jea mau sekedar berbuat baik sebelum pekerjaannya selesai.

'karena ini juga hari terakhirnya melihat caska'

Jea masuk ke kamar Caska setelah mengetuk pintu dengan sopan. Dilihatnya ranjang yang sudah kosong dengan suara guyuran air di arah kamar mandi sana.

Jea mengambil beberapa pakaian yang kotor, tidak lupa membersihkan lantai dan merapikan tempat tidur Caska. Dia usahakan secepat mungkin sebelum Caska keluar dari kamar mandi. Takutnya nanti hati Jea malah goyah dan tidak ingin berpisah.

Krieett

Jea langsung bergegas menuju pintu kamar ketika mendengar suara derit pintu kamar mandi. Sayangnya langkah Jea terasa berat sehingga saat setengah keluar dari kamar Caska, pemuda itu justru memanggilnya.

"Jea."

Kaki Jea tertahan, dengan segenap hati dia berbalik sebentar kemudian menatap Caska dan memberikan senyum sopan.

"Ada apa tuan?"

Caska terdiam dengan rambut basah dan kimono yang dia kenakan. Pemuda itu tampak ingin mengatakan sesuatu pada Jea, apalagi ekspresi wajah Caska terlihat serius sekarang.

"Ka-kalau tidak ada hal yang mau tuan muda sampaikan, sa-saya pamit dulu."

Caska tidak mencegahnya pergi sehingga Jea sudah dapat keluar dari kamar Caska dengan perasaan berdebar. Perutnya jadi mulas sendiri karena gugup.

Jea menyentuh perutnya yang membuncit. Helaan nafas lega terdengar jelas, Jea melangkah menjauh dari kamar Caska dan menenangkan hatinya.

"Ini akan menjadi hari terakhir ya dek, setelah itu adek cuma punya Ibu ehehe ... Ibu cemburuan soalnya," kekeh Jea.

Sepertinya keputusan Jea sudah tidak bisa diganggu gugat. Dia takut pertunangan Caska mungkin batal karena Jea. Rasanya Jea itu mau jujur sama ke Caska dan Nenek, tapi Jea sadar diri, seandainya saja keluarga Caska adalah keluarga biasa saja. Sudah dari lama Jea marah-marah menuntut tanggung jawab.

Orang yang punya harta dan kuasa adalah orang yang berbahaya. Apalagi keluarga Caska adalah salah satu keluarga besar yang bisnisnya diakui negara, sebagai bisnis terbesar.

Karena ini hari terakhirnya, maka Jea dengan berani berdiri di antara pelayan yang lain ketika Nenek dan Caska sedang sarapan bersama.

Jea tau, sedaritadi Caska menatapnya. Jea juga tidak mengerti apa alasan Caska melakukan hal itu. Namun dia hanya diam dan berdiri dengan ekspresi datar.

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang