37. Caska Merakyat

8.1K 719 74
                                    

Sorry Pake banget kalau kalian ngerasa aku lama update wkwkwk. Kalau mau lihat aku rajin update ya di pijjo. Tapi memang sih aku lagi istirahat buat nulis dulu wkwkw selain karena skripsian aku juga kena musibah kecelakaan gess, syukur masih dikasi hidup.
Oh iya aku udah publish draft lama aku, penulisannya memang masih acak adul, karena niatku publish juga supaya kalian bisa baca gitu cepet-cepet, soalnya aku kasi waktu sampe malam wkwkwk, agak malu juga karena ceritanya masih acak adul.

Met bacaa🫶

***
Entah mengapa suasana ketika sarapan pagi begitu hening. Jea melirik Caska dengan hati-hati, wajahnya masih semerah tomat karena Caska memeluknya dari malam sampai subuh.

Jea merasa ragu kalau Caska mungkin akan menerima lauk-pauk sederhana yang dibuat oleh Ibu. Karena Jea mengetahui dengan jelas, bahkan di rumah megah itu, ada koki yang bersertifikat internasional menjadi juru masak yang menyediakan berbagai makanan lezat.

Untuk ukuran tempe goreng, sayur sop, telur dadar, serta sambal terasi. Entahlah, Jea merasa ragu kalau Caska yang sekarang akan menyukainya.

"Je, kok diem aja? Kamu lagi mikirin apa? Suamimu itu lho minta tambah nasi," tegur Ibu.

Benar saja ketika Jea menoleh, ada Caska yang menyengir memberikan piring kosong itu kepada Jea, "Enak je, aku mau lagi."

Jea menatap heran namun menerima uluran piring Caska dan mengambil nasi di dalam penanak nasi dekat kulkas.

"Sebenarnya Ibu gak mau suruh Jea, tapi sebagai perayaan menantu ibu sudah pulang, biarin Jea melayani Caska dengan sepenuh hati," Ucap ibu

Caska mengulum senyum, merasa kalau satu hari yang terlewat sampai sekarang, adalah hari yang membahagiakan. Meski masih ada sedikit yang mengganjal, namun Caska tidak ingin terlalu peduli dengan hal itu.

"Mau sekalian diambilkan tempe lagi?" Tawar Jea.

"Gak perlu, Jea duduk aja biar aku yang ambil sendiri."

Jea hanya mengangguk patuh kemudian memberikan piring itu ke Caska lagi, "Caska doyan banget ya masakan ibu." Ibu terkekeh melihat Caska yang kalap mengambil tempe dan sambal terasi.

"Jangan banyak-banyak atuh makannya, gak baik. Makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang," peringat bapak.

Sebenarnya masakan koki di rumahnya enak, tapi entah kenapa nafsu makan Caska lebih tinggi saat bersama dengan Jea.

"Makannya pelan-pelan aja tu--caska," bisik Jea.

Caska memutar bolamatanya jengah, "Kalau panggil tuan lagi, Jea aku cium ya," ancamnya sembari menyengir setelah membalas bisikan Jea.

Jea menahan untuk tidak tertawa, meskipun dia merasa senang kalau Caska yang sekarang, bisa beradaptasi dengan cepat di keluarganya.

"Oh iya, bagaimana dengan Nenek kamu cas?"

"Kapan beliau akan kemari, karena Ibu sama bapak mau mengajak Nenek kamu untuk bicara masalah acara tujuh bulanan Jea."

Caska terdiam sejenak. Dia sedang memikirkan bagaimana cara Caska menjelaskan pada Neneknya situasi yang terjadi saat ini?

Kemarin saja Nenek menghubungi Caska dan mengatakan akan datang ke rumah Jea hari ini. Namun Caska belum menjelaskan pada Nenek tentang situasi antara Caska dan Jea saat ini.

Sementara Caska berpikir, justru saat ini Jea yang keringat dingin. Dia merasa takut dengan respon Nenek yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasinya. Bagaimana kalau Nenek kecewa, padahal beliau sangat memperhatikan Jea saat itu?

"Acara tujuh bulanan Jea ya? Kalau boleh tau, acara tujuh bulanan itu untuk apa bu?"

"Lho, kamu ini gimana sih?"

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang