23. Prince or Princess?

6.4K 622 17
                                    

A/N : Baru bisa update karena udah masuk masa sibuk🙏 sekalian mau kasi tauu, jangan lupa follow akunku ya guysss... Happy reading

***

Jea tidak berhenti tersenyum melihat foto USG yang saat ini berada pada genggamannya. Dia menyimpan foto tersebut disaku sweater rajut berwarna merah muda miliknya. Nenek mengajak Jea makan siang bersama menikmati keramaian di Mall.

Tanpa Jea ketahui, mungkin saat ini ada lima pengawal pribadi yang Jea tidak sadari keberadaannya. Wanita paruh baya dihadapannya ini bukanlah orang sembarangan yang bisa pergi bebas tanpa pengawal. Wajar jika Jea tidak tau, karena dia baru pertama kali merasakan hidup menjadi bagian dari orang kaya.

"Jea suka?" Tanya Nenek sembari tersenyum ketika melihat Jea yang semangat menghabiskan makanannya.

"Nyonya besar sudah membelikan makanan yang enak, tentu saja harus Jea habiskan," jawab Jea semangat.

"Kalau kamu mau, Nenek bisa membelikan lagi supaya dimakan di rumah."

Jea dengan cepat menggeleng, "Jea gak mau ngerepotin Nyonya besar. Sudah cukup sama pekerjaan dan tempat tinggal layak yang Jea dapatkan."

Wanita tua baya itu menunduk sendu ketika mendengar panggilan Jea, "Padahal Nenek berharap kamu bisa mengenyahkan sejenak panggilan yang terdengar tidak akrab itu."

Jea terdiam dengan ragu. Entahlah, rasanya tidak sopan memanggil majikan dengan begitu akrab. Apalagi Nenek Wijaya adalah orang yang sangat berbudi luhur dan sangat, sangat pantas bila dihormati. Jea tidak sengaja dengar dari Fira kalau berkunjung ke salah satu panti asuhan dan menyebut keluarga Wijaya, mereka pasti semangat dan tau.

Hal itulah yang membuat Fira merasa Jea ini hanya dikasihani karena kebaikan Nyonya besar yang berlebih dan tidak ingin Jea nantinya menghianati kebaikan Nyonya besar. Meski Jea akui sikap Fira terbilang ketus dan sengaja menyinggungnya.

Tiba-tiba saja terbesit rasa penasaran saat tidak sengaja memikirkan tragedi penculikan Caska. Jantung Jea berdegup kencang, hanya karena memikirkan Caska.

"Nek ... Maaf sebelumnya kalau Jea lancang."

Nenek Tersenyum lebar begitu Jea memanggilnya sesuai dengan apa yang memang menjadi keinginannya. Lalu tatapannya menjadi teduh melihat Jea yang sangat serius sekarang.

"Tuan Muda, pernah diculik?" Jea mengatakannya dengan gugup, takut kalau dia terlalu lancang karena menggali lebih dalam.

"Ah, kamu bertanya tentang Caska?"

Jea mengangguk kecil, "Iya ..."

"Tapi kalau Nenek tidak ingin menceritakannya---Ah, Maaf Nek Jea sudah lancang," ujarnya yang merasa sudah kelewatan.

"Jea boleh mengetahuinya, justru bagus kalau Jea tau, dan membantu Nenek merawat Caska." Wanita paruh baya itu tampak berpikir sejenak, "Harus mulai darimana ya?" Jea menyiapkan hati karena merasa tidak ingin terlihat seakan Jea mengenal Caska.

"Caska baru pulang dari luar negeri setelah menyelesaikan studinya di sana. Dia sudah sangat siap menjadi penerus Widjaja Group. Sehari sebelum pengumuman resmi posisi Caska di perusahaan. Caska menghilang." Wanita tua baya itu berkata tanpa melepaskan pandangannya dari Jea.

"Caska menghilang hampir satu tahun. Saat itu Nenek jadi sering drop dan pusing memikirkan kemana Caska pergi, karena memang Nenek mengira Caska sengaja menghilang karena tidak ingin menjadi pewaris." Wajar Nenek berpikir begitu, mengingat jiwa bebas Caska yang masih ingin menikmati masa muda.

"Tapi setelah Caska ditemukan di lokasi perkampungan pinggir kota dengan keadaan yang ... Ah, Nenek tidak ingin mengatakannya. Yang jelas, Nenek tau kalau Caska bukannya melarikan diri tapi diculik."

Suprise! Marriage | ZHONG CHENLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang