00. prolog

2K 148 6
                                    

Pepohonan yang lebat, tumbuh menjulang sampai ke langit. Pepohonan yang tinggi kaya dengan daunnya yang berwarna hijau dan sehat.

Siang yang terik tertutupi dengan daun-daun pohon yang tumbuh, seakan-akan melindungi teriknya sinar matahari dari seorang gadis yang terbaring di tanah.

Perlahan demi perlahan, gadis yang tak sadarkan diri lebih dari dua puluh menit itu perlahan membuka matanya. Perlahan demi perlahan, matanya yang terasa sangat berat itu terbuka.

Samar-samar ia bisa melihat pohon yang menjulang tinggi sampai ke langit, seperti sedang menyapanya. Pandangannya yang terlihat buram berusaha ia fokuskan, berusaha ia jelaskan untuk menatap sekitarnya.

Setelah berhasil memfokuskan penglihatannya, matanya memicing. Keningnya mengkerut ketika menyadari dirinya berada di hutan.

Apakah ia benar-benar di hutan saat ini? Suasananya benar-benar sangat hijau. Seperti—berada di sebuah dunia gambar.

Beberapa detik setelah menyadari keberadaannya, gadis bersurai panjang kecokelatan sepunggung itu langsung terduduk tegak karena terkejut. Terkejut karena dirinya berada di hutan. Dengan bingung sekaligus panik, kepalanya ia tolehkan ke kiri dan ke kanan, matanya ia gemerjapkan beberapa kali, berharap ini hanya sebuah mimpi.

"Hey, ternyata kau sudah sadar."

Baru ingin bangkit dari duduknya, tiba-tiba wajah seorang laki-laki terbalik muncul tepat di depan wajahnya, membuat gadis berambut kecokelatan itu berteriak dan melompat kaget.

Begitupun juga dengan anak laki-laki yang diteriaki itu. Anak laki-laki itu langsung terjatuh dari dahan pohon. Ia menggantungkan kakinya di sana dan langsung terjatuh ketika gadis itu berteriak.

"SIAPA KAU!" Gadis itu berdiri dengan tangan yang siap untuk menghajar anak laki-laki itu.

Laki-laki berbaju putih, berlengan panjang kebesaran dengan celana hitam pendek selutut itu terduduk merintih kesakitan karena tubuhnya jatuh ke tanah.

Anak laki-laki itu spontan berdiri, mengangkat kedua tangannya, mengisyaratkan untuk tenang. "Wow, wow. Tenang. Aku tidak bermaksud apa-apa. Aku menemukanmu terbaring—"

"AKU BILANG SIAPA KAU!"

Gadis itu seperti orang kesetanan sekarang. Raut wajahnya merah padam karena marah. Tubuhnya terasa panas dan dingin, antara takut dan cemas akan laki-laki di hadapannya ini.

Melihat laki-laki itu hanya terdiam kaku, Alerina Jane mengambil sebuah ranting pohon yang tipis namun ujungnya terlihat tajam. Alerina menodongkan ranting itu kepada anak laki-laki yang mengejutkannya.

"Hey! Tenang! Aku bukan orang jahat—"

Alerina terus menodongkan ranting kayu itu, membuat laki-laki berambut hitam dan sedikit keriting itu memundurkan langkahnya.

"Lantas kau ini siapa!" gertaknya berani.

Karena terlalu waspada, laki-laki itu terus memundurkan langkahnya dan tidak bisa fokus menjawab pertanyaan simpel dari Alerina. Ia terus memundurkan langkahnya, membuat Alerina semakin berani menodongkan ranting kayu itu.

Karena sudah tidak sabaran, Alerina mengayunkan ranting kayu itu dan bersiap untuk memukul laki-laki di hadapannya itu.

Namun, saat ranting itu akan mengenai pemuda itu, tiba-tiba anak laki-laki itu menghilang dari pijakan tanah. Kakinya sudah berada di atas tanah, tepat sekepala Alerina.

Sepatu boots hitam benar-benar melayang tepat di depan matanya.

Sontak Alerina terdiam kaku. Tubuhnya menegang. Dengan sorot mata terkejut sekaligus kaku, Alerina mendongakkan kepalanya dan tubuhnya makin menegang ketika melihat ada sebuah sayap tembus pandang dengan bintik-bintik glitter abu-abu di belakang punggung pemuda itu.

Karena tubuhnya yang tinggi dan besar menutupi cahaya, wajahnya serta tubuhnya tak terlalu kelihatan karena membelakangi cahaya. Yang ia perhatikan hanya sayapnya. Ya, sayap.

"K-kau seorang peri?" Suaranya terdengar pelan dan lirih.

Mendengar kata itu, raut wajah waspada dari anak laki-laki itu berubah menjadi raut wajah datar.

Dengan posisi tubuh yang melayang di udara dan sayap yang terus mengepak lembut, anak laki-laki itu berbicara. "Ya, aku seorang peri—kau siapa?"

Merasa sudah tidak ada ancaman lagi, pemuda itu perlahan turun ke bawah sampai akhirnya kakinya kembali memijak ke tanah.

Raut wajah takut, bingung dan cemas Alerina mendadak hilang. Sorot matanya yang menunjukkan ketakutan dan kemarahan berganti menjadi binaran kagum pada matanya. Wajahnya terlihat merona karena kagum. Saking kagumnya ia, ranting kayu yang ia pegang pun ia jatuhkan tanpa sadar.

Ia fokus memandang laki-laki di hadapannya kagum.

"Kau tidak memiliki sayap, sudah pasti bukan peri sepertiku. Rambutmu juga bukan berwarna putih, biru dan merah, sudah pasti bukan dari kerajaan milik Froze, Er dan Valir. Kulitmu tidak terkelupas saat berada di daratan cukup lama, berarti kau juga bukan kelompok Demetrius. Bajumu terlihat aneh namun tidak lusuh dan robek, kau terlihat rapi walaupun bajumu aneh, kau juga bukan bajak laut—Jadi, kau ini apa?"






































ini pertama kalinya aku bikin cerita fantasi (maksudnya yg bener-bener fantasi), jadi aku belum punya pengalaman dalam menulis genre ini & mohon dimaklumkan kalo ada yang enggak masuk akal, karena ini fantasi aku, dimana fantasi enggak ada batasnya & kadang enggak masuk di nalar manusia.

juga, aku bikin cerita ini karena beberapa waktu yg lalu aku pengen banget baca cerita genre fantasi tapi gadapet yg sesuai sama kemauanku wkwk, jadi aku bikin cerita ini sesuai alur yg aku mau.

cerita ini terinspirasi dari beberapa teori konspirasi dari tiktok😉

selain terinpirasi dari teori & mitos, aku buat cerita ini karena aku suka banget sama film fantasi, terutama film/cerita tentang kekuatan, sihir, peri, duyung, dll. aku suka banget sama film peter pan, harry potter, pirates of the carribean & narnia😚film yg enggak pernah bosen buat aku rewatch ulang🫶🏻

so, kalau kalian bukan penggemar fantasi, diharapkan untuk meninggalkan cerita ini karena ini bukan untuk kalian😉dan buat yang suka fantasi, semoga ini cocok untuk kalian & berharap semoga kalian sukaa🥰🫶🏻💗

happy reading bestie-bestiekuu🥰🫶🏻🫶🏻

Fae CircleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang