18

3.8K 455 14
                                    

Entah mengapa dan sejak kapan Lisa membiarkan Mingyu masuk ke ruang tamu. Pandangannya mengawang jauh ke depan.

Lisa memejamkan matanya sejenak, mencoba mengingat bagaimana dirinya bisa berada dalam situasi sekarang. Untungnya Rubby masih tertidur pulas dalam gendongannya.

"Terima kasih sudah membiarkan aku masuk meski sebenarnya tak ingin."

"Aku ingin bicara baik-baik denganmu, melihat kau di masa lalu yang selalu baik padaku. Jadi, aku tak ingin membuat keributan."

"Ouh, sebenarnya aku menjalin hubungan denganmu waktu itu sebab teman-temanku mengadakan taruhan. Sayangnya kau terlalu mudah untuk diriku dapatkan, berkat dirimu aku menang banyak Lisa." Mingyu terkekeh di akhir kalimat.

"Jangan menyalahkan diriku, sebab kau yang menganggap semuanya serius dari awal."

"Ah... Kedatanganku bukan untuk omong kosong itu tapi, aku ingin memperingatkan dirimu, Lisa. Jangan pernah berpikir untuk bisa bersamaku kembali dan jangan coba-coba mengusik hubunganku dengan Jih-yo. Aku dengar Jih-yo mendapatkan teror dari seseorang dan aku yakin itu darimu." Mingyu menekankan beberapa kata saat dia mengucapkan kalimatnya. Suaranya lebih serius dibandingkan dengan tadi.

Tangan Lisa mengepal, giginya menggigit kuat bagian dalam bibirnya. Lisa muak mendengar omongan Mingyu yang selalu merasa tak bersalah atas apa yang dirinya perbuat bahkan tuduhan tak berdasarnya yang ia tujukan pada dirinya yang tak tahu apa-apa.

Ingin rasanya menampar keras salah satu pipi mantan sekaligus adik iparnya yang brengsek ini. Sungguh jika Rubby tidak dalam gendongannya ia ingin sekali melayangkan tangannya yang sudah gatal ini dan mengeluarkan kata-kata makian untuknya.

Dirinya hanya bisa menahan kekesalannya dan emosi yang tengah ia rasakan. "Sudah selesai? Kuharap kau bisa pergi Mingyu-ssi."

"Tenang Lisa. Aku akan pergi meskipun kau ingin menahan diriku disini."

"Kalau begitu aku pamit. Ingat perkataanku barusan jangan pernah menggangguku lagi. Kau kan anak baik." Ucap Mingyu berlalu setelah mengusap Surai Lisa.

Setelah kepergian tamu tak undang itu, Lisa segera bangkit dari duduknya. Dirinya segera menutup pintu lalu kembali melangkah menuju lantai dua tempat kamar Rubby berada.

Air matanya mengalir begitu saja saat Lisa menginjak anak tangga pertama. Dirinya merasa dibodohi selama ini. Ia kesal pada dirinya sendiri.

Lisa mencoba mengingat bagaimana Mingyu dengan entengnya mengucapkan kalimat demi kalimat pada dirinya. Tapi semakin dipikirkan, ia malah semakin merasa bodoh atas apa yang ia lakukan di masa lalu.

Lisa terkekeh kecil dengan air mata yang masih mengalir. Tanganya menarik handle pintu kamar Rubby lalu membaringkan tubuh anaknya dengan hati-hati. Dirinya kemudian berlalu untuk mengambil air minum lalu pergi ke taman belakang.

Ia sekarang tengah duduk disalah satu kursi yang ada di taman, kepalanya mendongak ke atas menatap ke arah langit agar air matanya berhenti menetes. Tangannya mencengkram erat gelas yang ada di tangannya.

Di dalam kamar, Yumi dengan susah payah tengah mengirim pesan pada sang ayah. Ia sudah mencoba beberapa kali menelpon ayahnya namun, tak pernah ada jawaban.

Ia panik sekaligus khawatir pada Lisa. Pasalnya tadi ia tak sengaja mendengar pembicaraan sang ibu dengan pamannya saat dirinya ingin kebawah untuk memanggil sang ibu.

Ia bahkan melihat bagaimana ibunya menangis saat menaiki tangga menuju lantai dua, Pamannya sungguh keterlaluan.

---*---

Mommy, you're our mother (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang