29

3.3K 381 10
                                    

Seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan perlahan. Seungcheol terbagun, mendapati dirinya tertidur dengan kepala di atas meja baca. Badannya terasa pegal dan sakit semua. Pintu kamarnya kembali diketuk dari luar.

Seungcheol melihat ke arah adanya jam dinding berada, pukul dua pagi. Ia berdiri, menuju rak buku sejenak untuk mengembalikan buku yang tadi ia baca. Dia menghela napas ketika pintu kamarnya kembali diketuk untuk ketiga kalinya.

Seungcheol berjalan mendekati pintu, memutar kunci, lantas membukanya. Bibi Park menunduk meminta maaf di ambang pintu saat pintu itu terbuka.

"Maaf, tuan muda. Saya rasa telah mengganggu waktu Anda beristirahat tapi teman Anda tengah menunggu di ruang tamu."

"Tak apa, Bibi Park." Seungcheol segera menuju ruang tamu setelah Bibi Park berlalu dari hadapannya.

Netranya menemukan seorang pria tengah duduk bersandar dengan segelas teh di depannya. Di hampirinya segera pria tersebut, tangannya memukul keras kepala pria setengah sadar itu.

"Aissshh," ringis Jimin saat kepalanya terkena pukulan.

"Ini bukan rumah kau, Jim," tutur Seungcheol dengan tangannya yang dia lipat di depan dada.

"Tak apakan menginap di sini satu malam saja? Lagian rumah kau dekat dengan tempat minum yang kudatangi." Jimin merebahkan dirinya di sofa, menyamankan posisi tidurnya.

"Kau, ikut kencan buta lagi?" tanya Seungcheol.

"Emh, hidup itu singkat, Hyeong."

"Oh. Tadi aku melihat wanita itu sedang ..." lanjut Jimin di ambang kesadarannya.

"Sedang apa? Cepat Lanjutkan!" ucap Seungcheol sambil melempar bantal sofa yang ada di dekatnya pada Jimin.

"Hey, aku ini tamu. Pokoknya ... dia bertemu seorang pria..." Matanya memandang Jimin tajam melihat kelakuan temannya ini, memang dirinya salah malah meladeni orang mabuk.

---*---

Lisa bergerak malas. Ia sudah terlanjur nyaman dengan posisi duduk bersandarnya pada sofa yang baru beberapa menit dia lakukan setelah selesai membersihkan rumah dan mencuci pakaian. Tangannya merogoh saku, mengeluarkan ponsel dengan mata masih tertutup. Lisa bergumam saat berhasil membaca serial nomor yang tak diketahui pemiliknya itu untuk mengirim pesan padanya.

Aku akan menunggumu di Moonlight cafe. Kuharap kau datang Lalisa, pukul tujuh malam nanti sama seperti saat pertama kali kita bertemu.

Lisa menatap layar ponselnya lekat-lekat, membaca pesannya yang ia terima dari nomor tak di kenal tadi sekali lagi, lalu memandang ke arah Rubby yang ada di dekatnya tengah memberi makan Lulu.

"Jangan terlalu dekat sayang. Nanti kalau Rubby kena gigit bagaimana?"

"Lulu baik, Mommy. Lihat tidak gigit kan?" ucap Rubby pada Lisa memperlihatkan bahwa hamster peliharaannya tidak menggigit. Lisa hanya bisa tersenyum seraya memerhatikan jenis hamster campbell yang ada di tangan anak sambungnya.

"Mommy, udah suruh Daddy buat beli aquarium buat rumahnya Lulu."

"Yang besar? beli mainannya juga ya, Mommy," ucap Rubby antusias.

"Boleh, tinggal bilang sama, Daddy."

"Beneran? Pinjem ponselnya Mommy." Lisa segera memberikan ponsel yang masih ada di tanggannya setelah dia menghubungi nomor Taehyung terlebih dahulu. Rubby memberikan Lulu padanya sebelum menerima ponsel yang dia berikan.

Lisa terkekeh saat Rubby mengerucutkan bibirnya, terdengar bahwa Taehyung menolak membeli aquarium dengan ukuran besar. Namun setelahnya Rubby tersenyum dan melompat-lompat ketika rengekkannya berhasil membujuk sang ayah.

Mommy, you're our mother (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang