25

3.5K 402 10
                                    

Jalannya tergesa meskipun malas melakukannya, ia segera menghampiri Mingyu yang tengah duduk di sofa yang ada di apartemen milik Mingyu. Jih-yo tak ingin emosi Mingyu yang baru reda kembali terpancing.

Pasalnya dirinya baru tiba di apartemen Mingyu setelah mendapat panggilan mendadak dari sang kekasih. sebenarnya ia kesal rencana minum-minum bersama dengan rekan-rekannya bahkan juga rencana yang ia susun dengan mendadak tadi untuk mendekati manajernya harus gagal.

Dan tadi dirinya dikagetkan dengan keadaan apartemen yang kacau, jika harus terkena omelan dari Mingyu hancur sudah mood-nya. ingin rasanya segera meninggalkan tempat ini bahkan jika bisa mengakhiri hubungannya dengan pria bertemperamen buruk ini. Tapi mengingat pria di sampingnya ini merupakan sumber tambahan uangnya Jih-yo harus berpikir dua kali, bukankah begitu?

"Kau bisa pelan-pelan, Jih-yo?" ucap Mingyu sambil menahan perih yang ia rasakan.

Jih-yo menghela napas "ini sudah pelan, Oppa. lagi pula kenapa bisa seperti ini ?" ucap jih-yo malas.

"Kakakku yang melakukannya padahal aku hanya menyapanya, tak salah kan?"

"Aa ... kakakmu yang melakukannya." Jih-yo hanya tahu bahwa seorang Kim Taehyung merupakan orang yang tak tersentuh apalagi dengan seorang wanita. dia menyimpulkannya dari omongan sang kekasih yang beberapa kali pernah mengungkitnya.

meskipun Jih-yo tak pernah bertemu sama sekali dengan Kim Taehyung yang pasti bukannya dia sudah memberikan Lisa pada orang yang tepat untuk membuatnya menderita. Apalagi harus mengurus anak-anak yang pasti nakal itu. Tapi sialnya dia malah terbelenggu dengan orang ini, tapi tak apa uangnya cukup menjanjikan.

"Sshh ... kenapa ditekan?!"

"Maaf tak sengaja, Oppa," ucap Jih-yo sedikit tersentak tersadar dari lamunannya.

"Oppa, belum mencoba pulang ke rumah ?" Tanya Jih-yo

"Kau ini bodoh atau apa?"

"Ya?"

"Jangan pura-pura lupa, pakai otakmu itu!" Jih-yo mengepalkan tangannya erat. Bukannya dia lupa tapi dia ingin memastikan sesuatu hal.

"Ibumu orang baik, Oppa."

"Jika Eomma orang baik kau bisa apa? Aku sendiri yang anaknya tak bisa berbuat apa-apa. Kau ingin aku dipermalukan di sana, hah?"

"Untuk apa pulang jika aku sendiri sudah punya apartemen bahkan pekerjaan." Lanjut Mingyu.

"Tapi ... Opp-"

"Diam!! Cukup obati lukanya. Kau tahukan aku bagaimana?" Ucap Mingyu dengan rahang mengeras.

---*---

Taehyung melepas kacamata, lalu bersandar pada kursi kerja, meluruskan punggungnya yang pegal karena sudah berkutat dengan pekerjaan selama lebih dari empat jam tanpa beristirahat. Matanya terpejam sesaat, kembali membiarkannya lembab.

"Haaaahhhh ... " Dirinya menghela napas.

Taehyung membuka mata, saat mengingat kembali tadi malam ia terpaksa berbohong kepada Lisa. Dia pikir dia terlalu gegabah dalam bertindak, tapi bukannya wajar dirinya emosi apalagi saat dia bertemu Mingyu yang bersikap seperti itu, ia muak melihat sikapnya selama ini.

sudah cukup dirinya bersabar, untung saja dia dulu tak menyeret adiknya untuk pulang dan membereskan kekacauan yang sudah dia perbuat. Tapi mengingat kembali jika seorang Lisa yang tengah kecewa karena di khianati harus menikah dengan adiknya lagi setelah dibawa pulang kembali, bukannya itu juga keterlaluan bahkan dirinya pun tak mungkin sampai pada titik ini.

"Siapa?" tanyanya saat pintu ruangannya di ketuk.

"Aku."

Taehyung menoleh pada pintu, ia mengenali pemilik suara itu. sekilas menatap kembali pekerjaannya. "Masuklah," sahutnya.

Handle pintu berputar. sesaat kemudian, dua orang pria dengan pakaian santai memasuki ruangannya. setelah pintu tertutup sempurna, kedua pria yang memiliki perbedaan tinggi itu memilih duduk.

"Masih sibuk?" tanya Seungcheol sambil mengamati kertas-kertas yang berserakan di meja kerja adik iparnya. Taehyung menatap Seungcheol lalu menghampiri keduanya.

"Tak begitu," ucapnya dengan sorot mata bertanya meminta penjelasan pada Seungcheol terhadap seseorang yang dia bawa.

"Oh, ini Jimin rekan kerjaku katanya dia akan membantu kita." Taehyung menatap pria bernama Jimin itu, yang ditatap hanya tersenyum kaku.

"kau mungkin sudah tahu diriku dari Hyeong jadi bersikap biasa saja."

"baik Taehyung-ssi"

"Taehyung, panggil begitu saja. sepertinya kita seumuran, mungkin kita juga bisa berteman kedepannya."

"Mukamu kenapa, Tae?" ucap Seungcheol setelah memperhatikan wajah Taehyung, dia tak sengaja melihat luka di sudut bibir adik iparnya itu.

"Hem. kau pasti bisa menebaknya, Hyeong."

"Berkelahi dengan Lisa?" Tebak Seungcheol asal.

Taehyung melotot saat mendengar ucapan kakak iparnya.

"Bercanda, Tae. Jangan melotot begitu. Tapi bisa saja kan kau bertengkar dengan adikku."

"Ya terserah kau saja, Hyeong. Kemarin aku bertemu Mingyu dan ini hasilnya."

"Kenapa tak mengajakku?"

"Nanti saja jika kau bertemu dengannya aku tak akan menghalangi dirimu untuk menghajarnya." Taehyung mengalihkan perhatiannya pada Jimin. "Kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan?" Lanjutnya.

"Aku akan berusaha sebisa mungkin." Jawab Jimin seadanya.

"Ya sudah, aku hanya ingin memperkenalkan Jimin saja selebihnya kita bicarakan nanti. Ouh ya, jangan terlalu sibuk Tae ingat adikku."

"Tak perlu khawatir, Hyeong." Ucap Taehyung lalu memperhatikan mereka keluar dari ruangannya.

Taehyung tak menyangka dia bisa dekat dengan kakak iparnya. Walaupun kedekatan mereka karena suatu hal. Tapi bukannya sudah seharusnya hubungan dengan keluarga Lisa baik mengingat Lisa merupakan istrinya.

---*---
.
.
.

To be continued

28 Januari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

28 Januari 2023

Terima kasih atas dukungan teman-teman. Semoga suka dengan ceritanya 💕.

Mommy, you're our mother (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang