23

3.7K 420 20
                                    

"Tak ingin menanyakan sesuatu?"

"Tidak" jawab Lisa

Lisa memilih memeluk Taehyung lalu menyandarkan kepalanya pada dada pria yang tengah mengontrol napasnya itu, ia merasa lebih tenang saat mendengarkan degup jantung suaminya.

Dirinya malu sekaligus merasa bersalah pada Taehyung. Seharusnya dia tak mengindahkan tawaran dari Taehyung tadi.

"Jangan merasa bersalah, Lisa."

Taehyung tahu sekarang Lisa tengah merasa bersalah atas apa yang terjadi. Tapi, semuanya terjadi atas kemauan kedua belah pihak dan tentang traumanya yang kambuh itu memang sewajarnya, ini bukan salah siapapun.

Lisa tak menyangka Taehyung selalu berkeringat, napasnya tak teratur bahkan gemetar hebat ketika serangan dari traumanya kambuh. Meskipun itu terjadi setelah kegiatan yang mereka lakukan tetap saja dirinya merasa bersalah sudah memancing trauma dari Taehyung yang mungkin menjadi kelemahan yang tak ingin Taehyung ketahui oleh siapapun.

"Kau istriku, kita sudah seharusnya membagi tubuh dan pikiran kita. Sudah aku katakan sebelumnya pada malam setelah pernikahan kita. Jangan pernah tinggalkan aku apapun yang terjadi, kau ingat?"

"Oppa, aku tak pernah berniat meninggalkan dirimu. Tapi, aku tak menginginkan kau kesakitan sebab trauma itu. Kau tak perlu repot-repot memaksakan dirimu sendiri."

"Lisa ... Kau tak bersalah ingat itu. Kau ingin aku sembuh?"

"Tentu saja." Mata mereka beradu saat Lisa mendongak ke atas untuk melihat wajah Taehyung.

"Menurut dokter Song ini wajar Lisa. Aku hanya perlu terbiasa."

"Kau pernah berkonsultasi padanya mengenai ini. Kenapa tak bilang padaku? mungkin aku tak akan panik seperti tadi." Taehyung meringis kecil saat tangan Lisa memukul dadanya meskipun hanya menggunakan kekuatan yang tak seberapa.

"Maaf, ini mungkin bukan permulaan yang cukup baik. Tapi, hanya dengan kau aku akan menghabiskan waktu bersama dengan anak-anak disisa hidupku." Taehyung merapikan rambut Lisa yang berantakan akibat aktivitas mereka. Beberapa helai rambutnya basah oleh keringat.

"Lisa." Ucap Lisa tiba-tiba.

"Hemm?" Taehyung mengernyit heran dengan yang Lisa katakan.

"Ingat aku dan sebut namaku, jangan mengingat yang lain. Kau harus lebih berdamai dengan masa lalu, Oppa."

"Kalau begitu mau membuat kenangan yang indah? agar aku bisa lebih berdamai dengan masa lalu dan menerimanya tanpa perlu mengingatnya kembali sebagai sesuatu yang mengerikan untukku."

Lisa tersenyum dengan menganggukkan kepalanya. Dia mengeratkan pelukannya setelah Taehyung terlebih dahulu memeluknya lebih erat dari pada sebelumnya dan menenggelamkan wajahnya pada lekukan leher miliknya.

"Akan aku ceritakan semuanya padamu nanti. Saat aku sudah berdamai dengan masa lalu," Ucap Taehyung masih diposisi yang sama.

---*---

"Selamat atas debutnya Jihyo-ssi."

"Selamat."

"Selamat atas soundtrack lagu pertamamu Jihyo-ssi."

Beberapa staff siang itu memberinya selamat bahkan membawakan cake untuk merayakan debut pertamanya di dunia musik.

Jih-yo hanya bisa tersenyum menanggapi semua pujian yang ia terima sedari tadi. Ah dirinya merasa melayang di atas awan.

Jih-yo bangga pada dirinya, merasa dirinya tengah berada dipuncak kemenangannya. Mimpi yang selama ini ia impikan bisa terwujud.

Ia merasa satu langkah lebih unggul dari pada Lisa. Dirinya sangat yakin kepopulerannya akan lebih meningkat seiring waktu berjalan. Tak sia-sia apa yang ia lakukan selama ini membuahkan hasil yang tak terduga.

Jih-yo bukan hanya terobsesi dengan kekayaan ia juga sangat terobsesi mengalahkan Lisa dari segi apapun bahkan tak segan-segan melakukan sesuatu yang menurutnya akan membuat seorang Choi Lalisa menderita. Dia tak ingin melihat seorang Choi Lalisa bahagia sedikitpun.

Di tengah ruangan itu Jih-yo tengah berkumpul dengan para staff yang menemaninya selama ini. Namun bukan seorang Jih-yo jika dirinya tak memikirkan suatu rencana meskipun ditengah suasana itu.

"Mau minum-minum? Aku akan mentraktir kalian." Ajak Jih-yo pada semua orang.

"Kau baik sekali Jihyo-ssi."

"Terima kasih Jihyo-ssi."

"Kalau begitu nanti sepulang kerja kita pergi minum-minum." Ucap Jih-yo lalu kembali melanjutkan obrolannya dengan yang lain.

Matanya tak henti melirik pada seseorang yang tengah mengobrol dengan staff lainya. Jih-yo tersenyum miring tanpa orang lain ketahui.

Ia baru saja mendapatkan target lainnya yang akan membawanya menuju posisi yang lebih tinggi lagi. Dirinya harus lebih berusaha sepertinya.

Bukankah merayu seseorang adalah keahliannya? Jih-yo merasa tak perlu gugup untuk nanti malam, semuanya pasti akan berjalan lancar seperti sebelum-sebelumnya.

"Kau kenapa di sini? Tak masuk?" Ucap seseorang.

Seungcheol tersentak kaget pasalnya dia tengah mengawasi Jih-yo, ia merasa tertangkap basah mengintip seseorang.

"Ouh, Jimin. Kau disini?" Ucap Seungcheol basa-basi.

"Kau sedang mengintip seseorang?" Ucap Jimin dengan tersenyum jahil.

Seungcheol merangkul pundak temannya itu lalu membawanya pergi menjauh dari ruangan itu.

"Hey kau belum menjawab pertanyaan dariku."

Seungcheol menghiraukan perkataan Jimin memilih menyeret kembali temannya, setelah langkah jimin terhenti saat mengucapkan protesnya tadi.

"Diam Jim, kau bisa membuatku malu."

"Aku kan hanya bertanya, memangnya salah?"

"Berarti benar kau sedang mengintip seseorang. Hey!!" Jimin berteriak saat kakinya diinjak oleh Seungcheol.

"Ingin membantuku?" Tawar Seungcheol setelah memasuki ruangan miliknya.

"Kau tak tahu diri, Hyeong." Ujar Jimin seraya duduk disalah satu kursi.

"Ya sudah, aku masih bisa menyelesaikan nya sendiri." Ucap Seungcheol kembali fokus pada komputer miliknya

"Mengenai?" Jimin penasaran, sebab pertama kalinya seorang Choi Seungcheol menginginkan bantuan darinya.

Seungcheol mengalihkan pandangannya menuju Jimin saat mendengar teman berbeda usianya itu berucap setelah jeda yang cukup lama.

Setelahnya Seungcheol berucap menjelaskan suatu yang tengah ia kerjakan akhir-akhir ini dengan langkah kakinya menghampiri presensi Jimin yang tengah duduk di depan kibor yang ada di ruangannya.

Jimin hanya bisa menyimak setiap detail penjelasan, kata demi kata ia pahami sebelum dirinya mempertimbangkan untuk ikut andil di dalamnya.

---*---
.
.
.

To be continued

25 Januari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

25 Januari 2023

Terima kasih atas dukungan teman-teman. Semoga suka dengan ceritanya 💕.

Mommy, you're our mother (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang