"Enggak Jungkook, Please. Jangan ngomong kayak gitu. Udah. Stop. Udah ya.." ucap Jaehyun dengan suara bergetar sambil mendekap erat Jungkook.
Bukan situasi seperti ini yang Jaehyun harapkan dari percakapan pagi hari mereka di taman kota.
Jungkook tampak begitu kacau, wajahnya yang memerah dan isakannya yang dalam menyiratkan ada rasa sakit yang cukup lama terpendam.
Ditambah dengan pemandangan ceceran obat-obatan disekitar kaki mereka menunjukkan betapa Jungkook sangat tertekan dengan kondisi fisiknya yang tidak lagi sama.
Terbersit di benak Jaehyun bahwa dalam 4 bulan terakhir selama ia tinggal di Sidney, tampaknya ia sudah melewatkan banyak hal hingga beberapa pertanyaan pun mulai memenuhi otaknya.
Kenapa Jungkook jadi kayak gini?
Apa aku yang kurang peka?
Apa aku yang kurang perhatiin dia?
Sebelum berangkat ke Sidney, Jungkook gak pernah sekacau ini.
Sementara pertanyaan tersebut terus memenuhi pikirannya, saat itu juga Jaehyun merasa gagal.
Gagal menjadi sahabat yang baik.
Namun karena tidak ingin berlama-lama dipusingkan oleh kekecewaannya sendiri, dengan cepat Jaehyun mengusap airmatanya dan kembali mencoba menenangkan Jungkook.
"Ya udah nangis aja dulu biar lega" ucap Jaehyun sambil mengusap punggung Jungkook yang masih ada di dalam dekapannya.
Jaehyun menunggu dengan sabar hingga beberapa saat kemudian perlahan tangis Jungkook mereda.
"Udah bisa tenang belum?" tanya Jaehyun saat Jungkook melepas pelukan mereka.
Jungkook hanya mengangguk.
Kemudian Jaehyun membantu mengusap sisa airmata yang masih membasahi wajah Jungkook.
"Maaf ya Kookie kalo aku ada salah bicara. Maaf kalo kamu jadi tersinggung. Jujur, aku ga ada maksud buat menyudutkan kamu, ga ada"
"Kamu ga salah kok..."
"Enggak, aku salah. Aku yang kurang peka. Aku yang kurang perhatian. Ternyata aku memang gak bener-bener paham sama kondisi kamu tapi malah langsung bicara tentang Mingyu atau Kak Taehyung. Jadi wajar kalo kamu marah"
"Jae, kamu ga salah. Aku tau maksud kamu baik. Tapi memang saat ini aku masih belum bisa ngendaliin emosi aku sendiri. Aku yang memang belum bisa ikhlas sama keadaan aku sekarang"
Untuk saat ini Jaehyun memilih tetap diam dan mendengarkan baik-baik perkataan Jungkook.
"Sebenernya aku gak pengen musuhin keluarga aku sendiri. Tapi ga tau kenapa setiap ngelihat mereka bebas ngapain aja, bisa ngelakuin apapun, semakin aku ngerasa iri. Dan aku bisa langsung emosi kalau tiba-tiba mereka kasih perhatian, karena aku mikirnya mereka cuma kasihan dan aku ga mau dikasihani"
Ya, Jaehyun tahu kalau Jungkook memang memiliki sifat keras kepala tapi entah kenapa dalam keadaan tertekan sifat itu justru semakin kuat.
Namun sekarang bukan saat yang tepat untuk mengoreksi karena yang Jungkook butuhkan adalah perhatian dan pembicaraan dari hati ke hati.
Jadi Jaehyun memutuskan untuk saat ini lebih baik menunda dulu berbicara tentang Mingyu atau keluarga yang lain.
"Mm.. Aku udah boleh ngomong gak sekarang?" tanya Jaehyun dengan hati-hati.
Jungkook mengangguk.
"Kookie, lebih baik kamu tenangin diri kamu. Coba sedikit-sedikit belajar kendalikan amarah kamu, rasa ga terima kamu, coba pelan-pelan ganti itu dengan mikirin hal-hal yang lebih positif, misalnya lebih banyak nulis puisi, atau main bareng temen-temen, karena kalo gak, kamu bisa semakin tertekan dan aku ga mau itu terjadi"
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERHERO
Fanfiction(COMPLETE) Persahabatan Jungkook dan Jaehyun bahkan sudah dimulai sejak mereka sama-sama merangkak. Julukan Superhero diberikan Jungkook karena seiring mereka tumbuh, ia terus merasakan perlindungan Jaehyun yang bak seorang pahlawan. Hingga ketika m...