[ 007 ]

748 118 18
                                    

chan baru ingat.

ia bahkan belum mengobrol dengan tokoh utama yang terlibat.

meringis karena egois, chan membuka kontak felix. mengirim pesan suara bertanya apakah ia bisa menelpon.

pesannya dibaca beberapa detik kemudian. suara pemuda itu memenuhi mobil, "hai chan-ssi, ada apa?"

"hei" jawab chan belok di tikungan, "apa aku belum bilang, hyung saja?"

"ah, ya chan hyung" kata felix terdengar seperti tersenyum, "semua baik baik saja?"

"yea, lagi nyetir" kata chan, "speaker, jangan khawatir. hm, aku ingin bertanya. apa ada waktu? aku tahu kamu sibuk dan-"

"aku lagi santai. tenang saja. lagi belajar sih tapi baru istirahat. kenapa?"

"aku uh, akan bertemu temanku, sahabatku. sudah seperti saudara. aku ingin cerita tentang dia, boleh? hm, bukan informasi privasi ko, kamu belum tanda tangan kontrak- oh tidak usah terburu buru! tapi ya, dia akan tanya tentang kita. jadi yah, begitu"

felix terbahak di ujung telepon, "boleh, hyung. aku gak keberatan. hyung keberatan?"

chan mengerutkan kening dan menepi di sisi jalan. ia hanya berjarak dua menit dari rumah changbin. hanya saja tempat parkir bawah tanah memiliki sinyal buruk.

"apa aku mudah dibaca?"

"agak. hyung kedengeran gugup" ujar felix, "apa temanmu bakal nge respons negatif? apa kamu—oh!" nada felix melembut, "apa dia homophobic?"

giliran chan yang tertawa, "ah engga. dia tahu aku tertarik sama cowok. kami baik baik saja..." chan mengumpulkan keberanian.

dia mendengar felix bergerak. ia berkata pelan, "hyung gak harus bilang tentang.. kontrak kita"

"aku bukan malu" chan berkata sebelum felix salah tangkap.

felix bergumam setuju dari speaker mobil. chan bisa merasakan getaran di dadanya.

"baiklah" kata felix netral, "jangan dibuat stress, hyung. bilang saja kalau hyung rasa itu hal yang tepat untuk dilakukan"

"iya maksudku, uhm.. aku jujur saja. aku malu. bukan karena kamu!" chan kembali berkejaran nafas, "kamu bukan masalah. kamu baik. itu uhmm aku. aku yang malu dengan aku sendiri. gak bisa menjalin hubungan, seperti orang dewasa umumnya."

felix mengeluarkan suara lembut, "hyung, jangan khawatir. tidak apa apa."

"hyung bilang sendiri kalau tidak punya waktu. hyung produser, punya label sendiri, dan hyung apa? dua puluh delapan tahun?"

"begitulah" kata chan tercekat.

"hyung sudah melakukan banyak hal" felix melanjutkan, "tidak perlu terburu buru. untuk kencan. hyung bisa lakukan apa yang hyung mau. hyung orang dewasa yang bebas."

"hm..." chan menelan ludah.

"kalau teman hyung ini sedekat yang hyung katakan, aku yakin dia akan mengerti. aku yakin dia ingin hyung bahagia."

keheningan lama sebelum felix berkata, "atau mungkin.. hyung tidak mau melanjutkan ini semua?"

chan mengerutkan kening. hendak menyela dengan segala kemampuan.

"tidak masalah kalau hyung tidak mau! aku tahu ini bukan keinginan asli hyung jadi tidak perlu memaksa untuk—"

"aku mau." chan berkata tegas

felix terdiam sejenak. barulah chan berkata lebih tenang, "aku mau. aku ingin melakukannya. aku butuh— aku butuh—" kamu.

chan tidak berani mengatakannya.

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang