[ 008 ]

646 109 12
                                    

chan menceritakan dengan lengkap. tentang felix adalah teman seungmin. tentang foto profil yang meyakinkan chan. tentang pertemuan mereka di kafe.

changbin medengarkan dengan seksama tanpa menyela.

chan menyelesaikan dengan, "aku telpon dia barusan. tanya apa aku boleh cerita ke kamu dan ya— aku gugup. tapi dia berhasil menenangkanku"

mereka duduk di sofa. makanan di depan mereka, masih hangat di dalam kemasan.

chan memainkan cincin di jemarinya dan menatap changbin. laki laki itu masih belum berkata apapun. memelajari gestur chan dengan tatapan yang sulit ditebak.

"changbin?"

changbin membuka mulut, menutup, menggeram, dan membuang muka.

ia mengalihkan diri ke makanan yang menunggu untuk dibuka. chan menunggu dengan jantung berdebar. skenario terburuk melintas di pikirannya.

ia menerima bibimbap dan sumpit yang diberikan changbin.

changbin mendengus, "apa aku menjadi teman yang buruk akhir akhir ini?"

chan mengerjap, pikirannya kosong, "hah?"

changbin menggertakkan gigi. ia mengerutkan kening pada mangkok makanannya.

"aku, kita sudah jarang bertemu sejak pindah rumah. terlalu sibuk dengan diri sendiri. bukankah gitu, hyung?"

"changbin..."

"tunggu, biar aku selesaikan" chan menutup mulut secepat kilat.

"aku tidak peduli- maksudnya bukan begitu" changbin mengerutkan kening, "aku hanya ingin hyung bahagia."

"kalau felix yang bisa merawat, membantu, dan membuat hyung bahagia, aku senang. aku tidak masalah kalau kalian berhubungan."

malam itu, chan tidur pulas. pertama kali dalam beberapa bulan terakhir. ia berhasil terlelap selama tujuh jam.

ia berhasil menuntaskan sesuatu yang mengusik pikiran. tentu saja berdampak sesuatu pada kesehatan mental dan fisik nya.

chan menginap di kamar tamu. steak mereka baru habis dimakan pukul sembilan malam. belum mencuci piring. belum saling menyapa kabar.

chan bangun keesokan pagi. langsung ke kamar mandi untuk menggosok gigi serta mencuci wajah. memakai lagi pakaian yang kemarin.

setengah jam kemudian, changbin muncul di dapur masih mengenakan piyama. ia menemukan chan yang sedang mengocok telur.

changbin bergumam senang. ia membuat kopi sembari chan memasak omelet. sarapan pagi itu diisi dengan obrolan ringan.

beberapa menit setelahnya, telepon chan berdering. sekertaris nya menelpon mengingatkan. ada rapat dengan tim marketing dua jam lagi.

chan menghela napas, membawa kopi dan pamit. changbin bilang akan mampir ke studio kalau sempat.

chan mengangguk bahagia. segera pulang untuk mandi dan berganti pakaian.

diantara rapat satu ke rapat lainnya, dia dan felix menghabiskan hari dengan saling mengirim pesan. sebagian besar tentang isi perjanjian kontrak.

felix tidak meminta apapun, hanya memastikan beberapa hal.

chan dengan senang hati menjelaskan dengan detail. meyakinkan felix, ia tidak akan mengambil keuntungan lewat perjanjian legal.

sorenya, felix minta untuk bertemu di hari jumat. di kampus, untuk menandatangani kontrak.

chan memastikan lagi, terutama karena felix masih punya waktu dua hari sebelum hari minggu.

felix menjawab pesannya dengan jujur tanpa pemanis apapun.

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang