[ 025 ]

682 93 40
                                    

"kamu mau datang?"

GEDUBRAK

felix hampir saja melempar mangkuk adonan ke arah chan. setidaknya itu akan sedikit menyembunyikan rasa malu felix. ia hampir saja pingsan karena kecewa.

"uhm—maksudnya nobar bareng? sama teman teman hyung?"

chan mengangguk.

"beneran boleh?"

chan mengangguk.

"kurasa kamu suka dengan mereka" chan memainkan ujung kaosnya. terlihat lucu dan kalau bukan baru saja kecewa, felix akan tersenyum gemas.

"dan semuanya juga pengen ketemu kamu. changbin bilang pengen kenalan sama kamu lagi. dan hyunjin sudah kangen.. uhm ya. gitu deh"

felix tersenyum. merasa hangat dan lega. changbin? sahabat baik cha hyung? ingin kenalan lebih baik lagi? dan hyunjin, artis terkenal itu kangen dengannya?

"okay.. aku mau datang. pasti seru. uhm, apa semuanya tahu tentang hubungan kita?"

"mungkin" jawab chan, "tapi mereka ga akan peduli. mereka gak akan anggap kamu aneh atau gimana" chan nampak gugup.

dan oh, felix baru sadar akan sesuatu.

ini adalah cara chan. cara chan dengan semanis mungkin. sehalus mungkin. bahwa ia ingin sesuatu yang lebih dari felix.

teman teman chan adalah keluarga untuknya. dan mereka berdua sama sama menganggap keluarga sangat berharga.

chan ingin felix bertemu teman temannya. ingin bertemu keluarganya. tidak masalah sugar baby nya berteman baik dengan keluarganya.

chan ingin hal itu. chan ingin felix. bukan hanya karena hubungan sugar tapi karena ia sungguhan menginginkan felix.

"aku ga sabar ketemu mereka" felix tersenyum hampir menangis bahagia.

chan menghela napas sangat lega. matanya membulat seperti tak percaya. senyumnya lebar menggenggam kedua pundak felix.

tiba tiba terdengar suara bergetar. chan mengerutkan alis dan mengeluarkan ponselnya, "maaf—urusan kerja"

felix mendengus. membiarkan chan pergi ke sofa, duduk dan menjawab telepon. ketika chan menyelesaikan panggilan, brownies sudah keluar dari oven.

felix mengeluarkan cetakan untuk mendinginkan brownies sementara. ia lepaskan apron, memastikan tidak ada sisa tepung dan adonan disana.

"hey, maaf yang barusan" kata chan menutup laptop dan mematikan telepon.

felix tidak tahu apa yang ingin dia katakan. dia hanya membiarkan tubuhnya secara auto duduk di pangkuan chan. laki laki yang lebih tua nampak kaget. tak tahu harus merespons apa.

"felix?" hanya itu yang bisa ia katakan. felix meletakkan tangannya di kedua pundak lebar chan.

"aku suka chan hyung."

felix berkata sebelum gugup membisukan mulutnya. dia percaya diri. kalau jantungnya berdebar seperti akan meledak, dia akan tetap bilang percaya diri.

chan menatapnya tanpa komentar.

"sangat suka chan hyung" felix membelai leher chan. secara halus menyugar rambut di belakang lehernya, "aku pengen pacaran. sungguhan." ujar felix lagi.

"bukan karena kontrak. bukan karena uang. hyung tidak usah ngasih uang lagi. aku hanya ingin chan hyung."

nafas chan terengah. tangannya menggenggam pinggang felix. jemari mengerat di kain tebal sweaternya.

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang