[ 038 ]

387 71 7
                                    

felix tidak bisa berkata apa apa.

chan berdiri disana. seperti tidak tidur selama seminggu penuh. pucat, lelah dan . . .terlihat sangat rapuh.

ya, felix siap. felix memang bilang kalau hari ini ia siap bertemu chan. siap untuk memerbaiki apa yang salah. tapi tidak berarti felix bisa melupakan rasa marah atau kecewanya begitu saja.

felix tidak merasa marah, sekarang. hanya sedikit kecewa. dan khawatir. takut untuk sekali lagi merasa sakit hati atau membuat semua yang sudah rusak semakin buruk.

ya, marah adalah hal perasaan terakhir yang ingin felix pedulikan. toh, dia sudah capek menyimpan dendam. sudah tidak sanggup menjadi orang jahat.

chan masuk ke ruang tengah dan menyapa felix, "apa kabar?"

dia duduk di seberang felix. satu tangannya membawa map. ia letakkan di atas meja.

"sudah lebih baik" jawab felix dengan jujur, "bagaimana dengan hyung?"

"sama" ujar chan.

ia menelan ludah. menatap felix dengan ekspresi yang menunjukkan kalau ia merasa sangat bersalah. ekspresi yang membuat hati orang terenyuh.

"aku minta maaf" kata chan.

"maaf sudah egois dan mengambil kebebasanmu. maaf karena aku keras kepala dan tidak mau dengar alasan kenapa kamu kecewa. maaf karena aku tidak menganggap penting perasaanmu."

itu terdengar seperti chan sudah berlatih menyiapkan kalimat permintaan maaf itu berkali kali. tidak masalah, itu tetap terdengar tulus. telinga felix berdenging.

"maaf sudah bikin kamu kecewa. aku tidak—aku tidak bermaksud. tapi tetap aku lakukan. aku tidak mengharapkan kamu buat maafin aku atau—"

"gak masalah" felix memotong sebelum chan hilang dalam pikirannya kembali.

chan membeku. mulut menganga.

"maksudnya, bukan gak 'gak masalah'. tapi aku sudah maafkan hyung" ujar felix menjelaskan. anggukan kepalanya mantap.

"felix . . ." chan gemetar. tangannya mengepal sangat erat hingga ujung kuku memutih.

"aku sungguhan tulus untuk maafkan hyung" kata felix sekali lagi.

chan nampak seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. nampak seperti menyerah dengan felix makanya terlihat sangat kaget. dan itu membuat felix ingin menangis.

"tolong percaya sama aku. aku—ya aku masih kecewa. tapi aku tahu hyung gak berniat untuk menyakiti aku dan hyung sudah minta maaf." kata felix akhirnya.

"seharusnya kita bicara. seharusnya kita bicara sejak awal. jauh sebelum aku cium chan hyung, sebenarnya. atau mungkin, segera setelahnya. jadi ya. ini salahku juga."

felix menarik nafas panjang, "aku juga minta maaf. maaf karena tidak mengajak bicara dulu. maaf karena tidak menjelaskan apapun. atau ngasih hyung kesempatan untuk tahu"

chan tidak langsung menjawab. mulutnya terlihat seperti ingin mengungkapkan banyak hal. tapi ia menghela napas berat, menyerah. ia menutup mata.

"aku mau bilang kamu gak perlu minta maaf" kata chan, "tapi aku paham. aku dengar kamu. tidak masalah. kita berdua tidak ada yang mau mulai bicara sebelum—"

"berhubungan seks?" kata felix datar. hanya ingin melihat tertawa canggung. tapi juga untuk mengungkapkan fakta apa adanya.

"i-iya" chan menggaruk belakang tengkuk lehernya. meringis.

felix tersenyum kecil. melihat map yang berada di meja. ia mengambil dokumen asli yang selama ini selalu ada bersamanya. ia letakkan itu di sebelah map milik chan.

"ada banyak hal yang ingin aku bicarakan. tapi pertama, aku ingin mengakhiri kontrak nya."

dia dengar chan menarik nafas panjang. ia menatap felix panjang seperti ingin memulai argumen baru. chan jelas kesulitan. ingin mengungkapkan sesuatu yang segera dibungkam melihat keseriusan felix.

"okay.." kata chan simpel. mengeluarkan pulpen dari saku.

sekarang giliran felix yang gugup. dia bersyukur. sangat bersyukur dan lega karena chan tidak melawan kali ini. tidak berargumen kali ini. tapi pada saat yang sama . . .

mereka bertemu hari ini adalah untuk bicara. dan chan tidak berbicara. hanya melihat felix dan melakukan semua yang felix mau.

felix diam saja melihat chan menggigit bibir dan tutup mulut. felix tahu chan melakukan itu demi mereka berdua. chan tidak ingin membuat felix merasa tertekan.

hanya saja, rasanya tidak adil kalau chan hanya diam. tidak adil kalau chan hanya melakukan apa yang felix inginkan. tanpa mendapatkan hal sebaliknya.

bahkan walaupun yang mau chan sampaikan akan terdengar tidak nyaman dan menyakitkan. felix tetap ingin mereka berdua bicara dengan normal.

felix paham chan orangnya seperti apa. atau mungkin felix pikir dia paham tentang chan. tapi itu hanya asumsi bukan?

jadi felix ingin berhenti berasumsi. ia sudah belajar untuk tidak mengandalkan asumsi hanya karena semuanya sejalan dengan fakta sesuai perspektif yang ia lihat.

tidak, felix tidak bisa membuat semuanya hancur sekali lagi.

"apa hyung bisa bilang—" felix bicara hati hati, "kenapa hyung terlihat ragu ragu?"

chan sedikit membelalakkan mata. felix segera menambahkan, "aku tidak marah! aku hanya ingin tahu alasan hyung. hyung, tolong. kali ini jujur sama aku. walaupun pasti akan terdengar menyakitkan. kita harus jujur, hyung. demi kita berdua. aku janji akan dengarkan dengan baik dan gak akan teriak atau marah lagi"

chan mengggigit bibir. tangannya tak berhenti memainkan gelang rantai yang ia kenakan. chan hanya berkata lirih, "aku khawatir"

"khawatir kenapa?" tanya felix. ia butuh kejelasan. ia ingin kepastian meski sudah bisa menebak apa yang akan chan bicarakan.

"khawatir tentang kamu—" kata chan masih tidak berani menatap felix, "—tanpa kontrak kita"

tanpa uang ku.

chan tidak mengatakan itu. tapi mungkin karena bukan begitu maksud chan, bukan sepenuhnya. chan tidak bermaksud meremehkan felix, sungguh.

felix akan bertahan. bahkan tanpa chan dan kekayaan chan. felix pasti akan bertahan. tapi chan tetap khawatir sebanyak apa yang felix harus berkorban untuk bertahan.

"okay, aku mengerti" felix mengangguk, "terima kasih karena mau menjelaskan. hyung berhak untuk khawatir."

chan baru berani menatap felix. felix menelan ludah, "kita teman bukan? normal normal saja kalau kita khawatir untuk teman kita"

"kita teman" chan setuju. menganggukkan kepala dan tersenyum pada felix. nampak lega meniru ekspresi felix.

"terima kasih sudah pedulikan aku" kata felix dengan tulus.

"masih ada hal lain yang ingin aku bicarakan. dan aku tidak ingin membicarakannya dengan beban kontrak yang masih berjalan. aku ingin kita berdua berdiri di titik yang sama. sama sama teman. aku ingin hyung dengarkan aku sebagai teman yang baik."

"okay" chan berkata dengan lebih mudah kali ini, "aku mengerti."

jadi mereka menuliskan tanggal terakhir kontrak berlaku. yang selama ini lembar itu selalu kosong. mereka menandatangani kertas itu. dan berakhir.

felix sekarang secara resmi bukan sugar baby. chan sekarang secara resmi bukan sugar daddy. dan sekarang, muncul masalah yang lebih rumit.

felix menunduk. mengucek matanya yang terasa panas. tangan terasa dingin. namun ia berkeringat. perutnya terasa mual sekali lagi.

"aku akan menangis" kata felix spontan.

"hanya um, peringatan saja. aku akan menangis. kamu mungkin punya banyak pertanyaan. tapi aku hanya bisa cerita ini sekali. jadi tolong. dengarkan. dan biarkan aku selesaikan ceritaku."

TBC

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang