[ 013 ]

564 109 34
                                    

"hyung sering di rumah?" tanya felix. gelengan chan membuktikan dugaan felix.

"engga. lebih sering di studio. kantor. kerja." jawab chan, "changbin juga. jadi rumah ini jarang ditempati."

"hmmm" felix hanya bergumam karena tidak tahu harus merespons apa.

"mau camilan?" tanya chan. ia garuk tengkuk belakang, "teh? kopi? apapun?"

"tidak usah hyung" felix melepaskan sepatu. ia letakkan di sebelah sepatu chan.

"oh, baik. anggap seperti rumah sendiri ya?" chan menunjuk ke sofa, "aku mau ganti baju. panggil kalau butuh apapun, oke?"

"oke~" felix berjalan ke ruang tengah. ia membenamkan diri di sofa abu abu tersebut.

sofa itu nyaman, mengejutkan. meski terlihat tidak pernah dipakai. cukup padat untuk menopang tubuh. cukup lembut untuk beristirahat di atasnya.

chan menghilang di ujung lorong. felix berusaha untuk tak memerhatikannya.

ia mengeluarkan laptop dari dalam tas. butuh beberapa menit untuk berburu colokan. barang tua tidak mau menyala kalau tidak disambung listrik.

pada akhirnya felix menemukan di bawah televisi. sebuah layar lebar seukuran papan tulis bahkan lebih, menempel di dinding.

chan muncul tak lama kemudian. mengganti jas kerja serta celana katun dengan—

ya, berdoalah untuk felix. yang berusaha keras untuk bernapas.

semua yang dia lihat hanyalah lengan. otot. daging.

chan mengenakan celana longgar. juga kaos putih tanpa lengan. pundak hingga tangan terumbar. memastikan otot dan uratnya terlihat, seperti itu legal untuk penonton.

"password wifi?" felix bertanya. daripada dia melakukan sesuatu yang tidak senonoh. misalnya meneteskan air liur hingga membasahi lantai.

"loveberry97" chan mengambil tas dan duduk di sebelah felix.

padahal masih ada dua sofa. banyak tempat yang bisa dia pilih. felix bisa rasakan tubuhnya menghangat. memanas. berkeringat.

mereka tidak bersentuhan. hanya berjarak beberapa senti. dan felix akan sekuat tenaga menjaga jarak itu.

"berry?"

"anjing peliharaanku" chan menjelaskan.

dia menyalakan hape. ia berikan pada felix, menunjukkan satu folder penuh berisi king charles spaniel yang lucu dan manis.

"dia tinggal bersama orang tua ku di sydney"

"ah, dia manis!" felix berseru menggeser tiap foto.

ia berhenti untuk memutar sebuah cuplikan video. berry di pangkuan chan yang berambut pirang. berusaha mencium pemiliknya. chan pura pura menolak.

"woah, hyung dulu pirang"

"ah ya," chan menyeringai, "menyenangkan. tapi tidak setelah rambutku mudah kering dan kehilangan gelombangku"

felix mengangkat wajah, "rambut hyung asli gelombang?"

ia memerhatikan rambut hitam chan. poni panjang yang lurus jatuh di kening.

"ya?" chan terdengar canggung.

felix baru sadar posisi mereka. hanya berjarak beberapa senti. hidung bertemu hidung. felix mundur secepat kilat. ia mengalihkan perhatian pada kabel laptop.

felix menyambungkan dengan laptop. beberapa detik kemudian laptop menyala dengan suara berisik. kipas pendingin berputar secepat mungkin.

"astaga, berapa umur laptop mu?" tanya chan.

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang