[ 041 ]

478 81 15
                                    

"kita butuh persetujuan" kata felix pahit, "hanya saja. aku tidak tahu jalan keluarnya."

"sebenarnya aku punya gagasan" chan nampak ragu ragu.

"sungguh?" felix menatapnya.

chan mengangguk. ia menarik nafas panjang.

"kebutuhan utama kamu adalah kuliah. sewa apartemen. kakak dan keponakan. iya?"

felix mengangguk. harapan dan cemas campur aduk di perutnya membuat mual.

"apa kamu.. apa kamu mau membolehkan aku merawat rachel dan bbokie untuk kamu?"

saat felix tidak langsung menjawab, chan melanjutkan.

"kamu bilang hadiah membuatmu merasa orang ingin membeli kamu. jadi aku pikir membayar kuliah dan sewa apartemen akau membuatmu tidak nyaman. tapi secara teknis, memberikan hadiah untuk keluargamu tidak sama dengan memberikan hadiah untuk kamu. iya?"

felix masih memroses kalimat chan, "aku hanya akn membantu mereka. sejumlah normal yang kamu biasa kirimkan. jadi kamu bisa fokus dengan kuliahmu. sewa apartemen seharusnya bisa kamu urus sendiri, iya?"

felix masih menatap chan tidak berkata apapun, "setelah kuliahmu selesai. dan situasi lebih baik. aku akan berhenti membantu. dan um, bukankah dengan aku ngirim uang ke mereka, itu artinya kamu masih membantu mereka? karena aku tidak kenal mereka. aku bahkan tidak tahu mereka ada kalau kamu tidak kenalkan ke aku. jadi itu tetap, itu tetap kamu yang membantu mereka"

felix tidak merespons. membuat chan gemetar dan gugup, "tolong, katakan apapun."

felix membuka mulut. bungkam kembali. ia diam lama. kemudian pelan pelan, tanpa penyesalan dan salah paham felix bilang,

"aku rasa aku mencintaimu."

"aku rasa aku mencintaimu." kata felix, dan chan merasa jantungnya berhenti berdetak.

ia tidak bernafas. tidak berkedip. tidak mengatakan apapun. hanya duduk menatap felix yang matanya cantik. cerah dan hangat. sedikit merah karena menangis.

menggenggam tangannya. kecil dan sedikit lembab. merasakan beban tubuh diatas kakinya, "aku tidak pernah jatuh cinta. tapi aku rasa aku mencintai chan hyung"

chan menarik nafas dengan gemetar. jantungnya berdetak kembali. keras dan cepat seperti musik rock yang ia produksi di studio.

sesuatu yang berat. beban yang chan tumpu bertahun tahun rasanya hancur begitu saja. matanya berair. membuat felix terlihat seperti aura berwarna silver dan krem.

"hyung?"

"kau sungguh sungguh?" suara chan pecah.

"kau sungguhan bilang itu? tolong. tolong bilang kalau kamu tulus mengucapkannya"

kemudian tiba tiba chan menangis. chan tidak tahu kenapa. padahal ia merasa bahagia. sangat sangat bahagia. ini tidak masuk akal.

felix terdengar terharu. ia memeluk chan. dan chan menggenggamnya seperti felix akan menghilang. seperti felix hantu yang akan hilang. seperti felix mimpi yang dia akan bangun keesokan pagi.

"aku tulus mengucapkannya." felix menenangkan chan. memeluk pinggang chan erat sembari chan menangis di leher felix.

"aku sungguhan, hyung. aku mencintaimu. aku mencintai channie hyung."

"aku juga. aku juga mencitai felix." chan tersedak. menutup mata rapat rapat namun air mata terus mengalir. astaga, ia tidak bisa menghentikannya.

"maaf. aku tidak tahu kenapa menangis. maaf. maafkan aku."

"shhh. aku sudah banyak menangis di pelukan chan hyung. chan hyung juga boleh menangis di pelukanku."

felix memejamkan mata, "tidak apa apa. menangis saja, hyung. aku ada disini."

jadi chan menangis sampai air matanya habis. sampai keduanya berbaring tanpa energi di sofa. felix membelai pundaknya dengan pelan dan lembut.

pikirannya terasa lebih baik. tubuhnya terasa lebih ringan. felix mencintainya. chan mencintainya juga, tentu saja.

chan tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. dia sangat bersyukur ini terjadi. terasa seperti keajaiban dunia.

"apa kita sudah gila?" tanya chan bergumam di baju felix.

tubuhnya bergetar karena tawa cerah felix.

"mungkin" kata felix, "sepertinya kita suka melakukan semuanya dengan cepat, ya?"

chan mundur. cukup untuk menatap wajah felix. selalu sanggup membuat chan kehabisan nafas. bagaimana felix berada di pangkuannya. rambut silver yang halus. freckles di pipi seperti konstelasi bintang.

"bukankah kita terlalu cepat?" tanya chan ragu ragu duduk menjauh. tapi ia tidak bisa, felix segera menggenggamnya dan tidak berniat untuk dilepas.

"mungkin iya. tapi mungkin juga tidak. ini hanya perasaanku tentang chan hyung. dan perasaan chan hyung tentang aku. cukup tahu saja. semua akan baik baik saja.

chan mengangguk. ragu ragu ia turun untuk berbaring di pangkuan felix. dia ingan beberapa bulan lalu. pertama kali dia dan felix di sofa seperti ini. hanya posisi yang terbalik.

terlalu banyak yang sudah berubah dalam waktu yang singkat. tapi chan teringat sesuatu. sesuatu yang jauh lebih awal. sesuatu yang felix ungkapkan.

bahwa hidup hanya terjadi apa adanya. dan kamu hanya bisa melakukan yang terbaik yang bisa kamu lakukan.

mungkin hanya sesimpel itu. mungkin memang serumit itu kenyataannya.

"jadi kamu menerima ideku?" chan bertanya. felix membelai pipi chan yang kenyal berisi.

"sangat setuju. bagaimana aku bisa menolak orang yang mau membantu keluargaku?"

chan mengangkat wajah. ragu ragu tapi segera tenang melihat senyum felix. kecil namun sungguh sungguh.

"aku setuju. tapi aku butuh tahu sebanyak apa yang hyung berikan. dan kapan hyung kirimkan. aku ingin mengembalikan suatu saat nanti."

chan memikirkan sejenak. berpikir ia bisa mengatasi hal itu. ia tidak butuh felix mengembalikan uangnya. tapi felix butuh itu. jadi chan terima.

"baiklah. dan—dan ini akan membantu kamu 'kan?"

"sangat membantu aku. aku janji tidak akan mengambil kerja untuk yang ketiga. dan aku janji akan melanjutkan kuliah. kita akan baik baik saja."

chan menggeser kepala. mengecup tangan felix di wajahnya. ia memejamkan mata.

"kita akan baik baik saja." ulang chan.

TBC

a/n yeyyy

tamattt 😆😆

Love is an Open Door ; chanlix ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang